Produk UangTeman, Penyalur Kredit dari Negeri Singa, Ancaman atau peluang?

Jakarta, CNN Indonesia – PT Digital Alpha Indonesia, melalui merk UangTeman adalah perusahaan keuangan digital (FinTech) pertama di Indonesia yang menyediakan jasa pinjaman mikro jangka pendek secara online.

Di bawah kepemimpinan Aidil Zulkifli, UangTeman mencoba menawarkan solusi pembiayaan mikro bagi masyarakat yang selama ini tidak tersentuh layanan perbankan konvensional.

Tak jarang, kehadiran FinTech seperti UangTeman kerap disebut bakal menggeser dominasi perbankan dalam bisnis pembiayaan mikro. Bermodal teknologi dan Big Data, FinTech membidik masyarakat yang kepepet membutuhkan dana segar dengan plafon maksimal Rp4 juta dengan bunga mencapai 1 persen per hari.

Seperti apa kegiatan bisnis UangTeman di Indonesia? Berikut petikan wawancara CNNIndonesia.com dengan CEO dan Co-Founder UangTeman Aidil Zulkifli.

Bagaimana tanggapan Anda, mengenai banyaknya anggapan yang menyebut kehadiran Fintech dianggap sebagai ancaman?

Saya rasa, kami tidak patut dilihat sebagai ancaman bank, karena segmen yang bank mainkan itu berbeda dengan segmen peer to peer lending atau khususnya UangTeman.

Karena khusus untuk UangTeman kita main untuk di segmen menengah ke bawah, jadi kompetisi kami bukan dengan bank, tapi pesaing kami adalah koperasi atau mungkin Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan renternir di pasar, itu adalah pesaing kami. Bukan bank umum, bank BUMN.

Jadi tanggapan saya ini adalah opportunity FinTech berkolaborasi dengan bank umum menyalurkan pinjaman dari bank ke segmen bawah, yang di mana mereka tidak ada keahlian, infrastruktur untuk memberikan pinjaman ke segmen tersbut

Bagaimana strategi UangTeman untuk menyasar ke pelosok daerah? Apakah Fintech berani bersaing dengan koperasi dan BPR?

Saya rasa ini bukan soal berani atau tidak. FinTech mesti berani untuk masuk ke daerah pelosok hingga sawah, karena FinTech harus mendorong program inklusi keuangan, kalau hanya di Jabodetabek saja, buat apa?

Dan itu saya rasa FinTech harus bekerja sama dengan BPR atau BPD, supaya kami memberikan teknologi, mereka ada uang, kami boleh menyalurkan pinjaman dari BPR ke masyarat yang membutuhkan uang ini

Apakah ada perbedaan risiko antara nasabah di kota dan daerah?

Pasti berbeda, karena setiap kota di indonesia profilnya beda. Jabodetabek itu profil risikonya lebih tinggi dibandingkan dengan Jogjakarta, Bandung pun tinggi karena konsumsi di sana juga tinggi, jadi itu adalah cara manajemen profil risiko di UangTeman

Daerah mana saja yang dianggap UangTeman sebagai tempat potensial untuk mengembangkan sayap?

Kami akan berekspansi di Makasar, karena kami banyak menerima aplikasi dari sana, kemudian di Sumatera seperti Jambi, Palembang kami akan coba masuk di situ.

Diketahui di beberapa daerah di Indonesia, tingkat pemanfaatan teknologinya masih minim, Apa strategi lain dari UangTeman untuk menarik nasabah di samping penggunaan teknologi?

Kami akan berinovasi dengan produk-produk seperti misalnya cukup menggunakan pesan singkat (SMS) untuk mengajukan pinjaman.

Kami sedang mengerjakan produk untuk SMS For Loan, dan kami mau bekerja sama dengan koperasi yang sudah ada jaringannya di daerah itu supaya mereka bisa jadi agen kami di lapangan.

Apa harapan UangTeman terhadap regulasi yang dikeluarkan oleh Otoritas dan Pemerintah ke depannya?

Saya berharap OJK bisa membuat regulasi yang lebih spesifik, FinTech lending itu ada bermacam-macam.

Saya harap OJK bisa mengeluarkan kebijakan untuk jenis FinTech lending sub vertikal yang lain, seperti FinTech pegadaian, on balanced sheet lending atau secondary market lending, tapi dengan itu OJK mesti pelajari industri ini, bagaimana industri ini bisa berkembang di luar negeri. OJK bisa mengadopsi apa yang bagus untuk Indonesia.

Anda berasal dari Singapura, seperti apa bisnis FinTech Lending di Singapura?

Jadi kalau mau membandingkan pasar Indonesia dan Singapura itu sangat berbeda. Pasar di Indonesia lebih banyak dengan penduduk 256 juta penduduk, sementara Singapura hanya 4 hingga 5 juta penduduk.

Jadi, bisnis seperti UangTeman di Singapura tidak akan berkembang, karena pasarnya kecil. Terlebih penduduk Singapura itu mayoritas sudah melek perbankan (bankable), tapi di Indonesia lain.

Kalau FinTech mau berkembang di Singapura, mereka harus fokus kepada P2P (Peer to Peer), tapi kalau untuk B to C (Business to Consumer) itu akan sangat sulit di Singapura dan lebih cocok di Indonesia.

Setelah menyasar nasabah di segmen UMKM, nasabah apa lagi yang potensial dibidik oleh UangTeman?

Kami mau capitve market segmen mahasiswa atau siswa yang mau sekolah, namun tidak ada uang melalui pinjaman studi (student loan).

Saya kaget Indonesia sudah 71 tahun merdeka tapi tidak ada bank yang menawarkan fasilitas student loan secara resmi. Jadi itu suatu produk yang mau saya targetkan selanjutnya di Indonesia (gir)