Resepsi pernikahan, Sebenarnya tradisi atau ajang adu gengsi?

weddin

Melangsungkan pesta pernikahan dan menikmati jadi raja dan ratu semalam adalah impian setiap pasangan. Sayangnya demi mengadakan pesta, tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Belum lagi jika pestanya tak dilakukan sekali, namun harus beberapa kali demi mengikuti tradisi dan akhirnya membuat biaya yang dikeluarkan lebih banyak. Kenapa saya bilang tradisi? Karena hal ini sudah dilakukan secara turun temurun tanpa mempertimbangkan kemampuan dari si calon mempelai. Terkadang, ada percampuran antara keinginan dan pandangan masyarakat, dan biasanya lebih kuat pengaruh pandangan masyarakat. Terlebih, pesta pernikahan, mewah, memang semacam sudah menjadi tradisi. Tanpa sadar memang juga bisa menjadi ajang adu gengsi, untuk melihat siapa yang pestanya paling mewah.

Memang tak ada salahnya memiliki pernikahan yang ideal, karena menikah adalah janji setia dan hanya ingin dilakukan sekali seumur hidup. Nah pandangan Youdics mengenai resepsi pernikahan yang akan dilakukan nanti itu bagaimana? Resepsi pernikahan itu sebagai tradisi atau ajak adu gensi sih?

Menurutku resepsi dibuat untuk bisa semewah mungkin ya karena momen tersebut merupakan momen penting yang ada dalam hidup kita, jadi kita harus bisa membuatnya untuk bisa berkesan. Namun problemnya adalah pada society kita sekarang ini. Kita hidup di society dimana kita harus bisa memberikan impression yang baik bagi orang-orang sekitar. Salah satunya adalah dengan resepsi yang kita diadakan. Dari resepsi yang kita adakan dan mengundang orang-orang terdekat kita, mereka secara tidak langsung akan memberikan penilaian kepada kita.

Yah, menurutku inilah budaya Indonesia yang menurutku kurang baik. Nikah terlalu muda, dikira hamil duluan. Nikah terlalu tua, diomongin kalo gak laku. Resepsi kacau, jadi bahan cibiran. Belum punya anak, digosipin mandul, dan masih banyak lagi. Kita menjadi subjek yang akan terus dinilai oleh orang-orang di sekitar kita. Hidup kita menjadi didikte oleh omongan orang lain. Orang lain terkesan untuk suka mengurusi hidup orang lain. Sehingga, mau tidak mau kita akan berusaha sekuat mungkin untuk bisa memberikan kesan positif agar tidak menjadi bahan gunjingan kedepannya.

Kalau menurutku, jika berbicara masa sekarang, maka saya bisa mengatakan bahwa resepsi merupakan ajang adu gengsi. Bagaimana tidak, memang benar bahwa resepsi pernikahan adalah momen penting yang mesti dirayakan dengan cara yang berkesan. Memang benar pula bahwa resepsi pernikahan itu adalah momen berkumpulnya kebahagiaan antara kita dan orang-orang yang kita cintai dari kalangan keluarga dan kerabat. Itu semua benar dan kita tidak menyangkalnya. Namun, kita pun perlu pahami bahwa momen ini kerap menjadi ajang penghamburan harta dan tenaga secara tidak perlu. Belum lagi, jika momen ini menjadi ajang adu gengsi dan prestise di kalangan manusia. Padahal sejatinya, makna resepsi yang sesungguhnya adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah karena akhirnya kedua mempelai dapat melaksanakan prosesi akad nikah dengan lancar. Namun, seiring perkembangan zaman dan hidup masyarakat, telah terjadi pergeseran makna dari resepsi itu sendiri.
Dulu, jika tidak memiliki uang, maka tidak perlu atau memaksa diadakan resepsi. Tetapi seksrang, sekalipun tidak ada uang, orang orang rela berhutang agar resepsi dilaksanakan yang tidak lain tidak bukan tujuannya adalah mendapatkan validasi atas keberadaan dirinya di lingkungan masyarakat

