Prasasti Dinoyo :

Prasasti Dinoyo putra adalah prasasti yang berupa lempengan batu berukir yang berisi beberapa baris tulisan. Prasasti ini adalah salah satu prasasti yang ditemukan sekitar 5 kilometer sebelah barat kota Malang, Jawa Timur.

Prasasti ini unik karena selain sebagai prasasti pertama yang berhuruf Jawa Kuno, juga dipadu dengan bahasa Sanskerta. Prasasti ini merupakan bukti adanya pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan. Ciri kental lain yang menunjukkan bahwa Prasasti Dinoyo ini menceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan adalah cara penulisan tahun berbentuk condro sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi.

####Isi Prasasti Dinoyo

Bunyi Prasasti Dinoyo menurut Poerbatjaraka:

“Svasti çaka varâtîta 682”

  1. âsîn narapatir dhîmân devasimhah pratâpavân yena guptâ purî bhâtî putikeçvara-pâvitâ
  2. lişvo‟pi tanayas tasya gajayâna iti smŗtah rarakşa svar-gate tâte puram kâñjuruhan mahat
  3. lişvasya duhitâ jajñe pradaputrasya bhupateh uttejeneti mahişî jananîyasya dhîmatah
  4. anandanah kalaçaje baghavatyagastye bhakto dvijati-hita kŗtgajayâna—, pauraih sanâyaka ganaih samakârayat tat ramyam maharşi-bhavanam valahâjiribhyah,
  5. pûrvaih krtâm tu suradâru-mayim samîksya kîrtipriyah kalaçaya-pratimâm manasvî, âjñâpya çilpinam aram sa ca dîrghadarçi kŗşnâdbhutopala-mayim nŗpatiç cakâra
  6. râjñâgastyaç çakâbde nayana-vasu-rase margaçirse ca mâse ardrarksye çukra-vâre pratipada-divase pakşa-sandhau dhruve ca, ŗtvigbhir vedavidbhir yativara-sahitais sthâpakâdyaih sapauraih karmajñaih kumbhalagne sudŗdha-matimatâ sthâpitah kumbhayonih,
  7. kşetram gâvah supuştâ mahişa-ganayutâ dâsa-dâsi purogâh, dattâ rajñâ maharşi-pravara- caru-havis-snâna-sammârjanâdi-vyâpârârtham dvijânâm bhavanam api mahad danturam câdbhutam ca viçrambhâyâtithinâm yava-yavika-çayya-cchâdanaih suprayuktam
  8. ye bândhavâh nŗpasutâç ca samantrimukhyâh dattau nŗpasya yadi te pratikûlacittâh, nâstikyah-dosa-kutilâ narake pateyuh, nâmutra neha ca gatim paranam labhante,
  9. vamçyâ nŗpasya rucitâ yadi datti-vŗddhau âstikya-çuddha-matayah kŗta-vipra-pujâh dânâdya-punya-yajanâd dhyayanâdi-çîlâh rakşantu râjyam atulam nŗpatir yatahivam

Arti Prasasti Dinoyo menurut Poerbatjaraka:

  1. ada seorang raja bijaksana dan sangat sakti, sang Dewasimha namanya. Ia menjaga keratonnya yang berkilau-kilauan disucikan oleh api sang Putikecwara (yakni sang Siwa)

  2. anaknda ialah sang Liswa namanya, yang juga terkenal dengan nama sang Gajayana. Setelah ramanda pulang kembali ke swarga, maka sang Liswa-lah yang menjaga keratonnya yang besar, bernama Kanjuruhan

  3. sang Liswa melahirkan seorang putri, yang oleh ramanda sang raja diberi nama sang Uttejena, seorang putrid kerajaan, yang hendak meneruskan keluarga ramanda yang bijaksana itu

  4. sang raja Gajayana, yang memberi ketentraman kepada sekalian para brahmana dan dicinta oleh rakyatnya, ialah bakti kepada yang muliasang Agastya. Dengan sekalian pembesar negeri dan penduduknya ia membuat tempat (candi) sangat bagus bagi sang maharesi (Agastya) untuk membinasakan penyakit yang menghilangkan kekuatan (semangat)

  5. setelah ia melihat arca sang Agastya yang dibuat dari kayu cendana oleh nenek moyangda, maka raja yang murah hati dan pencinta kemashuran ini memerintah kepada pelukis yang pandai untuk membuat (arca sang Agastya) dari batu hitam yang elok, supaya ia selalu dapat melihatnya

  6. atas perintah sang raja yang sangat teguh budinya ini, maka (arca) sang Agastya yang juga bernama Kumbayoni didirikan (dengan upacara dan selamatan besar) oleh para ahli rigweda, para ahli weda lain-lainnya, para brahmana besar, para pandita yang terkemuka dan para penduduk negeri yang ahli kepandaian lain-lainnya, pada tahun nayana-vasu-rasa (682) saka, bulan margacirsa, hari jumat tanggal satu paro petang

  7. dihadiahkan pula oleh sang raja sebagian tanah dengan sapi yang gemuk-gemuk serta sejumlah kerbau, dengan beberapa orang budak lelaki dan perempuan, dan segala keperluan hidup para pandita yang terkemuka, seperti sabun, pemandian, bahan untuk selamatan dan sajian-sajian, juga sebuah rumah besar yang sangat penuh (perabotan) untuk penghinepan para brahmana tetamu dengan disediai pakaian, tempat tidur, padi, jawawut, dan lain-lain

  8. manakala ada keluarga (kerajaan) atau anak raja dan sekalian para pembesar negeri bermaksud melanggar atau berbuat jahat, berdosa tidak mengindahkan (peraturan) hadiah sang raja ini, moga-moga mereka jatuh ke dalam neraka, janganlah mereka mendapat nasib yang mulia, baik dalam akherat maupun dalam dunia ini

  9. (sebaliknya) manakala keluarga sang raja yang girang akan terkembangnya hadiah itu, mengindahkannya dengan pikiran yang suci, melakukan penghormatan kepada para brahmana, dan bertabiat ibadah, maka karena berkat selamatan, kebaikan dan kemurahan itu haraplah mereka menjaga kerajaan yang tak berbandingan ini, seperti sang raja menjaganya.