Pola-Pola seperti apa yang terjadi dalam Komunikasi Keluarga?

komunikasi keluarga
Komunikasi di dalam keluarga merupakan hal penting dalam hubungan antara orangtua dengan anaknya, yang dimaksudkan untuk menjalin hubungan baik antara keduanya.

Pola-pola seperti apa yang terjadi dalam komunikasi keluarga?

Komunikasi merupakan suatu proses dimana di dalamnya terdapat pertukaran antara perasaan, kebutuhan, keinginan, dan opini, serta digambarkan sebagai siklus yang terdiri dari apa isi yang harus dibawa oleh penerima dan pengirim informasi saat bertemu, apa maksud pengirim informasi saat berkomunikasi, apa yang diharapkan oleh penerima informasi, bagaimana pengirim informasi dapat memberikan pesan sehingga penerima informasi dapat menerima dengan jelas serta dampak yang ditimbulkan dari proses pengiriman dan penerimaan informasi. tersebut (Brooker, 2008; Friedman, 2003).

Sesuai dengan pendapat tersebut, komunikasi yang baik dapat memfasilitasi antara orangtua dan anak agar dapat menyampaikan serta menerima pesan dengan baik.

Untuk dapat menyampaikan dan menerima pesan yang jelas, komunikasi tidak hanya dapat dilakukan melalui tulisan, tapi juga melalui perilaku. Wong (2008) mengemukakan bentuk komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal, nonverbal, dan abstrak. Komunikasi verbal melibatkan bahasa, yang digunakan secara lisan maupun tulisan, ataupun vokalisasi dalam bentuk tertawa, merintih, dan berteriak (Brooker, 2008; Wong, 2008).

Berbeda dengan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal disebut juga sebagai bahasa tubuh yang meliputi posisi tubuh, pergerakan, ekspresi wajah, postur tubuh, sentuhan, reaksi, yang dapat menunjukkan emosi kita, sensasi kejadian, status dan sensasi tentang siapa kita dan dengan siapa saja kita bersosialisasi (Brooker 2008; Wong, 2008).

  • Komunikasi abstrak adalah komunikasi yang berbentuk permainan, simbol, ekspresi artistik, dan foto (Wong, 2008).

  • Komunikasi keluarga adalah suatu proses simbolik, yang bersifat transaksional, yang bertujuan untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga, yang mempunyai ciri dan perbedaan di tiap-tiap keluarga. Setiap keluarga, mempunyai pola komunikasi yang berbeda, yang mempengaruhi perkembangan setiap anggota keluarga Friedman (2003). Komunikasi diperlukan di dalam suatu keluarga agar antar anggota keluarga dapat saling berinteraksi dan dapat menyampaikan pesan tanpa adanya kesalahpahaman

Jenis Pola Komunikasi Keluarga


1. Komunikasi fungsional

Friedman (2003) mengungkapkan komunikasi fungsional dalam keluarga dipandang sebagai kunci untuk menjadikan sebuah keluarga menjadi berhasil dan sehat. Proses komunikasi fungsional berisi pesan yang jelas yang dikirim oleh pengirim informasi dan diterima dengan jelas oleh penerima informasi. Friedman (2003) menyebutkan, karakteristik pola komunikasi fungsional terdiri dari:

  • Komunikasi emosional.
    Komunikasi ini berkaitan dengan ekspresi berbagai emosi atau perasaan, yang dicontohkan dengan keluarga yang dapat mengutarakan isi hati secara penuh. Dalam keluarga dengan pola komunikasi fungsional, emosi masing-masing anggota keluarga akan terlihat saat mereka berkomunikasi.

  • Area-area terbuka dari komunikasi dan membuka diri.
    Dalam hal ini komunikasi memerlukan suatu keterbukaan nilai, rasa saling menghormati dan membuka diri antar anggota keluarga, dengan menyediakan waktu untuk berinteraksi.

  • Hirarki kekuasaan dan aturan-aturan keluarga.
    Minuchin dalam Friedman (2003) menyebutkan bahwa sistem keluarga tergantung dari hirarki kekuatan dimana komunikasi yang mengandung “komando atau perintah” secara umum mengalir ke bawah dalam jaringan komunikasi keluarga. Dalam suatu keluarga terdapat hirarki kekuasaan dimana komunikasi yang ada mengandung perintah dari pihak yang berkuasa seperti orangtua Konflik keluarga dan resolusi keluarga. Pada pola komunikasi keluarga disfungsional, konflik yang terjadi pada keluarga dapat diselesaikan dengan cara terbuka.

