Saat kebenaran bisa menyakiti orang lain, benarkah sebaiknya kita tidak mengatakan yang sebenarnya?

Tidak semua kebenaran menyenangkan untuk diketahui. Ada kebenaran-kebenaran yang dapat memutarbalikkan kehidupan seseorang. Coba bayangkan kalau kamu berada dalam posisi mengetahui suatu kebenaran yang menyangkut seseorang dan kamu tau kalau kamu mengatakan hal itu, ada kemungkinan kebenaran tersebut dapat menyakitinya. Tapi di sisi lain, kamu merasa orang tersebut berhak mengetahui kebenarannya. Saat kamu punya pilihan untuk menyampaikan atau menyembunyikan, apakah memang sebaiknya kamu tidak mengatakan yang sebenarnya?

6 Likes

Menurut saya, kebenaran sudah seharusnya disampaikan walaupun bisa menyakiti seseorang sekalipun. Suatu kebenaran pada dasarnya dibutuhkan untuk kita bisa menjalankan sesuatu yang benar. Perasaan tersakiti hanyalah sesaat, namun suatu kebenaran merupakan sesuatu yang mutlak dan sampai akhir akan tetap seperti itu.

Adapun kebenaran yang sifatnya berhubungan dengan personal atau individu bisa disampaikan secara personal dan dengan cara yang baik tanpa maksud menyakiti dia, tetapi karena sayang lah kita menyampaikan kebenaran itu.

2 Likes

Kamu bisa sembunyikan sebanyak yang kamu mau, kalau kamu takut kebenaran akan merusak hubunganmu dengan orang lain. Tapi apa kamu pikir hubungan yang dibangung di atas pondasi kebohongan bisa bertahan selama yang kamu inginkan? Ada terlalu banyak cara bagi kebohongan untuk terbongkar, cepat atau lambat. Menyimpan kebohongan sama halnya dengan menyimpan bom waktu. Kalau kamu mengatakan dengan cara yang tepat, besar kemungkinan malah hal itu bisa memperkuat hubunganmu. Berbeda halnya kalau yang terjadi adalah “ledakan tidak terkontrol” dari bom waktu yang kamu simpan.

1 Like

Kalau menurut saya, meskipun itu merupakan kebohongan kecil. Kebohongan tetaplah kebohongan dan BOHONG itu BURUK. Menurut pendapat para pakar psikologi, sekali seseorang bertindak bohong, maka untuk selanjutnya akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini menimbulkan karakter “Tukang bohong”. Bisa jadi untuk menutupi kesalahan kecil pun akan dihadapi dengan kebohongan. Karakter ini menurut saya sangat buruk. Dengan alasan “berbohong untuk kebaikan” itu menurut saya bullshit.

Seburuk apapun hasil dari kejujuran, tetaplah lebih baik untuk berlaku jujur. Dengan jujur, tidak akan ada perasaan cemas berkepanjangan. Hubungan yang dilandasi dengan kejujuran akan terasa nyaman.

1 Like

Situasi yang dilematis ya. Secara moral saya tidak bisa membenarkan kalau yang dimaksud dengan tidak mengatakan yang sebenarnya adalah berbohong. Sebenarnya kita bisa tidak mengatakan yang sebenarnya dengan tidak membahasnya sama sekali. Kalau saya punya pilihan sepertinya saya akan memilih hal yang kedua ini dan membiarkannya tetap seperti itu. Tapi pada akhirnya kebenaran pasti harus dikatakan. Hanya saja kita punya pilihan bagimana cara mengungkapkannya agar kerusakan yang timbul bisa ditekan seminimal mungkin.

Kalau saya ada di situasi itu, hal yang paling mudah yang akan saya lakukan adalah menghindari topik yang mengarah ke sana. Hal ini akan saya lakukan selagi bisa, sambil memikirkan hal-hal yang bisa saya katakan apabila pada suatu momen akhirnya topik tersebut naik ke permukaan dan harus saya hadapi.

Saya merasa perlu menyiapkan momen pengungkapan itu dengan segala kemungkinannya dengan baik. Meskipun banyak hal yang tidak bisa diprediksi, tapi sesuatu yang dipersiapkan lebih kecil kemungkinannya untuk gagal seburuk sesuatu yang tidak dipersiapkan. Kebenaran-kebenaran yang berpotensi menyakiti dan merusak hubungan semacam ini tidak bisa dikatakan secara impulsif tanpa pertimbangan matang. Cara yang salah hanya akan memperparah sakit yang dirasakan orang yang bersangkutan.

Selagi menghindari topik itu saya juga akan sebisa mungkin menyiapkan “peredam”. Misalnya apabila rahasia yang bisa menyakiti itu berkaitan dengan kesetiaan, maka saya akan membuktikan terlebih dahulu kesetiaan pada orang yang pernah dikhianati. Dengan begitu, walaupun ia tetap sakit hati, tapi dia tau kalau masa lalu tidak sama dengan apa yang ada saat ini. Saya berusaha membuatnya berpikir bahwa meskipun masa lalu terungkap tidak ada yang perlu dikhawatirkan hari ini dan seterusnya karena semua sudah berbeda, semua akan baik-baik saja.

3 Likes

Menurut saya, menyembunyikan kebenaran memanglah bukan sesuatu yang tepat, namun tidak semua hal memang harus disampaikan. Bukan berarti kita menyembunyikannya, tetapi ada hal-hal yang tidak perlu diutarakan. Apabila dirasa hal kebenaran tersebut bisa menyakiti, ya dilihat kembali apakah hal tsb memang harus dissampaikan. Kalau perlu, sampaikanah dengan baik, tetapi kalau tidak perlu mending disimpan sendiri saja. Silahkan kita memilah kebenaran tsb sesuai dengan kebutuhannya.

Adapun kita juga harus menyiapkan diri dengan segala apapun yang terjadi apabila suatu kebenaran bisa menyakiti diri kita. Yang harus kita yakini bahwa, perasaan sakit hanya bersifat sementara saja.

2 Likes

Dilema ketika harus dihadapkan dengan kondisi tersebut. Saya sendiri juga pernah mengalami hal tersebut. Ketika kita sebagai sahabat dekat yang benar-benar mengenal seseorang dan mengakibatkan kita merasa mampu untuk mengambil keputusan bagi dirinya, salah satunya dengan tidak memberitahukan kebenaran yang sebenarnya miliki orang lain. Nah, saya melihat kondisi ketika mengetahui kebenaran yang menyangkut orang lain dan membuat dirinya harus menyimpan kebenaran tersebut merupakan salah satu langkah pengambilan keputusan seseorang.

Pada pengambilan keputusan menurut ahli manajemen George Robert Terry pengambilan keputusan salah satunya didasari oleh intuisi yaitu berdasarkan perasaan yang subjektif. Ketika seseorang memutuskan untuk menyimpang kebenaran karena kemungkinan kebenaran tersebut dapat menyakiti perasaan orang lain maka diri kita sendiri secara subjektif telah menentukan hal tersebut. Kita dengan pengalaman, pengetahuan, dan ditambah kedekatan emosional dengan orang yang bersangkutan bisa menimbulkan bias untuk mengambil sebuah keputusan.

Hal tersebut sebenarnya tidak salah, ketika kita memang merasa bahwa kita sedang menyimpan kebenaran yang tidak baik untuk disampaikan kepada orang lain maka harus selalu diingat bahwa terdapat alasan faktual yang dapat mendasarinya. Manusia terlahir dengan kemampuan penalaran logika jadi selama terdapat penjelasan secara logis dari segala tindakan yang kita ambil maka akan lebih mudah untuk dipahami oleh individu lain daripada, ‘ah ya tidak ada alasannya, hanya ingin menyimpan kebenaran ini saja untukmu karena aku tahu kamu’. Alasan yang tidak mendasar kan?

Referensi

Terry, R George. 1972. Principles of Management an Integrated Approach. New jersey: Prentice Hall Inc

Menurut saya, terkadang memang ada hal-hal yang tidak perlu disampaikan, tetapi bukan berarti kita berbohong. Tidak mengatakan yang sebenarnya bukan berarti malah menyampaikan hal lain atau yang bertentangan dengan kebenaran tersebut. Misal saja, ketika kita sudah makan siang, tetapi seorang teman—tanpa tahu kita sudah makan—membelikan makanan untuk kita karena dia ingat kita menyukainya, saya pikir lebih baik tidak mengatakan kalau kita sudah makan agar dia tidak kecewa, toh ketika kita menerima pemberiannya juga bukan berarti bohong kan?

Lain halnya jika sebuah kebenaran memang hak seseorang untuk mengetahuinya (dalam arti malah bisa merugikan orang itu atau orang lain jika tidak diketahuinya). Dalam kondisi ini, sekalipun kita yakin kebenaran ini akan menyakiti orang tersebut, kita tetap wajib menyampaikannya. Karena jika pun kita menyimpannya dan suatu saat orang itu tetap tahu kebenaran tersebut meski bukan dari kita, level sakitnya bisa jadi lebih besar dibanding langsung segera kita beri tahu. Lagi pula, sebelum menyampaikan kebenaran yang menyakitkan, kita juga bisa mencoba meminimalisir sakit hati yang akan timbul, misalnya dengan memilih waktu, tempat, kondisi, dan cara penyampaian yang tepat. Pun bisa juga dengan memikirkan penghiburan yang cocok setelah menyampaikan kebenaran tersebut.

Menurut saya itu tidak benar, seburuk apapun kenyataan dan kebenarannya kita tetap harus memberitahukan hal tersebut kepada orang yang bersangkutan. Sebab jika kita berbohong, lalu kemudian orang tersebut mengetahuinya dikemudian hari itu akan membuatnya lebih kesakitan. Dan bisa saja justru orang itu akan menyalahkan kita karena merasa dikhianati.

Tetapi memang untuk menyampaikan kebenaran itu tidak harus secara langsung dan mendadak, kita bisa memberitahunya secara perlahan dan bertahap. Sehingga orang tersebut tidak mengalami kepanikan dan stess.

Selain itu kita juga punya tanggungjawab untuk mendampingi orang tersebut pasca kebenarannya diketahui. Kita harus memastikan merka tidak mengambil tindakan ceroboh setelahnya. Jadi ya… sepahit apapun kebenaran tetap harus diungkapkan. Memang sakit tetapi perlahan akan berlalu juga.

Menurut saya ada dua hal yang berbeda, pertama yaitu diam atau tidak mengatakan yang sebenarnya, kedua yaitu berbohong. Ketika kita memilih untuk diam atau tidak mengatakan yang sebenarnya, bukan berarti kita sedang berbohong. Ada beberapa faktor yang membuat kita untuk tidak mengatakan yang sebenarnya, seperti urgensi untuk mengatakan hal tersebut tergolong kurang, belum waktunya, kurang berani untuk mengutarakan, atau faktor lainnya.

Berbeda dengan berbohong. Sepengetahuan saya, berbohong adalah MENGATAKAN HAL YANG TIDAK BENAR. Diam bukan berarti berbohong.

Ketika terdapat sebuah kebenaran yang menyakiti orang lain perlu pertimbangan untuk mengutarakan hal tersebut. Misalkan, ketika kita merasa tidak nyaman dengan aroma tubuh seseorang, pastinya kita akan berpikir berulang kali untuk mengutarakan hal tersebut kepada orang lain. Ketika pada akhirnya kita memilih untuk diam, bukan berarti kita berbohong. Semua itu hanya masalah bagaimana kita dengan bijak mengutarakan sesuatu mengenai orang lain.