Pesta pernikahan atau resepsi memang sudah seperti tradisi. Aku paham banget, resepsi pernikahan ini biasanya dilakukan karena hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup sehingga memang tidak ada salahnya jika diadakan sebuah pesta. Namun, tanpa sadar di masa sekarang ini resepsi pernikahan bisa menjadi ajang adu gengsi. Bahkan aku pernah mendengar ada yang rela meminjam uang dari bank demi menggelar resepsi yang mewah.
Menurutku itu hal yang kurang baik dan harus diubah karena tujuan dari diadakannya resepsi pernikahan adalah sebagai rasa syukur dan untuk berbagi kebahagiaan.

Menurutku juga pesta pernikahan yang mewah maupun sederhana itu sah-sah saja jika dilakukan, namun harus sudah diperhitungkan dan disesuaikan dengan kemampuan dan apa yang benar-benar di butuhkan saja. Selain itu, pesta pernikahan ini kan sebenarnya ditujukan untuk mengundang kerabat, saudara, dan lain-lain untuk turut berbagi kebahagiaan dan memohon doa restu supaya pernikahan tersebut selalu mendapat kebaikan-kebaikan bukan diadakan dengan tujuan ajang adu gengsi.

Menurutku resepsi pernikahan ini tetap termasuk dalam tradisi. Aku rasa resepsi pernikahan perlu untuk dilaksanakan untuk memberikan kabar tentang pernikahan. Ditambah dengan diiringi oleh tradisi atau adat istiadat setiap budaya, menambah kesan positif dan harapan baik bagi pengantin.

Masalah tentang adu gengsi, itu persepsi dan pandangan orang lain terhadap resepsi pernikahan yang ideal. Lalu, resepsi pernikahan yang baik menurutku tetap diadakan mengikuti keyakinan dan budaya, terus juga tetap mempertahankan intimate antara tamu dan pengantin.

Resepsi merupakan budaya masyarakat Indonesia yang sudah turun temurun dilaksanakan, banyak orang pastinya ingin merekam momen mereka , berbagi kebahagiaan dengan orang terdekat dan teman-teman karena pernikahan merupakan waktu sekali seumur hidup.Menurut saya kenapa resepsi diadakan secara besar dan mewah karena kita hidup di mana orang sering membicarakan tentang diri kita dan lain sebagainya, memang hal tersebut kurang baik karena seharusnya mereka tidak memaksakan diri demi resepsi yang mewah agar dilihat oleh teman dan saudaranya yang tidak lain hanya demi gengsi.

Saya pikir sih resepsi adalah tradisi, pada mulanya. Sebagai ajang berbagi kebahagiaan dengan sanak dan keluarga jauh, yang kadang tidak dapat dilakukan dalam hari-hari biasa. Tetapi semakin berjalannya waktu, berkembang faham gengsi terutama dari pihak keluarga mempelai. Untuk generasi sekarang, saya rasa mereka sudah tidak begitu mempedulikan kemeriahan resepsi. Banyak pasangan yang justru sengaja melakukan pernikahan secara tertutup. Hal itu tentu tidak lumrah dilakukan oleh orang tua mereka dulu. Sebab di masa itu pernikahan yang dilakukan diam-diam bisa berarti adalah pernikahan yang tidak direncanakan. Misalnya karena adanya kehamilan di luar nikah dll.

Oleh karenanya, pihak yang kebanyakan menuntut adanya resepsi mewah adalah pihak keluarga. Entah itu orang tua maupun nenek kakek dan orang-orang yang punya pengaruh dalam keluarga tersebut. Sedangkan mempelai biasanya hanya mengikuti keputusan keluarga.

