Punya Inner Child? Sembuhkan Sendiri atau Harus ke Psikolog?

062968600_1601036479-Serba-Serbi-yang-Harus-Diketahui-Soal-Inner-Child-shutterstock_709856110

Inner child sebenarnya adalah sebuah konsep yang menggambarkan sifat dan sikap kekanak-kanakan yang mungkin dimiliki oleh setiap orang. Meski begitu, inner child yang terdapat di dalam masing-masing individu tentu tidaklah sama. Pasalnya, inner child terbentuk dari pengalaman saat masa kecil, entah itu karena kehilangan seseorang, dilukai secara verbal, ataupun mengalami perundungan.

Inner child bisa digambarkan sebagai bagian dari diri kita yang tidak ikut tumbuh dewasa dan tetap menjadi anak-anak. Artinya, bagian ini terus menetap dan bersembunyi di dalam diri. Bagian ini menggenggam erat setiap ingatan dan emosi yang pernah kita alami saat masih kecil, baik yang indah maupun yang buruk.

Sayangnya, hal ini kemudian juga menyerap setiap energi negatif, baik berupa perilaku maupun ucapan dari orang yang kita anggap seharusnya dapat memberikan rasa aman. Maka itu, saat inner child terluka, ia akan memengaruhi kita sebagai orang dewasa dalam mengambil keputusan dan menjalani hubungan dengan orang lain.

Inner Child sebaiknya memang disembuhkan agar tidak menimbulkan trauma yang semakin mendalam dan menjadi faktor pemicu balas dendam di kemudian hari. Namun banyak orang yang tidak mengetahui metode terbaik untuk penyembuhannya, ada yang membiarkannya saja atau pun sadar diri dengan pergi ke psikolog.

Jadi menurut kalian bagaimana solusi terbaik untuk menyembuhkan inner child ini? Yuk berikan pendapat terbaik kalian!

Referensi
  1. Memahami Inner Child dan Cara Mengatasi Luka Tertinggal
  2. Diamond, S, A. (2008). Essential Secrets of Psycotherapy: The Inner Child. Psychology Today.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan mental, menurutku perlu “kerjasama” antara keduanya, yaitu dari diri sendiri dan dengan bantuan psikolog. Apalagi untuk inner child ini, menyembuhkan yang terluka bukanlah yang mudah, untuk menyembuhkannya, kita harus berusaha menghubungkan diri kita dengan sosok masa lalu kita yang terluka untuk berusaha bersama-sama menyembuhkan diri. Kita bisa memulainya dengan menuliskan pengalaman dan perasaan buruk, dengan menulis, kita dapat mencurahkan emosi negatif yang selama ini kita simpan. Seperti yang dilakukan oleh Llia Salsabeela seorang leadership strategist dan juga seorang stoic, ia selalu menuliskan hal-hal yang ia alami dalam setiap harinya ke dalam sebuah jurnal bersyukur. Nah mereka juga bisa menuliskan dan perasaan buruk tersebut ke dalam sebuah tulisan, hal ini mungkin membuat mereka (yang memiliki inner child) kembali teringat dengan luka yang mereka miliki. Namun, setelahnya,aku rasa mereka dapat merasa lebih lega dan menerima situasinya dengan lebih baik. Kemudian, melakukan validasi melalui proses memaafkan diri sendiri, kaya self talk gitu istilahnya. Seperti i’m sorry, please forgive me, i love you, dan thank you.

Nah, masalahnya memang tidak semua orang mampu menyembuhkannya sendiri. Disinilah peran psikolog, jika dirasa usaha mandiri tidak berhasil, maka segera minta bantuan psikolog, karena bagaimanapun masalah kesehatan mental harus segera ditangani oleh ahlinya.