2. Komunikasi disfungsional

Komunikasi disfungsional menurut Friedman (2003), didefinisikan sebagai pengiriman dan penerimaan isi pesan serta perintah dari pesan yang tidak jelas atau tidak langsung. Proses yang disfungsional biasanya tidak jelas, dan maksud dari komunikasi tersebut pun tidak jelas atau tersembunyi. Ciri komunikasi disfungsional (Friedman, 2003) ialah:

  • Sindrom mengabaikan diri.
    Seseorang biasanya tidak mendengar pendapat orang lain dan tetap berpegang kepada pendapatnya sendiri sehingga dapat terjadi komunikasi disfungsional.

  • Ketidakmampuan berfokus pada satu isu.
    Dalam hal ini, keluarga hanya membahas masalah yang satu dengan masalah yang lain dan tidak ada upaya untuk menyelesaikan.

  • Area komunikasi tertutup.
    Friedman (2003) menjelaskan bahwa keluarga yang kurang fungsional sering memperlihatkan area komunikasi yang lebih tertutup. Terdapat aturan yang melarang untuk membahas suatu topik yang tidak disetujui dalam keluarga, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Masing-masing dari pola komunikasi keluarga yang diuraikan di atas, dapat memberikan situasi serta kondisi yang berbeda dalam lingkungan untuk perkembangan remaja. Pola komunikasi dibutuhkan dalam keluarga agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh anggota keluarga lain (Friedman, 2003). Kahasana (2008) menyebutkan, pola komunikasi dapat mengarahkan perilaku remaja menjadi positif, maupun negatif.

Pola komunikasi keluarga (family communication pattern/FCP) mencerminkan bagaimana orang tua berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Chaffee, McLeod, dan Atkin (1971) pertama kali mengembangkan dua dimensi utama pola komunikasi keluarga, yaitu socio-oriented dan concept-oriented.

Dalam lingkungan keluarga tipe socio-oriented, menekankan hubungan yang “kaku” dengan orang tua. Anak-anak harus tunduk pada otoritas orang tua dan menghindari konflik dengan orang tua mereka. Sebaliknya, lingkungan keluarga bertipe concept-oriented menekankan ide-ide secara terbuka dan terlibat aktif dalam debat. Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, McLeod dan Chaffee (1972) mengkategorikan keluarga menjadi empat jenis yang berbeda dan menciptakan model pola komunikasi keluarga.

Empat jenis komunikasi keluarga tersebut adalah keluarga protektif, keluarga pluralistik, keluarga laissez-faire dan keluarga konsensus.

  • Dalam keluarga protektif, anak-anak dibebaskan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda dan didorong untuk menjaga hubungan yang harmonis.

  • Dalam keluarga pluralistik, anak-anak tidak hanya terkena isu-isu kontroversial, tapi didorong untuk mengembangkan pendapat yang kuat dan berbeda tanpatakut hukuman.

  • Pada pola komunikasi keluarga laissez-faire tidak mendorong adanya perbedaan pendapat atau pun menjaga hubungan yang harmonis. Pada tipe keluarga ini, sedikit sekali komunikasi antara orang tua dan anak.

  • Di sisi lain, keluarga konsensual menekankan hubungan yang harmonis dan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak- anak. Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai variabel adalah pola komunikasi keluarga concept-oriented.

Pola komunikasi keluarga tidak hanya memiliki efek pada pengembangan sifat anak, tetapi juga pada perkembangan keyakinan dan perilaku mereka. Sebuah studi menunjukkan bahwa komunikasi keluarga yang terbuka menciptakan kesempatan bagi orang tua dan anak-anak untuk membahas hal-hal tentang perilaku.

Pola komunikasi keluarga tidak hanya memiliki efek pada pengembangan sifat anak, tetapi juga pada perkembangan keyakinan dan perilaku mereka. Sebuah studi menunjukkan bahwa komunikasi keluarga yang terbuka menciptakan kesempatan bagi orang tua dan anak-anak untuk membahas hal-hal tentang perilaku.