Moment resepsi pernikahan adalah moment yang sacral dan berlangsung hanya sekali seumur hidup. Dengan anggapan ini, orang-orang berusaha dan berlomba-lomba membuat resepsi pernikahan yang terbaik. Apalagi jika kedua keluarga berasal dari orang yang penting dan terpandang. Membuat resepsi se-mewah mungkin sudah seperti keharusan untuk memenuhi gengsi. Semua pastinya ingin memberikan yang terbaik. Kepada para tamu dan membuat kesan yang tidak akan dilupakan oleh orang-orang juga.

Jadi, ya menurut saya pernikahan mewah yang dilaksanakan oleh orang-orang kebanyakan adalah untuk menutupi gengsi, bahkan ada yang sampai bela-belain untuk meminjam uang.

Padahal, menurut saya biarpun acara pernikahan adalah moment yang sacral, tidak perlu terlalu memang jika memang budget yang dimiliki memang pas-pasan. Sekedar berkumpul dan memasak makanan bersama saja sudah cukup, karena yang terpenting kan bisa berbagi kebahagian dengan orang-orang terkasih.

Resepsi pernikahan merupakan hal yang ditunggu oleh rekan-rekan karena itu seperti pesta pertemuan, bertemu teman lama ataupun kerabat jauh maupun kerabat dan relasi orangtua. kalau aku menganggap resepsi sebagai tradisi. karena hal ini hanya dilakukan sekali seumur hidup dan harus memiliki kesan yang sangat-sangat baik untuk semua pihak karena tidak akan terulang kembali dengan orang yang sama. ya emang dengan adanya tradisi ini membuat kita mengeluarkan biaya yang cukup banyak bahkan terkadang diluar batas kemampuan financial hingga menjadikan hal tersebut sebagai adu gengsi.
banyak orang yang memilih menunda pernikahan karena tradisi ini yang membutuhkan biaya yang sangat banyak sehingga membuatuhkan kesiapn financial yang sangat-sangat matang atau bisa dibilang mapan. bisa kita lihat dari tradisi beberapa daerah yang memerlukan uang ratusan juta untuk meminang anak perempuan yang terkesan menyulitkan dan ibaratnya seperti wanita itu dijual ke pihak laki-laki. tapi tidak semua orang beranggapan seperti itu. ada orang yang beranggapan bahwa itu adalah balas jasa atas orangtuanya yang telah membesarkannya menjadi sosok yang hebat atau yang lainnya.

MENURUT OPINI SAYA TERKAIT " PERSEPSI PERNIKAHAN, SEBENARNYA TRADISI ATAU AJANG ADU GENGSI’?

  • Negara Indonesia terdiri dari berbagai bangsa dan suku daerah yang sangat begitu beragam. Di lihat dari segi bahasa, budaya, ras dan tata cara adat yang berbeda, Sehingga sangat di mungkinkan terdapatnya perbedaan tata cara pelaksanaan perkawinan adat setiap daerah Yang merupakan kekayaan kebudayan tiap masing-masing daerah.Kebudayaan merupakan suatu system gagasan, rasa dan tanggapan serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan sebagai pemiliknya yang didapat melalui belajar.Masyarakat dan kebudayaan memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat yang sangat erat dimana budaya lahir dari tingkah laku manusia yang lama kelamaan budaya tersebut menjadi tradisi yang di junjung tinggi oleh masyarakat. Kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat di suatu daerah berbeda dengan kebudayaan daerah lain. Hal ini disebabkan karena latarbelakang sejarah masyarakat yang berbeda sehingga akan mempengaruhi dalam cara bertingkah laku masyarakat dan system tata nilai yang di anutnya.

  • Kebudayaan Indonesia secara keseluruhan, hal ini di anggap menjadi faktor terpenting yang menyebabkan lahirnya beragam corak kebudayaan daerah yang di anut oleh masyarakat berdasarkan hiestoris dan geografis daerahnya masing-masing. Kebudayaan daerah yang beraneka ragam menjadi suatu daya tarik dan menjadi kebudayaan tersendiri karna setiap daerah memiliki berbagai keunikan dalam adat dan kebiasaannyaIndonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat multi etnis, berbagai budaya dan suku didalamnya sehingga menimbulkan suatu aturan atau hukum yang berbeda pula Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan, bahwa perkawinan itu hendaknya berlangsung seumur hidup dan tidak boleh berakhir begitu saja. Pembentukan keluarga yang bahagia dan kekal itu, haruslah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial biologis, psikologis maupun secara sosial.

