Salah kaprah 4 sehat 5 sempurna bagi kesehatan


Masihkah masyarakat salah kaprah dalam memahami slogan ”4 Sehat 5 Sempurna? Salah satu penyebabnya adalah adanya buku pelajaran yang salah menjelaskan konsep pola makan sehat. Mereka tahu vitamin itu penting, tetapi ternyata masih saja ada yang berpendapat, buah-buahan yang murah tidak bervitamin, sementara buah mahal itu bervitamin. Yang paling mengkhawatirkan, ada juga yang berpendapat bahwa hanya dengan mengkonsumsi susu saja sudah cukup dan lengkap. Ada sebagian dari kita tidak menganggap sumber karbohidrat selain nasi bisa dikonsumsi untuk menggantikan nasi. Misalnya, sering juga dianggap sebagai lauk. Masyarakat kitapun jarang atau bahkan tak pernah mendapatkan penjelasan, bahwa diet seimbang meliputi olahraga, atau minum banyak air. Ada beberapa buku menyatakan, anak harus minum susu karena kandungan gizi sayur berkurang saat dimasak.Hal demikian bisa menimbulkan kesan, kandungan gizi susu tak berubah saat dimasak. Apa saja kesalahan lain yang dapat kalian temukan?

Anggapan kalau minum susu adalah penyempurna gizi salah banget. Kandungan protein di susu bisa jadi sudah didapat dari lauk pauk
Jika selama ini banyak yang merasa gizi kita tidak sempurna tanpa minum susu, hal tersebut adalah anggapan yang salah. Kandungan yang ada di dalam susu sebenarnya sudah bisa didapatkan pada lauk pauk sepertu ayam atau ikan yang mengandung protein hewani. Sedangkan kandungan fosfor, zat besi, dan kalsium juga sudah ada di lauk pauk bahkan di sayuran. Meminum susu justru akan menambah porsi protein dan membuat kandungan makanan yang kamu konsumsi kandungannya nggak lagi seimbang. Buat kamu yang nggak doyan susu, tenang, susu bukanlah sebuah penyempurna makanan kok.

Selain itu, 4 sehat 5 sempurna nggak memberikan pemahaman soal seberapa porsi makanan yang harus dikonsumsi. Kalau kebanyakan ‘kan bisa obesitas tuh

Konsep 4 sehat 5 sempurna memberikan gambaran bagaimana kita sebaiknya mengonsumsi nasi, sayur, lauk, buah, hingga susu. Namun tidak ada penjelasan pasti mengenai porsinya. Tentu ini bisa diartikan salah oleh orang-orang. Jika mengonsumsi porsi yang tidak seimbang, gizi yang akan masuk ke tubuh juga nggak akan seimbang. Terlalu banyak konsumsi karbohidrat terutama nasi justru bisa memicu obesitas dan kolestrol.

Kalau ditanya apa itu 4 sehat 5 sempurna jawabannya sesingkat; nasi, lauk, sayur, buah, dan susu. Padahal variasi makanan lain juga banyak

Variasi makanan memang perlu. Semakin beragam makanan yang kita konsumsi, makin lengkap gizi dalam tubuh kita. Namun nggak harus hanya fokus dari bermacam-maca jenis makanan yang kita konsumsi kok. Kesalahan dari konsep 4 sehat 5 sempurna adalah tidak adanya pemahaman soal pengganti makanan. Sumber karbohidrat, protein, dan vitamin juga bisa diperoleh dari bahan baku lain seperti gandum, jagung, dan lain-lain. Seringnya kita hanya terpaku pada nasi, lauk, sayur, buah yang itu-itu saja ketimbang menggantinya dengan yang punya kandungan lebih baik.

Nggak ada sosialisasi bahan pengganti nasi, akibatnya orang Indonesia kalau belum makan nasi belum dianggap makan

Tidak ada pemahaman soal substitusi nasi sebagai makanan pokok. Padahal nasi bisa saja digantikan oleh bahan lain seperti gandum, jagung, dan lain-lain. Terkadang orang juga beranggapan mie instan yang punya kandungan karbohidrat yang sama justru dianggap sebagai lauk makanan. Padahal mengonsumsi nasi dengan mie sama saja karbohidrat yang lauk karbohidrat. Wah jadi ngak seimbang.

Lalu ada satu yang penting banget tapi terlwatkan. Yaitu imbauan konsumsi air mineral setiap hari

Air mineral penting bagi tubuh kita. Bahkan disarankan minum air putih 8 gelas sehari untuk menjaga sistem pencernaan dan metabolisme tubuh. Air juga bisa menghindarkan tubuh dari dehidrasi. Pada konsep 4 sehat 5 sempurna, penjelasan ini luput disosialisasikan. Sehingga seolah-olah susu adalah minuman yang lebih penting dari air mineral. Bisa gawat kan kalau seharian nggak minum air mineral.

Sebenarnya konsep 4 sehat 5 sempurna ini sudah digantikan oleh Pedoman Gizi Seimbang (PSG) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 41 tahun 2014. Tapi karena konsep 4 sehat 5 sempurna sudah terlanjur melekat dan mudah diingat, konsep PDG justru masih kalah populer. Yang penting jangan ajarkan 4 sehat 5 sempurna ke anak-anak lagi ya, udah nggak relevan lagi!

Referensi