Keluarga dengan concept-orientation cenderung menghasilkan anak-anak yang memiliki ketrampilan sosial yang lebih baik, ketrampilan memecahkan masalah, dan kemampuan dalam kepemimpinan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), pola adalah suatu sistem kerja atau cara kerja sesuatu, sedangkan dalam Kamus Ilmiah Populer, Pola mengandung arti model, contoh, pedoman, dasar kerja. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola adalah dasar kerja atau cara kerja yang terdiri dari unsur-unsur suatu gejala arah perilaku dan dapat dipakai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan gejala arah dan perilaku itu sendiri.

Denis Mc.Quail menyatakan bahwa secara umum pola komunikasi terbagi menjadi enam tingkatan yaitu sebagai berikut:

  • Intrapersonal Communication yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi, melalui pancaindra dan sistem syaraf misalnya berfikir, merenung, mengingat-ingat sesuatu, menulis surat dan menggambar.

  • Interpersonal Communication yaitu komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, misalkan percakapan tatap muka diantara dua orang, surat menyurat pribadi, dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasi juga lebih bersifat pribadi, dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang terlibat.

  • Komunikasi dalam kelompok yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara dua kelompok, pada tingkatan ini setiap individu masing-masing berkomunikasi sesuai dengan pesan dan kedudukannya dalam kelompok bukan bersifat pribadi.

  • Komunikasi antar kelompok atau asosiasi yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya atau suatu asosiasi dengan asosiasi lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat dalam komunikasi jenis ini boleh jadi hanya dua atau beberapa orang saja, tetapi masing-masing membawa pesan dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok masing-masing.

  • Komunikasi organisasi adalah mencakup kegiatan organisasi dan komunikasi antar-organisasi. Sifat pola komunikasi ini lebih formal dan mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melaksanakan kegiatan komunikasinya.

  • Komunikasi dengan masyarakat luas dimana pada tingkat komunikasi ini komunikasi ditujukan pada masyarakat luas.

Menurut Widjaja (2000) pola komunikasi dibagi menjadi 4 model, yaitu:

  • Pola Komunikasi Roda
    Pola komunikasi roda menjelaskan pola komunikasi satu orang kepada orang banyak, yaitu (A) berkomunikasi kepada (B), ©, (D), dan (E).
    image

  • Pola Komunikasi Rantai
    Pola komunikasi ini, seseorang (A) berkomunikasi dengan orang lain (B) seterusnya ke ©, (D), dan ke (E).
    image

  • Pola Komunikasi Lingkaran
    Pola komunikasi lingkaran ini hampir sama dengan pola komunikasi rantai, namun orang terakhir (E) berkomunikasi kembali pada orang pertama (A)
    image

  • Pola Komunikasi Bintang
    Pada Pola komunikasi bintang ini, semua anggota saling berkomunikasi satu sama lainnya.
    image

Pola komunikasi yang dimaksud disini adalah gambaran tentang bentuk atau cara yang digunakan seseorang atau sekelompok orang dalam menyampaikan pesan baik secara langsung maupun melalui media dalam konteks hubungan dan interaksi yang berlangsung dalam masyarakat.

Menurut Cangara (1998) bahwa komunikasi dalam keluarga mempunyai peranan sangat penting terhadap anggota-anggotanya. Peranan tersebut yaitu antara lain:

  1. Mengembangkan kreativitas berfikir dan imajinasi
    Dengan berkomunikasi seseorang dapat memahami dan mengendalikan diri serta meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil kesimpulan.

  2. Meningkatkan hubungan insani (human relation)
    Komunikasi ini berguna untuk menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

  3. Sosialisasi
    Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga dirinya sadar terhadap fungsi sosialnya dan dapat aktif dalam masyarakat.

