Program KB; Apakah Sudah Efektif?

Gerakan Keluarga Berencana (KB) ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970-an.Tujuan Program Keluarga Berencana adalah mencegah terjadinya pernikahan di usia dini. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu muda atau terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi. Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan jumlah penduduk di Indonesia.

Menurut “youdics” apakah program KB yang diterapkan pemerintah sudah efektif?

1 Like

Menurutku program Keluarga Berencana atau KB ini secara perlahan menunjukkan efektivitasnya. Hal tersebut dapat kita amati mulai dari orang-orang di sekitar kita yang jumlah anaknya lebih sedikit jika dibandingkan dengan orang-orang zaman dahulu. Memang secara umum jumlah penduduk Indonesia masih terus meningkat, namun fokus dari program KB adalah untuk menekan angka kelahiran atau pertumbuhan penduduk dimana program tersebut bisa dikatakan efektif meskipun masih belum merata.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Utama (2020), Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) pada tahun 1971-1980 masih cukup tinggi pada angka sekitar 2,31 persen. Pertumbuhan penduduk ini kemudian mengalami penurunan yang cukup tajam hingga mencapai 1,49 persen pada kurun waktu 1990-2000. Data terakhir (2000-2017) laju pertumbuhan penduduk Indonesia kembali turun menjadi 1,36 persen. Dengan penurunan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa program KB yang dijalankan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan karena memberikan hasil yang cukup baik dalam mengendalikan angka kelahiran.

Namun, sejak adanya pandemi COVID-19 yang mulai masuk ke Indonesia sejak Maret 2020 ternyata berdampak pada angka kelahiran penduduk. Menurut Kepala BKKN Hasto Wardoyo dalam Hida (2021), angka kelahiran nasional pada Januari 2021 meningkat sekitar 300.000 kelahiran, yang dapat diperhitungkan bahwa ibu-ibu yang melahirkan pada bulan tersebut mulai hamil di antara bulan Maret dan April pada masa awal pandemi dimana mayoritas penduduk banyak melakukan aktivitasnya di rumah. Dengan demikian, BKKBN harus meningkatkan pelayanan KB dan sepatutnya pelayanan tersebut tidak boleh sampai terhenti.

Jadi kesimpulannya, memang secara umum program KB di Indonesia dapat dikatakan efektif untuk mengurangi angka kelahiran penduduk. Namun dengan adanya pandemi ini angka kelahiran meningkat karena banyak masyarakat yang menghabiskan waktunya di rumah. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kualitas pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan rencana memiliki anak masih rendah terutama pada kalangan menengah-ke bawah sehingga pemerintah harus tetap mengedukasi masyarakat akan pentingnya memiliki perencanaan kehamilan yang baik.

Sumber

Hida, R. (2021, 23 Januari). BKKBN Soroti Peningkatan Angka Kelahiran pada Masa Pandemi. Diakses pada 27 Agustus 2021, dari https://infopublik.id/kategori/nusantara/504851/bkkbn-soroti-peningkatan-angka-kelahiran-pada-masa-pandemi#.

Utama, A. (2020, 8 Mei). Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Program KB di Indonesia. Diakses pada 27 Agustus 2021, dari Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Program KB di Indonesia.

Menurut saya program KB belum efektif dalam mencegah apalagi jalannya program pemerintah yang mewajibkan 2 anak sudah cukup atau baik. Sebab realitanya dilapangan, masih banyak orang tua didalam satu keluarga dapat memiliki anak 3 sampai 5 perkepela rumah tangga. Sedangkan kita tahu bahwa kenaikan populasi penduduk Indonesia setiap tahun meningkat dan diusung dengan semakin sempitnya wilayah sebagai tempat tinggal nantinya.

Menurut saya, tidak seefektif itu. Mau dikata tidak efektif, tapi nyatanya di sekitar saya sudah banyak masyarakat yang aware terhadap jumlah anggota keluarga dengan segala pertimbangan lainnya yang akhirnya memutuskan hanya memiliki 2 orang anak saja cukup. Namun, ketika saya mau bilang ini efektif, banyak kejadian di luar daerah saya yang justru sangat miris dilihat. Pernikahan usia dini, pembuangan bayi, aborsi yang bisa menjadi indikator bahwa pendidikan seksual di negara kita masih sangat rendah. Masih banyak masyarakat yang belum bisa memaham hakikat kebijakan atau program KB sendiri.

Terkait hal ini, perlu adanya pendekatan secara personal kepada masing-masing rumah tangga tentang pentingnya merencanakan jumlah anak yang sesuai demi kebaikan ke depannya.