Pertanda Buruk (Egosentris)

images (3)

Pagi itu ponselku berdering. Keadaanku yang masih tertidur kian terbangunkan oleh volume suara nada dering yang teramata keras. Ayam dan gagak pun ikut latah.

“Haha . . . baru kali ini aku dengar mereka latah karena nada dering ponselku.” ujarku diiringi senyum kecil.

Tak banyak gelagat, langsung saja kulihat ponselku untuk memastikan siapa yang menelepon pagi itu. Ternyata Sirnalara. Seorang perempuan yang menjelma menjadi kekasihku. Dengan sengaja ia sematkan cinta dalam kisahku. Namun perasaanku saat itu sedang bergejolak, karena ia kupergoki sedang berduaan bersama lelaki bajingan itu di alun-alun kota. Itulah alasanku menolak panggilan telepon darinya.

Hingga sore tiba. Berpuluh-puluh kali ia meneleponku, namun aku menolaknya. Begitupun hingga malam tiba. Aku masih menolaknya. Namun ada satu pesan yang kuterima darinya. Pesan itu kuterima sekitar pukul 16.02 WIB yang berisikan “Maafkan aku, aku ingin kamu datang malam nanti sebagai permintaan maafku, aku harap kamu dapat menerimaku kembali nanti. Aku janji akan tampil sangat cantik dengan senyum ketulusan dan memakai gaun putih selayaknya pengantin. Jadi, tolong datanglah untukku dan maafku”.

Pesannya kuabaikan tanpa rasa sedikitpun untuk memaafkannya. Sebab bagiku, perlakuannya sungguh sangat mengecewakanku. Kejadian ini benar-benar hal terburuk yang pernah ada dalam hidupku. Walaupun sebenarnya masih ada sedikit untuk mentoleran perlakuannya itu. Pasalnya, laki-laki mana yang tak mau dan akan menyia-nyiakannya. Selain ia cantik, ia pun seorang perempuan yang mandiri. Sejak lulus SMA, ia menjadi wanita karir yang sukses. Berbagai rintangan untuk menjadi wanita karir ia hadapi dengan penuh perjuangan tanpa mengenal rasa lelah. Hingga sekarang ia jadi seorang pengusaha fashion yang terkenal di sosial media manapun. Itulah alasanku mengapa tergila-gila padanya. Bukan karena aku mata duitan, bukan pula karena sosoknya yang cantik. Justru terkadang aku malu dengan keadaanku yang hanya sebagai tukang ojek online. Sebab itulah, kali ini harus berpikir dua kali untuk menjaga jarak darinya. Sungguh munafik diri ini jika menyesal di kemudian hari hanya gara-gara putus hubungan. Namun di sisi lain aku harus mempertahankan harga diriku. Jangan sampai terlihat rendah di hadapannya. Apalagi ini masalah yang cukup serius perihal kesetiaan.

Malam yang kelabu telah menemaniku, tidurku pun tak lagi nyenyak dihantui bunga tidur yang layu. Namun kulalui hingga pagi menjelanag. Lagi-lagi ia meneleponku, kali ini kujawab.

“Apa lagi? Hati ini sudah telanjur dibanjiri rasa kecewa!” ucapku memburu amarah.
“Tapi . . .” ucapnya diiringi tangis.
“Ah, sudah! Oke aku kerumahmu, tapi jangan harap kuterima cintamu lagi.” balasku memotong ucapnya, lalu kumatikan ponselku.

Pada hari itu juga aku bergegas menemuinya. Di sepanjang perjalanan, pikiranku meracau tak karuan. Ada yang aneh dengan perasaanku saat itu. Tiba-tiba saja aku meneteskan air mata tanpa sebab. Entah mengapa itu terjadi. Semakin dekat menuju lokasi rumahnya, semakin cepat jantung ini berdebar. Sekadar untuk menenangkan hati, aku pun berhenti di sebuah warung pinggir jalan untuk membeli air minum. Dengan harapan, semoga saja rasa gelisah dan jantung yang berdebar cepat ini dapat reda dengan seteguk air mineral. Warung itu memang langgananku sudah sejak lama.

“Bu, ini satu ya. Berapa bu?” ucapku sembari mengambil mineral botol.
“Lima ribu saja, Den.” jawabnya dengan suara serak nan pelan, selayaknya nenek yang sudah tua renta dan memanggilku dengan sebutan nama aden.
“Eh, nenek. Saya kira ibu yang jaga warung. Ini uangnya, Nek.” ucapku sembari menyodorkan uang padanya.
“Sebentar, Den. Ini kembaliannya.” ucapnya sembari menyodorkan uang kembalian.
“Baik, Nek. Terima kasih.” sahutku yang langsung bergegas sembari meneguk air sebelum melanjutkan perjalanan.
“Eh, eh . . . Den. Tunggu.” ucapnya sembari melambaikan tangan.
“Ya, Nek. Ada apa nek?” jawabku penuh penasaran.
“Apa yang sudah terjadi. Jadikan pelajaran hidup. Sebelum aden melakukan sesuatu, lebih baik dipikir panjang dulu. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.” ucapnya penuh pesan yang teramat menyentuh perasaanku, namun juga penuh misteri. Lalu pergi begitu saja kembali ke bilik warung.
“Tapi, Nek? Nek . . .” ucapku tak menuai jawaban darinya.

Pikiranku semakin kacau dibuatnya. Seketika saja aku melanjutkan perjalanan menuju rumah kekasihku. Namun lagi-lagi jantung ini berdebar kencang, justru kali ini semakin terpacu dan semakin resah.

Setelahnya ku sampai di depan rumahnya. Aku melihat banyak orang yang sedang berkerumun. Seketika saja ku masuk ke dalam rumahnya. Sungguh terkejut menyaksikan apa yang ada di depanku. Ia terlihat memakai gaun putih sembari tersenyum dengan mata yang terpejam, sebab ia sudah tak bernyawa dan meninggalkan kesan penyesalan bagi seumur hidupku.

#LombaCeritaMini #2.0 #dictiocommunity #EgoismediSekitarKita #CeritaDiRumahAja #DiRumahAja

Sumber/link gambar: https://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.radiorebelde.cu%2Fimages%2Fimages%2Fciencia%2Fdepresion-enfermedad-1.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fwww.radiorebelde.cu%2Fnoticia%2Fen-cienfuegos-campana-por-dia-mundial-salud-20170305%2F&tbnid=ANjRwoZpHLFKwM&vet=1&docid=zIYIwCA6FVDwLM&w=800&h=600&itg=1&q=gambar%20ilustrasi%20lakilaki%20egois&source=sh%2Fx%2Fim