  • Perkawinan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan perkawinan sampai ajal menjemput. Semua agama resmi di Indonesia memandang perkawinan sebagai sesuatu yang sakral, harus dihormati, dan harus dijaga kelanggengannya. Oleh karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya sebagai orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki jenjang perkawinan.

REFERENSI

Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta, Fakultas Hukum UII, 1 977,

Alhamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, Jakarta, Pustaka Imani, 1980 .

Amir Martosedono, Apa dan Bagaimana Undang-undang No.1.1974, PT Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

sebenarnya gak salah sih ntuk menggelar resepsi sesuai impian, namun mungkin masih sering disalah fokus dan niat kan kali ya, yang tadinya menjadikan hari suci tapi malah beradu gengsi. Sangat di sayangkan ya kalau aku, tapi mungkin boleh saran, ketika memutuskan untuk menggelar resepsi sebaiknya sesuai kemampuan saja (budget) apalagi jangan sampai ber “hutang” karena kedepannya kebutuhan finansial akan lebih banyak dan bisa semakin memberatkan pasangan tersebut, yang tadinya budget itu bisa untuk membeli keperluan anak eh malah untuk melunaskan hutang, so benar benar diredam deh gengsinya dan diperhitungkan kembali dengan hati hati.

Bisa jadi keduanya.

Sebagaimana kita tahu, resepsi pernikahan memang sebuah tradisi karena telah dilakukan sejak dulu dan kebiasaan ini diwariskan turun-temurun. Suku-suku di Indonesia memiliki versi resepsinya masing-masing sesuai dengan adat pernikahan setempat, berupa perayaan-perayaan khusus walaupun formatnya tidak harus seperti resepsi modern. Intinya, selalu ada perayaan apapun bentuknya. Momen pernikahan sudah sejak dahulu dianggap momen yang spesial dan sakral dalam kehidupan.

Ajang perayaan pernikahan ini sebenarnya juga merupakan penanda status sosial pada suku-suku di Indonesia dan adat lainnya di luar negeri. Seberapa besarnya perayaan bisa menunjukkan kemampuan finansial keluarga mempelai. Misal, perayaan pernikahan penguasa tentu saja lebih meriah kan dari pestanya rakyat biasa? Hal ini sudah ada juga sejak dulu dan semangatnya masih ada hingga kini.

Jadi resepsi pernikahan itu adalah tradisi, namun jelas juga bisa menjadi ajang adu gengsi karena perannya sebagai indikator status sosial.

Resepsi pernikahan menurutku memang menjadi sebuah tradisi bagi sebagian banyak orang, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini karena sebuah pernikahan hanya ingin dilakukan sekali dalam seumur hidup dengan orang yang dicintai. Sehingga setiap orang ingin mengabadikan momen tersebut dan merayakan kebahagiaannya dengan keluarga maupun kerabat mereka. Maka tidak heran banyak orang yang mengadakan resepsi atau pesta pernikahan yang mewah sehingga mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Khususnya di zaman era modern ini, dimana kehidupan sehari-hari dapat terekspose melalui media sosial yang dapat dilihat oleh banyak orang dari kalangan tertentu. Hal ini membuat kita selalu ingin berusaha menampilkan yang terbaik pada mereka. Dengan demikian, timbulah ajang adu gengsi.

