Perubahan apa yang terjadi pada Sistem Penglihatan (Organon Visus) lansia?

Mata

Sistem penglihatan adalah bagian dari sistem indra yang membuat organisme mampu melihat. Sistem penglihatan menafsirkan informasi dari cahaya untuk mendirikan representasi dunia di sekeliling tubuh. Mata adalah alat utama sistem ini.

Perubahan apa yang terjadi pada Sistem Penglihatan (Organon Visus) lansia?

Perubahan Anatomik yang terjadi pada Sistem Penglihatan (Organon Visus) ketika memasuki fase lanjut usia antara lain :

1. Palpebra.

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi pada:

  • M. orbikularis okuli
    Perubahan pada m.orbicularis menyebabkan perubahan kedudukan palbera yaitu terjadi entropion atau ekstropion. Entropion /Ekstropion yang terjadi pada usia lanjut disebut entropion/ektropion senilis/involusional. Adapun proses terjadinya mirip, namun yang membedakan adalah perubahan pada m.orbicularis preseptal dimana pada entropion, musculus tersebut berpindah posisi ke tepi bawah tarsus, sedangkan pada ektropion musculus tersebut relatif stabil.

  • Retraktor palpebra inferior
    Kekendoran retraktor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi /berputar kearah luar sehingga memperberat terjadinya entropion.

  • Tarsus
    Bila tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.

  • Tendo kantus medial/lateral
    Perubahan involusional juga mengenai tendon kantus media/lateral sehingga secara horizontal kekencangan palpebra berkurang.

    Perubahan pada jaringan palpebra juga di perberat dengan keadaan dimana bola mata pada usia lanjut lebih enoftalmus karena proses atropi lemak peri orbita. Akibatnya kekencangan Palpebra secara horizontal relatif lebih nyata. Jadi apakah proses involusional tersebut menyebabkan margo palpebra menjadi inversi atau eversi tergantung pada perubahan–perubahan yang terjadi pada m.orbicularisoculi, retraktor palpebra inferior dan tarsus.

  • Aponeurosis muskulus levator palpebra
    Aponeurosis m.levator palpebra mengalami disinsersi dan terjadi penipisan, akibatnya terjadi blefaroptosis akuisita.

  • Kulit
    Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini biasanya diperberat dengan terjadinya perenggangan septum orbita dan migrasi lemak preaponeurotik ke anterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun inferior dan disebut dengan dermatokalasis.

2. Glandula lakrimalis

Pada usia lanjut sering dijumpai keluhan nrocos, ini disebabkan kegagalan fungsi pompa sistem kanalis lakrimalis oleh karena kelemahan palpebera, eversi punctum atau malposisi palpebra. Namun sumbatan sistim kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering juga dijumpai, dimana dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria. Adapun patogenesis yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis masih belum jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses fibrotik dan berakibat terjadinya sumbatan.

Setelah usia 40 tahun khususnya pada wanita pasca menopause sekresi basal kelenjar lakrimal tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata terasa lelah dan kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang didapatkan adalah konjungtiva bulbi kusam dan menebal kadang hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan filamen. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, “Tear film break up time”.

3. Kornea (Cornea)

Arkus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)
Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai. Keberadaan arcus senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering menjadi masalah. Kelainan ini berupa infiltrasi lemak yang berwarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi kornea. Mula-mula timbulnya dibagian inferior kemudian diikuti bagian superior berlangsung luas dan akhirnya berbentuk cincin (anulus senilis).

Etiologi arkus senilis diduga ada hubungannya denga peningkatan kolesterol dan low density lipoprotein (LDL). Bahan yang membentuk cincin tersebut terdiri dari ester kolesterol, kolesterol dan gliserid. Arkus senilis mulai dijumpai pada usia 40–60 tahun dan terjadi pada hampir pada semua orang yang berusia diatas 80 tahun dimana laki-laki lebih awal timbulnya dibanding wanita.

