Perokok Jadi Beban Negara atau Jadi Pemasukan Negara?

apa-kek

Rokok adalah salah satu produk dari bahan baku utama tembakau yang sangat diminatin oleh masyarakat Indonesia. Sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia menghisap rokok dengan segelas kopi. Harga rokok pada saat ini yang berkisar dari harga Rp. 20,000 sampai dengan Rp Rp. 30,000 an. Dengan berbagai macam jenis rokok yang dijual di pasaran. Tidak heran Indonesia menduduki peringkat ke 3 Negara perokok tertinggi di dunia, dengan 58 juta lelaki dan 3,46 juta wanita sebagai perokok aktif di Indonesia.

Tetapi apakah perokok menjadi beban negara atau menjadi pemasukan untuk negara ??

Yuk simak… pemerintah resmi menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok rata-rata 12% pada tahun 2022 yang akan datang. Nah langkah ini sebagai upaya menekan jumlah perokok yang disebut telah meningkatkan beban keuangan negara dari sisi biaya kesehatan Loh teman - teman.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pemerintah mengelontorkan subsidi untuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per tahun sebesar Rp 48,8 triliun. Sebesar 20-30% dari anggaran itu justru mengalir untuk biaya perawatan kesehatan yang ditimbulkan akibat merokok. Nah gimana pendapat teman - teman kira - kira menjadi beban atau pemasukan ya ?

Refrensi :
Indonesia Peringkat Ke 3 Perokok Tertinggi di Dunia
Perokok Menghabiskan Anggaran Negara Di BPJS Kesehatan

Topik yang sangat menarik sekali ya, Kak. Berdasarkan data saat ini, rokok memang menjadi salah satu sektor penyumbang terbesar pendapatan negara dari hasil cukai. Sehingga tak dapat dipungkiri keberadaan industri ini menjadi bantalan pendapatan negara. Tercermin dari target pendapatan cukai tahun ini mencapai Rp 180 triliun dan akan kembali meningkat di tahun depan menjadi Rp 203 triliun.

Tapi apakah hal ini sebanding dengan kualitas masyarakatnya. Menurut saya tidak. Telah disebutkan sebelumnya bahwa dana bantuan Program Jaminan Kesehatan Nasional sebesar 20%-30% justru digunakan untuk mengobati orang-orang sakit yang sebagian besarnya disebabkan karena merokok. Sehingga pemanfaatan dana tersebut menjadi tidak efektif.

Dampak rokok kepada kesehatan masyarakat pun menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Mudahnya mendapatkan rokok menyebabkan anak muda sudah mulai merokok sejak kecil. Generasi muda yang mulai merokok akan menyebabkan kualitas kesehatan masyarakat menurun sehingga tidak sebanding dengan pendapatan negara yang terus bertambah.

Referensi :

043ccecdb880212e775e4a29dbd77f20

Topik yang menarik sekali, saya pernah melihat video hasil dokumentasi penelitian Cristof Putzel yaitu Sex, Lies And Cigarettes yang berisi tentang fakta dibalik industri rokok. Amerika sempat menjadi negara perokok terbesar di dunia di tahun 90-an, sebelum pemerintah setempat menaikkan bea sin untuk rokok.

Kebijakan penaikkan harga rokok tersebut tak lain merupakan upaya pemerintah Amerika untuk mengurangi perokok di Amerika. Mengetahui komoditas rokok yang sulit di Amerika, industri rokok kemudian menargetkan negara-negara miskin di dunia dengan penduduk yang banyak.

Salah satu diantara target para industri rokok tersebut tentu saja Indonesia. Dapat kita perhatikan bahwa tak sedikit papan reklame serta spanduk-spanduk di jalan raya yang menampilkan iklan rokok. Selain itu, akses pembelian rokok terbilang sangat mudah karena dapat kita beli di warung-warung pinggir jalan. Harga rokok di Indonesia pun sangat murah yakni hanya sekitar 2-3 USD saja jika dibandingkan dengan harga rokok di Amerika sebesar 12 USD.

