Pribadi dan Self Improvement ibarat dua buah kaki, sukar dipisahkan. Setujukah tuan dan puan?

Pribadi dan Self Improvement ibarat dua buah kaki, sukar dipisahkan. Setujukah tuan dan puan?

Indonesia pernah di cap sebagai bangsa “terpatuh di dunia”. Apa sebab? Ialah karena masa kolonialisasi yang berkepenjangan. Selama 350 tahun masyarakat terdoktrin untuk bermental pasrah.

Setelah belanda menyerah tanpa bersyarat kepada Jepang. Hal yang dianggap sangat mustahil, terjadi sangat mudahnya. Kita bergembira Ketika itu, dikira perpindahan kekuasaan itu akan menentramkan kehidupan, namun angan-angan tadi hanya khayalan belaka.

Nyatanya lebih parah. Setelah kepemimpinan di ambil alih oleh negeri Sakura itu, barulah orang pribumi menyaksikan kekejaman yang sesungguhnya. Harga diri rakyat diperkosa, kerja paksa yang dikenal dengan “romusha” dilakukan, sadisnya berlipat-lipat disbanding kerja rodi yang diselenggarakan Belanda sebelumnya, nyawa manusia menjadi sangat murah harganya.

Setelah menyaksikan kekejaman itu selama kurang labih 3,5 tahun barulah tersentak pribadi bangsa ini untuk berubah. Perlawanan pun terjadi, baik dari segi militer maupun parlemen. Semua kalangan bersatu padi guna mewujudkan cita-cita yang satu. Itulah “kemerdekaan” yang akhirnya terwujud pada 17 Agustus 1945. Yakni setelah dua kota penting di Jepang luluh-lantak oleh bom atom kiriman Amerika.

Dari uraian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa setiap perkembangan negara, wilayah, komunitas, usaha, dan lainnya itu tergantung pribadi orang-orang yang berkecimpung didalamnya.

Pendidikan sendiri adalah pabrik untuk menciptakan manusia-manusia berkpribadian hebat atau “good man”. Jika setiap individu memiliki peribadi yang baik pastilah semua lini kehidupan berbangsa, negara, juga masyarakat akan menjadi baik seluruhnya.

Nilai seseorang itu tergantung pribadinya. 20 ekor sapi yang gemuk lagi sehat akan sama harga keseluruhannya. Akan tetapi 20 manusia tidak begitu. Ada satu orang yang seperti 10, 100, bahkan 1000 orang kualitasnya. Mengapa begitu? Pribadi adalah penyebabnya.

Goresan-goresan tinta emas sejarah juga selalu diplopori orang-orang yang hebat pribadinya. Pribadi sendiri menurut Hamka dalam bukunya ‘pribadi hebat’ adalah “kumpulan dan kelebihan diri yang menunjukkan kelebihan seseorang dari pada orang lain sehingga ada manusia besar dan manusia kecil. Ada manusia yang sangat berarti hidupnya juga ada yang tak berarti sama sekali. Kelebihan itu ialah sifat akal budi, kamauan, cita-cita, dan bentuk tubuh. Hal itu yang menyebabkan harga kemanusiaan seseorang berbeda dengan yang lain.”

Adalah sebuah kekeliruan jika untuk maju kita menjadikan Amerika, Ingris, prancis dan negara adidaya Barat lainnya sebagai kaca perbandiangan. Mengapa? Karena orientasi mereka adalah meterialisme. Segala sesuatu dikaitkan dengan meteri. Itulah yang akrab disebut dengan peradaban Barat. Dan sayangnya yang demikian itu sudah mulai menyebar dan memasuki relung-relung pikiran bangsa kita. Hal tersebut sangat berdampak dengan kemerosotan moral dan pengkerdilan pribadi.

Tidak perlu diherankan mengapa keadaan berbangsa kini sangat rancu. Korupsi bukan hal yang aneh di kalangan pejabat, moral anak muda yang terlucuti tiap harinya, lupa mereka esensi dirinya, urat malu bangsa di robek-robek dengan adanya aplikasi tiktok.

Seorang ilmuwan kontemporer Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas menyatakan bahwa problem utama umat adalah “the lost of adab” hilangnya adab. Pribadi dan adab juga seperti dua mata koin tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Bila adab telah meyertai, secara otomatis pribadi akan menghiasi diri.

Jika serius ingin mengembangkan potensi, bakat, dan sumber daya manusia, maka perbaikilah pribadinya terlebih dahulu. Apabila yang demikian tidak segera dieksekusi, sulitlah kita untuk maju dan akan terus menjadi negeri berkembang!