Politik Aliran di Indonesia Berakhir? Suatu Teka-Teki Nyata

Iya, politik aliran adalah sebuah bentuk dari kelompok yang mana umumnya akan lebih mementingkan sebuah pandangan dan juga sebuah cara untuk berpikir yang dimiliki oleh sebuah kelompok tertentu dimana kemudian anggota dari politik aliran itu sendiri merupakan sebuah bentuk dari kelompok maupun yang dimana terdapat ke dalam sebuah kelompok dari organisasi tertentu yang dimana kemudian akan dikelilingi terhadap sejumlah dari organisasi yang dimiliki oleh masyarakat atau yang dimana sering disebut juga dengan ormas atau organisasi masyarakat.

Perdebatan mengenai partai politik aliran menghiasi dinamika politik Indonesia tahun 1950-an dan kemudian marak kembali pada masa pos-Soeharto. Perdebatan mengenai politik aliran pada 1950-an dengan masa 1990-an akhir memiliki dimensi yang sangat berbeda baik di tingkat fenomena maupun tingkat aplikasi teoritis dan aplikasi pendekatan ilmuannya. Fenomena politik di tanuh 1999 dengan munculnya PKB yang berbasis massa NU, PAN yang berbasis Muhammadiyah, PDI Perjuangan yang berbasis nasionalis, Golkar yang dijuluki sebagai kelompok partai yang berbasis priyai, dan sebagainya banyak diasumsikan munculnya kembali era 1950-an. Tapi, fenomena politik aliran 1999 tampaknya berbasis ikatan primordial tersebut diasumsikan sebagai era kemerosotan partai politik aliran di panggung politik.

Pada dasarnya politik aliran di Indonesia dasar-dasar pembagiannya dilakukan Herberg Feith dalam bukunya The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Jadi ada yang Barat, nasionalis, komunis dan Islam. Tetapi Islam juga terbagi dalam yang modernis dan tradisionalis. Pada masa lalu, tepatnya pada tahun 1955, politik aliran ini memang riil dan kuat sekali melalui partai-partai yang ada. Empat partai pemenang pemilu jelas merepresentasikan aliran ini. Akan tetapi, ketika pemilu 1999, banyak pihak menduga bahwa politik aliran ini kembali. PKB yang merepresentasikan NU, PDIP, pewaris PNI, ada PBB mewakili Masyumi, kecuali PKI. Tetapi kemudian, mungkin karena dinamika politik itu sendiri, kecenderungan ini semakin melorot.

Faktor yang mempengaruhi gejala memudarnya politik aliran ini adalah, partai-partai Islam dianggap tidak lagi merepresentasikan kepentingan pemilihnya, dan melorotnya ideologi dalam kepartaian yang ada. Dengan demikian, antara partai satu dan lainnya tidak ada bedanya lagi antara partai Islam dan non-Islam memiliki program yang sama. Sampai sekarang, kampanye yang dilakukan oleh suatu partai hanya diikuti simpatisan partai tersebut, yang mana simpatisan ini., mungkin tidak mau mendatangi kampanye partai lain karena adanya keterikatan dengan partai tersebut, meskipun keterikatannya bukan ideologis.

Bagaimana menurut Youdics terhadap eksistensi pengaruh ini di panggung teritorial NKRI?

sumber https://www.bukabaca.id/apakah-politik-aliran-di-indonesia-berakhir/