(POLITIK) "THE SAD TRUTH OF PRESENT WORLD" #DictiolsUs #SpeakingUpwithDictio

Halo semua, saya Mochammad Syahdilla semoga dalam kondisi saat ini yaitu wabah covid 19 diberikan kesehatan oleh Tuhan. Dan jangan lupa selalu cuci tangan dan memakai Handsanitezer sebelum dan sesudah melakukan aktifitas diluar rumah agar tidak terjadi penularan covid 19. Sebelumnya terimakasih kepada kalian semua telah mengeklik postingan. kali ini saya mengambil tema POLITIK pada poster saya.

Pada poster tersebut memiliki makna yang tersirat yaitu :

  1. Seorang laki laki seperti babi minum segelas uang, ini menggambarkan seorang pemimpin yang memiliki sifat seperti babi. karena babi memiliki sifat yang kurang puas dalam miliknya dan merasa kurang sehingga dia mengambil semua uang masyarakatnya untuk kepentingan diri sendiri tanpa peduli pada keadaan masyarakat. Sebagai mestinya uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan para masyarakat.
  2. Dua gunung yang gundul, hal ini tersirat pada sila ke 2 bahwa perlu keadilan pada masa sekarang. Masyarakat juga berhak memiliki keadilan bukannya dipandang sebelah mata oleh para pemimpin jika hanyalah rakyat jelatah.
  3. Terdapat tulisan “THE SAD TRUTH OF PRESENT WORLD” yang berarti kebenaran yang menyakitkan pada masa sekarang, sehingga orang kaya lebih kaya sedangkan yang miskin malah tambah miskin, hal ini karena uang rakyat diambil semua oleh pemimpin yang tidak bertanggung jawab.

Tanggung jawab jadi domain kekuasaan sekaligus legitimasi kepemimpinan seorang pemimpin. Kredibilitas seorang pemimpin tervisualisasikan dari derajat tanggung jawabnya. Pemimpin yang tak bertanggung jawab bisa dikategorikan sebagai pemimpin tidak kompeten.

Pertanyaannya kemudian, ketika korupsi di lingkar oligarki kekuasaan dalam birokrasi pemerintahan makin brutal, siapa yang seharusnya bertanggung jawab?

Diakui atau tidak, Indonesia tengah berada dalam penguasaan trihibrid tiga saudara kandung yang beda sifat (kekuasaan, hukum, dan korupsi) yang telah menyatu secara tak terpisahkan. Namun, yang perlu dicermati bukan sekadar negara ini dalam penguasaan trihibrid semata. Lebih dari itu, menjadi negara macam apa Indonesia pada 10 atau 20 tahun mendatang jika sejak sekarang negara ini sudah dikelola oleh kaum Barbar modern: birokrat korup, politisi busuk, pengacara hitam, dan pengusaha kapitalistik?

Pemimpin selalu berkorelasi dengan tanggung jawab. Pemimpin adalah seorang yang memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisasi, atau mengontrol usaha orang lain melalui prestise, kekuasaan, dan posisi. Apabila deskripsi itu bisa diandalkan—tanpa mengabaikan aspek hukum—korupsi brutal dalam lingkar oligarki kekuasaan sesungguhnya juga menjadi tanggung jawab si pemimpin.

Sayangnya, tanggung jawab jadi terminologi yang ”selalu” dihindari pemimpin. Hampir seluruh kasus korupsi besar di lingkar oligarki kekuasaan ”terjadi seolah-olah tanpa sepengetahuan pemimpin, si pengambil keputusan”. Suatu bentuk kejanggalan luar biasa. Bertolak belakang dengan sistem negara yang menganut birokrasi patrimonial dalam kultur masyarakat paternalistik. Sistem yang menjadikan pemimpin sebagai patron. Secara anatomistis, korupsi brutal di lingkar oligarki kekuasaan terjadi karena dua sebab. Pertama, tidak ada kompetensi teknis dan moral. Kedua, pemimpin menjadi patron kejahatan.

Fenomena ini sekaligus mengisyaratkan korupsi di Indonesia tak pernah berdiri sendiri. Suatu kondisi yang mempersulit usaha pengungkapan kasus secara hukum (konvensional), yang hanya menyandarkan diri pada sistem pembuktian negatief wettelijk stelsel (pidana).
Oleh sebab itu, implementasi dari tanggung jawab pemimpin jadi kunci sukses pemberantasan korupsi. Menjadi pemimpin bukan sekadar untuk hidup enak, dihormati, dikenal banyak orang, tinggal memerintah, dan berpenghasilan besar. Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab, berkarakter negarawan, dan visioner. Memiliki aktivitas kerja yang tidak termotivasi oleh kehormatan, kemuliaan atau otoritas pribadi, tetapi oleh kesediaannya melayani rakyat.

1 Like