Adanya gengsi yang ditimbulkan itulah yang menjadikan sebagian banyak orang rela merogoh banyak uang demi mengedepankan gengsi mereka dibandingkan dengan kebutuhan prioritasnya, baik kalangan menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Padahal seperti yang kita tahu bahwa kebutuhan setelah menikah sangatlah banyak, seperti rumah yang menjadi kebutuhan primer, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti perabotan rumah tangga, elektronik, dan lain-lain. Namun, tetap saja resepsi pernikahan yang mewah masih dianggap jauh lebih penting dari kebutuhan lainnya. Sebab sebagian banyak orang masih ingin dianggap sebagai orang yang mampu dihadapan orang lain. Sebetulnya sah-sah saja jika mempelai ingin melangsungkan resepsi pernikahan yang mewah ataupun sederhana, jika memang sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Terlebih kebutuhan prioritas yang lain sudah dapat terpenuhi nantinya setelah menikah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurutku resepsi sebuah pernikahan ini merupakan tradisi namun juga menjadi ajang adu gengsi bagi sebagian banyak orang.

Pernikahan India paling terkenal dibayangkan sebagai tontonan besar. Gambar ini pasti nyata, meskipun mewakili sebagian kecil dari populasi India, dan hanya terwujud di dunia orang super kaya. Beberapa laporan memperkirakan orang super kaya merupakan 1% dari total populasi, yang menyumbang 22% dari PDB India.

Sosiolog Patricia Uberoi menulis bahwa di Asia Selatan, pernikahan adalah “tempat konsumsi dan pemborosan yang paling mencolok”.

Tetapi penelitian saya yang sedang berlangsung, pada para elit mengungkapkan bahwa pernikahan mereka lebih dari sekadar konsumsi yang mencolok atau perayaan ikatan kekerabatan baru. Mereka adalah pertunjukan kekuatan, kembalinya tradisi yang glamor, dan perayaan konservatisme sosial.

Pesona tradisi
Aspek yang paling memikat dari pernikahan elit India adalah klaimnya terhadap kepekaan global namun India, menyatukan “barat” dan “India” ke dalam pengalaman pernikahan.

Akibatnya, rangkaian acara pernikahan mencakup upacara tradisional yang terkait dengan ritual pernikahan khusus komunitas seperti dholki – upacara Punjabi bernyanyi dan menari mengikuti ketukan drum (dholak) – serta acara kebarat-baratan seperti pesta koktail, pesta lajang, dan resepsi besar dengan kue bertingkat.

Perpaduan Indo-Barat ini paling baik dicontohkan dalam pilihan gastronomi yang selalu mencakup masakan Cina, Lebanon, Italia, Jepang, India Utara, dan India Selatan yang semuanya memenuhi selera tamu mereka.

Pernikahan merupakan peristiwa yang terjadi sekali seumur hidup dan dianggap penting bagi banyak orang sehingga harus dirayakan. Di Indonesia sendiri, resepsi atau pesta pernikahan memang sudah menjadi tradisi tersendiri dan bahkan ada beberapa kelompok masyarakat yang menganggap pernikahan dianggap belum sah dan lengkap atau diakui secara sosial jika belum melaksanakan resepsi pernikahan. Ada sanksi-sanksi sosial seperti digosipkan hingga dikucilkan oleh masyarakat bila pasangan yang baru menikah tidak menggelar resepsi pernikahan. Akhirnya, orang berlomba-lomba untuk mengadakan pesta besar-besaran demi memberikan kesan tak terlupakan bagi para tamu yang diundang. Menurut saya, sah-sah saja jika ingin menggelar pesta pernikahan baik yang biasa-biasa saja maupun yang mewah dan besar-besaran asalkan semua sesuai dengan budget yang tersedia dan jangan sampai mengganggu keuangan rumah tangga di masa depan hanya untuk sekedar memenuhi gengsi sesaat belaka.

Kalau saya pribadi, saya lebih memilih merayakan dengan orang-orang terdekat yang benar-benar dikenal secara baik namun berkesan untuk diri saya, pasangan, keluarga serta tidak menghabiskan dana yang terlalu berlebihan.