Jadi menurut saya tergantung kepada cara kita memilih apakah orang tersebut perlu untuk mengetahuinya atau tidak dan untuk menghindari konflik kita dapat mengutarakan hal yang menyakiti orang lain dengan pendekatan baik, seperti menggunakan kata-kata yang sopan dan di kondisi yang tepat.

1 Like

Sepahit apapun kebenaran harus disampaikan kepada orang lain tersebut. Bayangkan saja jika sebuah kebohongan terus ditutup, hal itu akan menjadi besar dan sangat berakibat fatal. Menurut saya meskipun orang tersebut pasti akan merasa tersakiti, itu lebih baik daripada orang tersebut harus menjalani hidupnya dalam kebohongan yang ketika suatu saat ia mengetahui kebenaran sesungguhnya yang hanya akan membuat ia lebih sakit. Setidaknya ketika kita mengetahui kebeneran dari suatu hal yang membuat kita sakit, kita bisa ambil pelajaran dan membuat pertahanan diri sendiri untuk kedepannya.

Dalam keadaan tertentu, sebaiknya kita lebih mempertimbangkan kebenaran dan kebaikan. Di sini, problema yang muncul harusnya ditinjau dari dua hal tersebut.

Pertama, apakah kebenaran itu bisa menjadi salah ketika diungkapkan? Jelas kebenaran tidak bisa bercampur dengan salah. Kebenaran menjadi identitas sendiri dan tidak bisa dicampurkan dengan kesalahan. Baik itu diungkapkan atau tidak diungkapkan kebenaran itu benar.
Kedua, berbeda ketika kita membicarakan kebenaran itu baik bagi semua orang? Relatif. Apakah kebenaran tentang galaksi dan kosmos baik untuk seorang koki di dapur? Jelas tidak relevan. Dan juga apakah kebenaran tentang penyakit ganas pasien baik untuk penderitanya? Ini adalah poinnya! Kebenaran itu baik pada waktu dan tempat yang sesuai. Tidak semua kebenaran itu harus disampaikan secara gamblang pada seseorang yang memiliki kondisi yang tak sesuai. Tetapi, pada akhirnya kita tak perlu melakukan kebohongan. Biarlah diam menjadi arti tersendiri dalam sebuah percakapan.

Menurut saya menjunjung tinggi nilai nilai kejujuran dalam hidup itu merupakan suatu keharusan. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kebohongan meskipun dengan maksud untuk suatu kebaikan. Suatu kebenaran haruslah ditegakkan meskipun akan membuat suatu kerugian atau menyakiti seseorang, karena tidak semua kebenaran akan bermuara pada kebahagian. Lebih baik jujur tapi menyakitkan daripada berbohong demi suatu kebaikan. Karena kita akan terus merasa bersalah dan menyesal atas kebohongan yang kita katakan.

Menurut saya bukan sebaiknya tidak dikatakan tetapi dikatakan diwaktu yang tepat karena kembali ke dasarnya bahwa hal tersebut adalah sebuah kebenaran dimana penting untuk diketahui biarpun ujungnya dapat menyakiti.

Kebohongan merupakan tindakan atau perkataan dimana seseorang tidak melakukan atau mengatakan kenyataan. Terdapat 4 tipe kebohongan dengan kode berupa warna yang dilansir oleh Website Changingminds.org yaitu Putih (White lie), Abu-abu (Gray lie), Hitam (Black lie), dan Merah (Red lie). Keempatnya dibagi oleh apakah hal tersebut memberikan keuntungan maupun kerugian bagi pelaku maupun orang yang dibohongi.

Keempat kebohongan tersebut diilustrasikan dalam gambar dibawah ini

White Lie
White lie diilustrasikan dimana kebohongan yang dilakukan untuk membantu oranglain, meskipun pelaku dapat mengalami kerugian. Pada beberapa kejadian, meskipun pelaku mengalami kerugian setelah melakukan kebohongan namun saat melakukannya kita merasa tenang karena perilaku tersebut atau bahkan mendapatkan terkadang mendapatkan pujian atas kebohongan tersebut karena hal itu menyelamatkan yang lain.