Para Industri rokok membuat seolah-olah mereka adalah ‘penyelamat’ negara. Sumbangan bea cukai menurut @jihanarisanti25 yang mencapai 203 Trilliun rupiah, menampung ratusan ribuan karyawan, pensloganan bahwa rokok menggambarkan representatif masa muda yang bebas, serta beberapa upaya lain yang diselengarakan oleh industri ini seperti beasiswa, olimpiade olahraga dan konser musisi, membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sepenuhnya berada dalam cengkraman industri ini.

Setelah menyampaikan fakta tersebut, dapat kita simpulkan bahwa industri rokok sepenuhnya melakukan segala upaya untuk mempertahankan eksistensi kapitalisme mereka di Indonesia. Namun, sebenarnya dampak kerugian dari Industri ini jauh lebih besar.

Penyakit yang disebabkan oleh rokok kini mencapai defisit keuangan BPJS hingga mencapai 600 Trilliun lebih, jumlah itu melebihi tiga kali lipat keuntungan yang Industri rokok berikan pada negara.

Jumlah perokok aktif di usia dibawah umur pun kini sangat memprihatinkan, sebanyak hampir 50% remaja usia 10-19 tahun di Indonesia diketahui telah menjadi perokok aktif. Ironisnya, angka belanja rumah tangga rokok menempati urutan ketiga tertinggi setelah makanan siap saji dan beras.

Dapat kita simpulkan bahwa meningkatnya jumlah perokok aktif di kalangan generasi muda akan membahayakan kualitas mereka di masa mendatang dan akan berdampak terhadap kualitas bonus demografi yang diharapkan di Indonesia.

Summary

Sex, Lies & Cigarettes': Vanguard Sneak Peek (Indonesia Subtitle-Full) - YouTube

Riset terbaru: kerugian ekonomi di balik konsumsi rokok di Indonesia hampir Rp600 triliun

wah menarik
sebelumnya terima kasih ka atas pertanyaanya

kita ketahui bersama terkait dengan rokok, apakah menjadi beban atau pemasukan negara?
kita lihat dari dua perpektif tersebut

  1. rokok membantu pemasukan negara
    memang sangat betul rokok membantu pemasukan negara. hal itu dapat dibuktikan dengan Rokok Berkontribusi Besar untuk Penerimaan Negara dari Cukai, Menyumbang 97 Persen. Sepanjang kuartal I/2021, realisasi penerimaan cukai Rp49,56 triliun atau 27,54 persen dari targetnya. selanjutnya, Industri rokok telah menyumbang kontribusi ekonomi terbilang besar. Tahun lalu saja, cukai hasil tembakau (CHT) mencapai Rp139,5 triliun. Liputan6.com, Jakarta Cukai rokok hingga saat ini masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan negara dari cukai. dari bukti tersebutu sudah tentu rokok membantu pemasukan negara. Kementerian Keuangan mencatat kenaikan harga rokok melalui cukai hasil tembakau (CHT) membuat penerimaan negara di sektor tersebut tumbuh signifikan. Kontribusinya mencapai 97 persen dari total penerimaan cukai.

  2. rokok sebagai beban negara
    Menteri Keuangan (Menkeu), [Sri Mulyani] rokok sebagai beban negara.
    Hal itu adalah karena menghabiskan anggaran BPJS Kesehatan hingga sebesar Rp15 triliun. “Biaya kesehatan akibat merokok mencapai Rp17,9 hingga Rp27,7 triliun setahun, dan dari total biaya ini, Rp10,5 hingga Rp15,6 triliun merupakan biaya perawatan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan” tutur Sri Mulyani.

bukan hanya itu saja tetapi juga dari sisi lingkungan hidup dan kelestarian lingkungan rokok dan menjadi masalah tambahan dalam mengurangi pencemaran lingkungan yang mana masalah yang mesti negara kita selesaikan pula. sebagai bukti Rokok: Kematian Lingkungan
di Semua Fase.
Produksi rokok mengakibatkan:
• 5% penggundulan hutan global (sampai dengan 30% penggundulan hutan di negara
penanam tembakau)11
• Kerusakan 200.000 hektar biomassa kayu setiap tahun12 Konsumsi rokok mengakibatkan:
• 4,5 triliun puntung rokok dibuang setiap tahun di seluruh dunia, yang menyumbangkan 766 juta ton sampah beracun setiap tahun13
• 2 juta ton limbah padat dari kardus dan kemasan rokok14
• Materi partikulat dalam ruangan dengan konsentrasi 10 kali lipat dari asap mobil diesel15
• 19-38% sampah yang dikumpulkan dari pembersihan laut secara global berasal dari puntung rokok16
Untuk menyalakan rokok,
diperlukan:
• Penebangan 9 juta batang pohon setiap tahun untuk memproduksi korek api17

dapat didikatakn bahwa roko memaang menjadi sumber pemasukan negara, tetapi dilain sisi dapat menjadi beban negara.
solusi yang dapat saya tawarkan. memang rokok boleh ada, tetapi jika kita sebagai konsumen yang cerdas bahwa jangan jadikan roko sebagai kebutuhan utama dalam menghadapi rasa kantuk karena rokok dapat merusak kesehatan tubuh, dan dengan semstinya perlu pengelolaan limbah rokok digencarkan, dan juga tnami kembali dan tidak untuk menebang pohon sembarangan dan tidak berlebihan.

mungkin hanya itu dari saya terima kasih

Referensi:

Merokok dapat dianggap sebagai beban negara dan pemasukan negara, tergantung pada perspektif yang diambil dalam menganalisis dampaknya. Sementara penerimaan pajak dari industri tembakau dapat menjadi sumber pendapatan bagi negara, dampak kesehatan dan sosial yang ditimbulkan oleh merokok dapat menyebabkan beban besar pada sistem kesehatan dan ekonomi secara keseluruhan.

Dari segi pemasukan, pemerintah sering kali mendapatkan pendapatan yang signifikan dari pajak rokok. Pajak ini mencakup pajak produksi, pajak penjualan, dan pajak konsumsi yang bersumber dari penjualan produk tembakau. Dana ini kemudian dapat digunakan untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, dari perspektif pendapatan, merokok dapat dianggap sebagai kontributor positif terhadap keuangan negara.

Namun, bila kita melihat dampak merokok secara keseluruhan, terdapat sejumlah isu serius yang bisa dianggap sebagai beban negara. Pertama, dampak kesehatan merokok menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan. Penyakit yang terkait dengan merokok, seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan kronis, memerlukan perawatan medis yang mahal. Ini meningkatkan beban sistem kesehatan dan dapat mengurangi daya saing ekonomi negara.

Selain itu, produktivitas tenaga kerja juga dapat terpengaruh karena absensi yang tinggi dan kinerja yang menurun akibat penyakit yang disebabkan oleh merokok. Biaya ini tidak hanya mencakup pengobatan langsung, tetapi juga produktivitas yang hilang dan beban ekonomi jangka panjang akibat penurunan kualitas hidup dan harapan hidup masyarakat.

Aspek sosial juga perlu dipertimbangkan, di mana merokok dapat menyebabkan masalah seperti keluarga yang terpengaruh, peningkatan risiko kebakaran, dan ketidaksetaraan kesehatan. Banyaknya korban yang tidak merokok tetapi terkena dampak asap rokok pasif juga memperumit masalah ini.

Pendekatan untuk menilai apakah merokok menjadi beban atau pemasukan bagi negara sebaiknya melibatkan analisis holistik yang mempertimbangkan berbagai faktor tersebut. Idealnya, pemerintah harus memastikan bahwa penerimaan pajak dari industri tembakau sebanding dengan biaya sosial dan kesehatan yang ditanggung oleh masyarakat. Ini dapat mencakup kebijakan peningkatan pajak untuk mencerminkan biaya kesehatan yang lebih tinggi atau alokasi dana khusus untuk program pencegahan dan pengobatan penyakit yang terkait dengan merokok.

Dalam kesimpulan, meskipun merokok memberikan pemasukan melalui pajak, dampak kesehatan dan sosialnya menyebabkan beban serius bagi negara. Strategi kebijakan yang efektif harus mencari keseimbangan antara memaksimalkan penerimaan pajak dan melindungi masyarakat dari dampak merokok yang merugikan.