Salahkah jika memiliki gangguan kesehatan mental?

PicsArt_04-26-11.21.19

Apa yang pertama kali terpikir mengenai kesehatan mental?

Orang gila? Rumah Sakit Jiwa? Obat - obatan? atau jauh dari Tuhan?

Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang merasa sejahtera yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk mengetahui dan memaksimalkan potensinya, mengatasi situasi menekan yang dihadapinya, dan dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat.

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan selayaknya kesehatan fisik, kesehatan mental pun dapat mengalami beberapa gangguan yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.

Menurut Asosiasi Psikiater Amerika (APA) gangguan kesehatan mental dapat diartikan sebagai kondisi kesehatan dimana seseorang mengalami perubahan emosional, pemikiran, perilaku, atau kombinasi dari ketiganya yang mempersulit seseorang dalam hubungannya dengan orang lain maupun pekerjaannya.

Sama seperti gangguan pada kesehatan fisik, setiap orang memiliki peluang yang sama untuk mengalami gangguan terhadap kesehatan mental.

“The worst part of having mental illness is people expect you to behave as if you don’t” – Joker

Di Indonesia, isu mengenai kesehatan mental seringkali dianggap remeh dan kurang mendapat perhatian.

Isu mengenai kesehatan mental sangat lekat dengan stigma yang buruk dimasyarakat sehingga tidak heran bila orang yang mengalami gangguan kesehatan mental kerap dicap sebagai orang yang buruk.

Masyarakat Indonesia sering melihat orang dengan gangguan kesehatan mental sebagai orang yang berlebihan, atau bahkan sebagai orang yang mengalami gangguan roh jahat akibat kurangnya kedekatan orang tersebut dengan Tuhan.

Stigma masyarakat yang menganggap orang dengan gangguan kesehatan mental itu terlalu berlebihan, diganggu roh jahat dan jauh dari Tuhan tentu saja salah besar.

Hal itu dibuktikan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa gangguan kesehatan mental erat kaitannya dengan gangguan medis yang terjadi pada otak.

Seperti yang kita tahu, bahwa otak bertanggung jawab untuk mengendalikan seluruh fungsi tubuh dan merupakan pusat kontrol dalam tubuh manusia.

Otak mengendalikan pergerakan, perasaan sensasi, dan pikiran, otak juga membuat seseorang dapat berpikir dan memecahkan masalah.

Otak memiliki banyak bagian yang memiliki fungsi khusus dalam mengatur aktivitas seluruh tubuh, kerusakan atau gangguan pada otak tentunya akan sangat berpengaruh pada kondisi dan perilaku seseorang.

Gangguan pada otak yang berakibat pada kesehatan mental dapat terjadi karena berbagai faktor seperti faktor genetik, lingkungan, atau bahkan kecelakaan.

Kasus genetik dapat terlihat dari penderita epilepsi yang sering kali mendapat perlakuan buruk dari masyarakat dan kerap kali penyelesaiannya adalah dengan cara dipasung atau dikurung dalam gubuk kecil mirip kandang binatang, padahal epilepsi dapat disebabkan oleh kondisi genetik yang menyebabkan cedera otak.

Berbeda dengan epilepsi, gangguan lain seperti kecemasan dan depresi dapat ditimbulkan dari tekanan lingkungan dan trauma pada kejadian yang pernah dialami.

Beberapa jenis gangguan pada kesehatan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stress pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif, dan skizofrenia.
Semua gangguan tersebut memerlukan penanganan yang berbeda bergantung pada beberapa faktor seperti gejala, penyebab, dan faktor lainnya.

Tidak semua orang dapat memahami dan memperlakukan orang dengan gangguan kesehatan mental dengan tepat, orang yang belum pernah mengalami dan tidak memiliki pengetahuan terhadap kesehatan mental akan cenderung memberikan stigma negatif atau saran yang tidak efektif.

Stigma yang melekat di masyarakat, membuat penderita semakin enggan untuk memberitahukan ataupun memeriksakan keadaannya.

Hal ini tentu saja berdampak buruk karena akan menyebabkan penderita merasa terisolasi dan patah harapan juga akan semakin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Karena stigma ini, tercatat dari 27,3 juta orang yang mengalami masalah kesehatan mental di Indonesia hanya sebagian orang yang datang ke psikolog atau psikiater untuk memeriksakan keadaannya.

“Mental pain is less dramatic than physical pain, but it is more common and also more hard to bear. The frequent attempt to conceal mental pain increases the burden: it is easier to say “My tooth is aching” than to say “My heart is broken”
– C.S Lewis

Selain stigma dari masyarakat, stigma penderita pada dirinya sendiri yang kerap kali menghalangi dalam penyelesaian masalah gangguan ini.

Jika penderita terus menerus diam dan menyembunyikan gangguan yang dideritanya maka masalah mengenai gangguan kesehatan mental tidak akan pernah selesai dan orang tanpa gangguan kesehatan mental akan menganggap semua biasa saja dan stigma selamanya takkan pernah memudar.

Semakin ditutupi semakin orang tidak mengetahui dan selamanya akan mengganggap tidak ada hal yang terjadi.

Untuk menghilangkan stigma buruk mengenai kesehatan mental diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk memberikan pendidikan dan kesadaran terhadap masyarakat agar orang dengan gangguan kesehatan mental dapat ditolong dan terfasilitasi.

Dengan perkembangan zaman, hal ini menjadi sangat mungkin dilakukan, pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental dan cara memperlakukan orang dengan gangguan mental sedikit demi sedikit mulai dikampanyekan.

Pada saat ini istilah-istilah dan penanganan awal mengenai isu kesehatan mental mulai tersebar di berbagai media dan fasilitas konsultasi online sudah dapat diakses dimana saja.

“Healing takes time, and asking for help is a courages step”
– Mariska Hargitay

Mengalami gangguan kesehatan mental adalah hal yang wajar dan bukan suatu hal yang memalukan.

WHO mencatat terdapat sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan kesehatan mental, dan kebanyakan kasus ini diderita oleh remaja dan dewasa muda.

Banyak artis besar yang juga memiliki gangguan mental namun tetap aktif dan produktif menghasilkan karya seperti Demi Lovato, J.K Rowling, Selena Gomez, Lady Gaga dan Shawn Mendes.

Seperti halnya gangguan kesehatan fisik seperti maag, flu atau asma, penanganan yang tepat serta dorongan yang positif akan sangat membantu orang dengan gangguan kesehatan mental untuk dapat bertahan bahkan sembuh dari penyakitnya.

Maka dari itu, selalu lakukan hal yang baik dan produktif, jangan bersedih dengan apa yang telah dialami, dan jadikan hal tersebut menjadi sebuah ajang untuk dapat lebih menginspirasi.

Hargai perbedaan setiap orang dan jangan takut untuk mengakui dan mengungkapkan, tentunya akan selalu ada jalan dalam setiap keadaan, bantu para aktivis untuk terus mengkampanyekan masalah kesehatan mental agar stigma negatif yang melekat di masyarakat dapat segera terhapuskan.

“Perubahan dimulai dari diri Anda. Tapi tidak akan pernah mulai berubah sebelum anda memulainya” - Shanty Yang