Menurut Galvin (1982) Pola komunikasi keluarga merupakan bentuk komunikasi keluarga yang dilakukan secara relasi di antara anggota keluarga dalam menyampaikan pesan kepada anggota yang lain, di mana penyampaian itu berdasarkan pada cohesion (keterpaduan) dan adaptability (penyesuaian) antara anggota keluarga dengan faktor-faktor di luar lingkungan keluarga tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah:

  • Cohesion (keterpaduan)
    Keterpaduan merupakan bentuk implikasi dari hubungan yang menunjukkan kesatuan pendapat, pikiran dan tenaga di dalam keluarga. Tingkat keterpaduan dapat berpengaruh penting dalam menjaga keutuhan sebuah keluarga. Oleh karena itu, keterpaduan juga mempunyai kaitan dengan komunikasi yang dilakukan dalam keluarga.

    Jika keterpaduan sangat tinggi, maka di dalam keluarga itu terjadi keterikatan yang sangat tinggi, sating tergantung antara anggota keluarga, dan tidak dapat dipisahkan, tetapi kalau keterpaduan rendah, maka masing-masing anggota keluarga tidak akan saling mempedulikan, terpisah, dan tidak ada keterikatan, Keterpaduan dalam keluarga ini tidak semata bersifat fisik tetapi juga psikis. Sehingga bisa saja secara fisik berjauhan, tetapi secara psikis justru berdekatan.

  • Adaptability (penyesuaian)
    Penyesuaian merupakan konsep yang mengacu pada peran dan fungsi sebuah keluarga dalam merespon atau melakukan penyesuaian terhadap hal-hal di luar lingkungannnya. Sebagaimana diketahui bahwa keluarga sebagai sistem sosial terkecil, kehadirannya tidak dapat dilepaskan dari sistem sosial kemasyarakatan yang ada. Oleh karena itu, agar keutuhan keluarga dapat terjaga dengan baik, maka diperlukan adanya upaya untuk menyesuaikan perubahan yang ada atau menolak perubahan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai keluarga. Penyesuaian yang tinggi oleh keluarga terhadap lingkungannya, dapat menyebabkan kekacauan keluarga (chaotic), Sedangkan penyesuaian yang terlalu rendah akan mengakibatkan keluarga yang kaku (rigid).

[details=“Source:”]
Galvin, David 1982. Patologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Widjaja, H.A.W. 2001. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta.

Pola Komunikasi Dalam Keluarga

Menurut Devito (1995:156 – 164) dalam rangka mencapai tujuan keluarga maka pasangan harus menggunakan pola komunikasi untuk mencapai hal tersebut. Terdapat empat pola komunikasi keluarga pada umumnya yaitu :

1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Setiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan seimbang. Peran tiap orang dalam keluarga adalah sama baik derajat maupun setara kemampuannya dan bebas mengemukakan ide, opini, dan kepercayaan. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung dan bebas dari pemisahan yang terjadi pada hubungan interpersonal lainnya. Konflik yang terjadi dianggap bukan ancaman. Perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah satu kurang dari lain tetapi sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide – ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Komunikasi ini berjalan secara timbal balik dan seimbang.

2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Pola ini persamaan hubungan tetap terjaga, namun tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing – masing. Bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni dan satu pihak tidak dianggap lebih dari yang lainnya. Konflik yang terjadi bukan sebagai ancaman, tiap orang tidak dirugikan karena memiliki wilayah sendiri – sendiri.

3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)

Pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi dianggap lebih cerdas dan berpengetahuan lebih sering memegang kontrol karena orang lain dianggap kurang cerdas dan berpengetahuan kurang sehingga berkompensasi dengan cara membiarkan pihak yang mendominasi membuat keputusan, mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lainnya apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol dan jarang menerima pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya atau sekedar meyakinkan pihak lain kehebatan argumennya. Sebaliknya, pihak lain bertanya meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.

4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Pola ini satu orang dipandang sebagai penguasa atau mendominasi. Orang ini lebih bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, merasa berhak atas keputusan akhir. Pola ini jarang terjadi perdebatan karena komunikasi hanya didominasi salah satu orang. Pihak yang dimonopoli meminta ijin dan pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan, seperti hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan mendapatkan kepuasan perannya tersebut dengan cara menyuruh, membimbing dan menjaga pihak lain, sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan lewat pemenuhan kebutuhannya dan tidak membuat keputusan sendiri sehingga dia tidak akan menanggung konsekuensi dari keputusan itu sama sekali.

Referensi

http://eprints.umm.ac.id/36996/2/jiptummpp-gdl-mayadamaya-51770-3-4.babii.pdf