4. Muskulus siliaris (Musculus Ciliaris)

Dengan bertambahnya usia, bentuk dari muskulus siliaris mengalami perubahan. Pada masa kanak-kanak muskulus tersebut cenderung datar, namun semakin bertambah usia seseorang serabut otot dan jaringan ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih tebal, terutama bagian inferior. Proses tersebut berlanjut dan mencapai tebal maksimal pada usia lebih kurang 45 tahun. Setelah itu terjadi proses degenerasi dimana maskulus tersebut mengalami proses atropi, juga hialinisasi. Tampak peningkatan jaringan ikat diantara serabut-serabut muskulus siliaris dan nukleusnya menipis. Tampak pula butiran lemak dan deposit kalsium diantara serabut muskulus tersebut.

Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan amplitudo akamodasi dengan manifestasi klinis yaitu presbiopia. Penurunan amplitudo akomodasi ini dikaitkan dengan perubahan serabut lensa yang menjadi padat dan kapsulnya kurang elastis, sehingga lensa kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk mengatasi hal tersebut muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga mengalami hipertropi. Proses ini terus berlanjut dengan semakin bertambahnya usia sehingga terjadi manifestasi presbiopia.

5. Humor Aqueous

Pada mata sehat dengan pemeriksaan fluorofotometer diperkirakan produksi H.Aqueous 2,4 l+/_ 0,06 micro liter/menit. Beberapa faktor berpengaruh pada pada produksi H.Aqueous. Dengan pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06 micro liter/menit) tiap dekade.

6. Lensa Kristalina

Bentuk lensa cakram biconvex; berukuran diameter 9 mm dan tebal bagian sentral 4mm. Bagian-bagiannya adalah: kapsul, korteks, nukleus.
Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia 20 tahun nucleus mulai terbentuk. Semakin bertambah umur nuleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian korteks menipis, elastisitas lensa jadi berkurang, indeks bias berubah (membias sianar jadi lemah).

Lensa yang mula-mula bening transparan, menjadi tampak keruh (Sklerosis) berwarna kekuning-kuningan ini mungkin yang menyebabkan kekurang mampuan membedakan warna antara biru dan purple. Kekeruhan lensa yang disertai gangguan visus disebut katarak.

7. Iris

Mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi tampak ada bercak berwarna muda sampai putih dan strukturnya menjadi lebih tebal.

8. Pupil

Konstriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua terjadi 1 mm, reflek direk lemah, kemampuan akomodasi menurun. Pupil pada orang muda menghantar sinar 6x lebih besar dibanding orang ber-usia 80 tahun. Pada tempat yang gelap orang yang berusia 20 tahun menerima sinar 16x lebih besar.

9. Badan Kaca (Corpus Vitreum)

Pada usia diatas 50 tahun badan kaca akan mengalami liquefaksi (sineresis), kavitasi namun dibagian tepi justru mengalami kondensasi dan penebalan serta lepasnya membran hyaloid dari retina maupun kapsul lensa belakang. Konsistensi badan kaca lebih encer, dapat menimbulkan keluhan photopsia (melihat kilatan cahaya saat ada perubahan posisi bola mata).

10. Retina

Terjadi degenerasi (Senile Degenaration). Gambaran Fundus mata yang mula- mula merah jingga cemerlang menjadi suram dan ada jalur berpigmen (Tygroid Appearance) terkesan seperti kulit harimau. Jumlah sel fotoreseptor berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang memanjang dan terjadi penyempitan lapangan pandang, ini disebabkan terlambatnya regenerasi dari rodopsin.

11. Syaraf Optik (Nervus Opticus)

Jumlah akson syaraf optik berkurang dan ada penambahan jaringan ikat, warna papil Syaraf optik lebih pucat. Atrofi peripapiler, depigmentasi sekeliling papil menimbulkan warna pucat sekeliling papil.