Gray Lie
Gray lie diilustrasikan dimana kita dan oranglain mendapat keuntungan karena kebohongan. Gray agak sulit dibedakan dengan white lie. Sebagai contoh, pelaku berbohong untuk menyelamatkan teman dari masalah dan mendapatkan keuntungan dimana pelaku dalam masalah maka teman tersebut juga berbohong untuk membantu.

Black Lie
Black Lie dilakukan agar pelaku mendapatkan keuntungan sementara orang lain mengalami kerugian atau tidak mendapatkan keuntungan apapun. Tujuan kebohongan antara lain untuk keluar dari masalah (mengurangi bahaya yang dialami pelaku) atau untuk mendapatkan sesuatu yang diingkan (meningkatkan keuntungan untuk dirisendiri). Black lie terburuk merupakan kebohongan yang sangat membahayakan orang lain, bahkan mungkin yang terburuk dimana pelaku hanya mendapatkan sedikit keuntungan namun orang lain mengalami kerugian yang besar.

Red Lie
Red Lie dilakukan dimana pelaku maupun orang lain mengalami kerugian. Biasanya dilakukan karena dengki dan balas dendam. Kebohongan itu ditujukan untuk menyakiti orang lain meskipun hal itu juga akan merugikan pelaku.

Kebohongan yang dilakukan demi oranglain termasuk dalam White dan Gray lie. Kebohongan tersebut dapat juga menyelamatkan seseorang dari perasaan yang terluka yang tak perlu. Orang-orang yang memiliki empati biasanya menggunakan kebohongan jenis itu dalam keadaan yang memungkinkan untuk berbohong.

Hollowey menganjurkan untuk sebelum berbohong, ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan pada diri sendiri untuk memastikan bahwa kebohongan tersebut memang perlu:

  • Apakah ada yang terluka apabila ada kejujuran yang disembunyikan atau kebohongan itu dilakukan?
  • Bisakah seseorang berubah atau semakin berkembang dari kejujuran yang diutarakan, atau apakah hal tersebut tidak diperlukan dan justru menyakiti seseorang karena opini jujur tersebut?
  • Bagaimana rasanya kalau seseorang menyembunyikan kejujuran pada situasi yang sama?
  • Apakah menghindari kejujuran pada situasi tersebut merupakan tindakan pengecut atau karena kasihan?

Penting untuk menjaga perasaan orang lain, namun kebohongan seharusnya tidak boleh dilakukan hanya untuk terlihat baik. Selalu ingat bahwa setiap kebohongan pasti akan ada konsekuensinya masing-masing. Hati-hati dalam menggunakannya dan pertimbangkan mengapa ataupun kapan kebohongan dilakukan, dan seharusnya digunakan hanya memang hal itu satu-satunya respon terbaik yang perlu diberikan. Pastikan juga bahwa kebohongan tersebut tidak menyakiti lebih parah orang yang dibohongi pada kemudian hari.

Sumber

Holloway, B. The Truth About Lying - Health Encyclopedia - University of Rochester Medical Center
Changingminds. Four Colors of Lies

truth may hurt sometimes. saya memilih memberitahukannya walau itu pahit. saya percaya kebenaran yang disembunyikan akan semakin membuat sakit saat ketahuan.

Menurut saya, terkadang memang ada kebenaran yang dapat menyakiti orang, jadi ada beberapa hal yang sebaiknya tidak di ungkapkan, bukan nya menutupi kebohongan, namun ada beberapa hal yang sebaiknya tidak di ungkapkan guna menjaga perasaan orang lain.Jika hal tersebut patut untuk disampaikan, kita harus pintar-pintar menentukan waktu yang tepat serta menggunakan bahasa yang sebaik mungkin, agar dapat meminimalisir rasa sakit hati. Karena pemilihan kalimat atau kata yang tepat dapat mempengaruhi penerimaan pesan.