Sang Guru Keyakinan

Taman Surga

Keyakinan adalah guru yang sempurna, sementara prasangka yang baik dan benar adalah murid-muridnya yang disesuaikan dengan peringkat mereka yang bermacam-macam: prasangka, prasangka yang kuat, prasangka yang lebih kuat, dan seterusnya. Ketika prasangka bertambah kuat, maka ia semakin dekat dengan keyakinan dan menjauh dari pengingkaran. “Jika iman Abu Bakar ditimbang…” Setiap prasangka yang benar meminum air susu dari dada keyakinan, dan kemudian tumbuh besar. Prasangka yang meminum susu dan kemudian tumbuh besar itu menunjukkan bahwa prasangka bisa tumbuh karena ilmu dan amal. Hingga akhirnya setiap prasangka akan menjadi keyakinan dan tidak tersisa lagi kepingan-kepingan prasangka.

Sang guru dan murid-murid mereka di dunia ini adalah aksiden dari Guru Keyakinan. Keberadaan para murid itu adalah bukti bahwa meski bentuk ajaran selalu berubah dari waktu ke waktu dan generasi ke generasi, Guru Keyakinan beserta keturunannya—prasangka-prasangka yang benar—adalah tetap abadi dan tidak pernah berubah oleh berlalunya musim dan waktu.

Sementara itu, prasangka-prasangka yang keliru dan menyesatkan adalah murid-murid buangan dari Guru Keyakinan. Setiap hari mereka menjauh darinya dan bobotnya pun menurun dalam pandangan sang Guru, sementara pengetahuannya terus bertambah dan semakin berlipat-lipat.

“Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya.” (QS. al-Baqarah: 10)

Para majikan memakan kurma basah sementara para hamba sahaya hanya memakan duri. Allah SWT berfirman:

“Apakah mereka tidak memerhatikan bagaimana unta itu diciptakan?” (QS. al-Ghasyiah: 17)

“Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam: 60)

“Maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan.” (QS. al-Furqan: 70)

Setiap pengalaman yang merusak prasangka yang dicapai oleh orang-orang semacam itu kelak akan menjadi kekuatan bagi mereka untuk memperbaiki prasangkanya itu. Hal ini ibarat seorang pencuri ulung yang bertaubat kemudian menjadi seorang polisi. Saat itu, setiap trik pencurian yang biasa ia praktikkan akan menjadi kekuatan baginya untuk berbuat baik dan menegakkan keadilan. Tentu saja polisi itu lebih baik ketimbang polisi lainnya yang belum pernah mencuri. Sebab seorang polisi yang pernah mencuri mengetahui cara dan pola yang biasa digunakan oleh para pencuri. Kondisi para pencuri tidak tabu lagi bagi polisi yang satu ini. Seandainya orang seperti polisi ini menjadi seorang guru, tentu ia akan menjadi guru yang sempurna, penjaga alam dan penuntun zaman.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum