Pernakah Kalian Mengalami Apa yang Disebut Sebagai Instagramxiety?

Pernahkah youdics sekalian mendengar istilah Instagramxiety ? Jika belum, instagramxiety adalah istilah yang berasal dari compound word atau dua kata yang digabung yakni Instagram dan Anxiety. Lantas, Apa sih yang dimaksud dengan Instagramxiety dan mengapa topik ini cukup penting untuk dibicarakan dan di diskusikan ? Menurut Widyaningrum (2020) pada tulisannya di National Geographic Indonesia, Instagramxiety adalah sebuah kondisi nyata yang membuat seseorang merasa lelah, stress, iri, sedih, dan membenci diri sendiri setelah melihat postingan - postingan yang ada di Instagram (post foto, insta-story, dan bentuk postingan lainnya).

Widyaningrum berpendapat jika ada kecenderungan seseorang dapat merasakan perasaan rendah diri ketika melihat postingan yang diunggah oleh para selebritis, blogger, influencer, keluarga, ataupun teman - teman mereka. Rasanya sangat sulit untuk tidak membandingkan kehidupan diri sendiri dan orang lain melalui unggahan yang mereka bagikan di Instagram terutama di post foto dan insta-story. contohnya ketika misalnya teman kita memamerkan barang atau pencapaian yang mereka raih di Instagram, tak jarang membuat kita bukannya merasa termotivasi dengan itu, tetapi sebaliknya kita merasa down saat melihat unggahan tersebut dan mulai menyalahkan diri sendiri.

Cal Strode, juru bicara Mental Health Foudation, mengatakan; “Terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain bisa meningkatkan kecemasan. Sebelumnya, kita hanya bisa melihat kehidupan beberapa orang. Namun, dengan adanya Instagram ,kita bisa mengetahui hidup ratusan pengguna. (Widyaningrum, 2020) ”

Pada faktanya, Instagram pernah di dapuk sebagai media sosial terburuk pada tahun 2017 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Royal Society of Public Health yang menurut mereka, aplikasi Instagram yang berbasis foto ini menyerang persepsi tubuh ideal, menganggu kualitas tidur, dan menciptakan perasaan fear of missing out (ketinggalan setiap update).

Nah, setelah melihat penjelasan diatas, apakah youdics sekalian pernah mengalami Instagramxiety berdasarkan pengalaman kalian ? Jika iya, bagaimana cara kalian mengatasinya ?

Referensi : https://nationalgeographic.grid.id/read/132222620/instagramxiety-rasa-cemas-melihat-unggahan-orang-lain-di-instagram?page=2

Pernah, apalagi waktu masih berkutat ngerjain skripsi. Suka iri dan tiba-tiba ngedown karena liat postingan temen-temen yang udah sidang dan wisuda duluan. Akhirnya malah nyalahin diri sendiri dan nangis. Cara aku menyelesaikannya dengan ga buka instagram dan stop kepoin postingan atau story temen-temen, dan itu terbukti ampuh, jadi ga sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan down lagi.

sejauh ini sepertinya saya belum pernah sampai di tahap Instagramxiety, dan semoga tidak perlu melewati fase itu.

membuka instagram bagi saya merupakan sebuah hiburan sekaligus sebagai tempat belajar. akun instagram yang saya ikuti selain teman-teman saya sendiri, saya mengikuti beberapa akun yang membagikan mengenai ilmu agama, parenting, memasak, financial dan self development.

mungkin karena itu, saya jarang memperhatikan dengan jeli mengenai unggahan dari teman-teman saya atau artis. Saya lebih fokus membaca hal-hal yang menarik perhatian saya atau sekedar melihat akun jualan daring yang sedang saya inginkan.

selain itu, tips yang bisa saya berikan adalah agar kita selalu bersyukur dengan apa yang kita punya dengan begitu semoga akan merasa “cukup” jadi tidak perlu memikirkan secara berlebihan terkait pencapaian orang lain maupun apa yang dilakukan dan dimiliki orang lain. Ingat kembali bahkan apa yang kita miliki saat ini belum tentu dimiliki semua orang, tetapi bukan berarti menjadikan diri ini sombong ya hal ini dilakukan sebagai pengingat untuk selalu bersyukur.

Tentu saja saya pernah mengalami Instagramxiety ini, bahkan tidak hanya sekali saja. Sebenarnya sampai sekarang pun saya masih mengalaminya, hanya saja sudah tidak separah sebelumnya. Untuk mengatasi hal tersebut saya membatasi diri untuk mengakses dan melihat Instagram. Mungkin dalam satu hari hanya 10-15 menit saja dan hanya melihat postingan yang saya ingin lihat. Selain itu, saya juga mulai perlahan-lahan mensugesti diri saya untuk selalu percaya diri dan tidak iri dengan pencapaian orang lain. Alhamdulillah, sekarang sudah mulai membaik dan rasa percaya diri saya juga meningkat.

Pernah, saya sampai stres melihat postingan teman-teman di sosial media saya dan secara tidak langsung membuat saya membandingkan diri dengan mereka. Akhirnya, saya membuat Second Account Untuk mengatasi rasa cemas saya. Memang ini terkesan seperti lari dari kenyataan, tetapi saya cukup tenang karena di akun kedua saya, saya bisa mengatur apa yang ingin saya ikuti dan siapa yang mengikuti saya. Saat ini saya tetap bermain instagram, tetapi tidak terlalu aktif di akun pertama

Bersyukurnya, saya belum pernah merasakan nya karena saya orang yang tidak memusingkan apa yang orang lain lakukan. Tidak ingin selalu in touch dengan tren. Saya juga tidak memiliki second account karna saya tidak memikirkan apapun yang saya posting selama tidak mengandung sara dan penyimpangan, saya bebas mempostingnya.

setuju sama metode kak @inasuwarni99

Melihat media sosial itu pilihan bukan kewajiban, jadi kalau bikin tidak enak hati matikan saja. Untuk membandingkan diri dengan orang lain menurutku perlu, karena kadang kita butuh motivasi atau tolak ukur soal ‘dimana’ kita sekarang di hidup, tapi patut di ingat semua orang punya ‘pace’ masing-masing dalam hidup, yang meski kecepatannya beda-beda, pasti bakal nyampe kok, santai aja :3

1 Like

Yap, saya pernah mengalami hal tersebut ketika melihat postingan teman-teman saya yang memperoleh beasiswa, travelling ke tempat yang bagus, mendapatkan prestasi yang bejibun, memakai outfit yang kece, membuat saya cenderung membandingkan diri saya sendiri “kenapa ya saya gabisa seperti mereka?” “kenapa ya saya gini-gini aja?”. Memang hal tersebut bisa memberikan motivasi terhadap diri saya sendiri untuk menjadi lebih baik, namun juga memberikan dampak buruk terhadap diri saya karena merasa rendah diri. Mungkin hal yang biasa saya lakukan untuk menyelamatkan diri dari Instagramxiety ialah dengan menonaktifkan instagram sementara waktu, mengunfollow akun-akun yang berpotensi membuat saya membandingkan diri sendiri, dan melihat akun-akun yang menghibur.

Pernah. Seringkali aku merasakan instagramxiety karena pencapaian teman dalam berkuliah yang sering membuat aku jadi membandingkan diri, merasa iri, dan merasa down. Biasanya ketika aku merasa ataupun muncul pikiran yang mengarah ke instagramxiety ini, aku akan istirahat sejenak dari media sosial untuk chating maupun dari instagram itu sendiri. Istirahat baik dalam waktu singkat (misal hanya tidak membuka instagram dalam beberapa jam atau hari) ataupun istirahat dalam waktu yang lumayan lama yaitu deact sementara akun instagram. Hal ini bertujuan supaya aku fokus pada pencapaian ku sendiri tanpa perlu membandingkan dengan orang lain, selain itu istirahat dari medsos bagiku dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan mental.

Pernah. Ketika awal tahun kemarin, saya benar-benar insecure dengan diri saya sendiri yang tidak bisa apa-apa. Beberapa kali mendaftar magang, dan semuanya ditolak. Sedangkan teman-teman saya kala itu sudah berkali-kali ikut magang, achievement lain-lainnya yang diunggah di instagram.

Kalau tidak begitu ada yang share kegiatan barunya seperti memasak (anehnya semua berhasil dalam satu kali percobaan setelah saya tanya), merajut, dkk.

Saya merasa gagal. Belum lagi banyaknya masalah yang menimpa saya. Dari situ saya berpikir untuk menghapus aplikasinya hingga hari ini. saya jadi bisa lebih fokus dengan pengembangan diri saya, dengan tidak membanding-bandingkannya dengan orang lain.

Saya pribadi pernah dan bahkan sering sekali mengalaminya. Untuk mengatasi hal tersebut, paling saya akan rehat dari instagram atau deactiv gitu sampai emang keadaan diri saya membaik.

Sampai dengan saat ini, saya belum pernah sama sekali mengalami hal yang disebut Instagramxiety ini. Bagi saya pribadi, Instagram adalah media sosial dan sarana hiburan. Konten-konten yang tersedia di sana juga muncul berdasarkan apa yang kita lihat atau sukai. Jika ada konten-konten yang membuat kita berpikiran negatif ataupun semacamnya, saya tinggal memblokir maupun memilih “Not Interested” di opsi yang tersedia. Terkadang memang ada rasa iri ketika melihat pencapaian teman-teman saya ataupun seorang artis. Namun, satu hal yang saya pegang untuk melawan iri itu adalah semua orang punya alur ceritanya sendiri dan tak perlu memaksakan untuk menjadi orang lain tersebut.

Untuk fenomena instagramxiety sendiri saya pernah mengalaminya. Sebab saya berasumsi jika apa yang saya lihat dan yang ditampilkan oleh selebriti maupun orang-orang hebat dengan segudang prestasi juga paras wajah yang menawan sendiri membuat saya menjadi insecure. Bahkan saya beranggapan negatif untuk diri saya sendiri dan muncullah spekulasi untuk membanding-bandingkan diisendiri dengan orang yang jauh diatas kita. Sehingga selalu ada stigma-stigma negatif dalam diri dan menimbulkan ketakutan-ketakutan untuk berani mencoba bahkan sekedar ingin bersaing dengan segala potensi yang ada.