Pernahkah kalian berpura-pura menyukai sesuatu di hadapan orang lain agar merasa diterima oleh mereka?

IMG_20210711_161628

Menurut Alwisol (2009) persona adalah sebuah topeng atau wajah yang dipakai ketika menghadapi publik. Kepribadian ini bisa berbeda dengan kepribadian kita sesungguhnya. Misalnya sebagai seorang public figure/idola, mereka dituntut untuk jadi pribadi yang menyenangkan, ramah, dan murah senyum. Padahal, aslinya, dia bukan tipe orang yang suka tersenyum.

Tiap orang pasti memiliki hobi dan kesukaan masing-masing. Ada yang sama dengan orang yang lain, tapi ada juga yang berbeda. Entah itu dalam sebuah kelompok, dalam hubungan pertemanan atau bahkan percintaan. Namun, pernahkan kalian berpura-pura menyukai sesuatu agar dapat diterima dan tidak merasa terkucilkan dalam hubungan pertemanan maupun percintaan tersebut?

1 Like

Pernah banget sihh, apalagi ketika sedang masa adaptasi di lingkungan baru. Aku harus mengikuti dan mengamati kebiasaan yang tercipta di kelompok itu. Kalo kedapatan dalam hubungan pertemanan yang kocak, kadang aku juga bisa mengikuti kekocakan mereka walaupun sebenarnya sifat asliku adalah pendiam. Tidak serta merta juga, cuma memang butuh waktu penyesuaian aja supaya bisa mengimbangi teman di kelompok.

Selain itu, ketika kita berada dalam kelompok / pertemanan yang mereka sangat stylish banget, juga harus bisa menyesuaikan agar tidak terkucilkan. Walaupun kita yang bodo amat terhadap outfit, tapi nanti pasti terbawa dan terbiasa dengan kebiasaan di kelompok tersebut.

Kesimpulan yang aku amati selama ini adalah berpura pura itu manusiawi juga sih, selain untuk menghargai orang di dalam kelompok tersebut, kita juga bisa belajar banyak hal dari kepura-puraan tersebut. Karena hidup ini adalah belajar. Memang ada beberapa waktu dimana aku selalu berpura-pura dan aku pernah menjadi tertekan. Disaat itu aku harus mulai menjauh sebentar dan melakukan koreksi, apakah aku baik baik saja di lingkungan pertemanan seperti ini atau tidak, karena memang tidak bisa dipaksakan juga. Jadi semua kembali ke pribadi masing" bagaimana mengatasi hal tersebut.

1 Like

Menurut saya setiap orang tentu pernah mengalami hal ini. Karena setiap orang pada dasarnya memiliki persona. Ketika individu berperilaku yang berbeda dari lingkungan maka lingkungan menganggap individu tersebut maladaptif/perperilaku bermasalah. Jung (Carl Gustav Jung) salah satu tokoh psikologi menjelaskan “topeng/persona” itu dibutuhkan pada setiap individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang mana topeng menjadi jembatan yang membantu diri dalam mengontrol perasaan, fikiran dan juga tingkah laku.

Sumber :
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian . Malang: UMM Press…

2 Likes

Saya setuju sekali. Pada dasarnya manusia memiliki banyak pribadi yang berbeda yang bisa disesuaikannya tergantung dimana lingkungannya berada saat itu. Dan dari teori Carl Jung ini, menyadarkan kita semua bahwa sah-sah aja untuk merasa tidak menyukai sesuatu. Karena memang hubungan antar manusia itu seperti bisnis yang saling menguntungkan. Biarpun, ia yang tidak kau suka itu kadang berbuat jengkel tetapi jika ia menguntungkan untuk kemudahan hidupmu pastinya akan tetap dipertahankan untuk tetap berada disekitarnya. Dan lagi pula, setiap perbuatan tidak menyenangkan dari oranglain, pastinya akan ada satu atau dua hal kebaikannya yang akan membuat kita untuk memaafkan dan melupakan sejenak. Ini seperti istilah, “tidak apa berbohong untuk kebaikan.”

1 Like

Menurut saya semua manusia pasti pernah melakukan hal tersebut, berpura-pura menyukai sesuatu agar diterima oleh suatu lingkungan atau pun teman-temannya. Saya pribadi juga pernah melakukan hal tersebut, walau tersebut tidaklah baik dan pada akhirnya akan membawa kepada keburukan pada diri sendiri. Tetapi semakin dewasa kita akan menyadari bahwa hal tersebut sulit untuk dilakukan dengan menjadi diri sendiri dan ada banyak begitu tuntutan yang harus kita peran kan untuk mengesankan lingkungan kita, walaupun hal tersebut bukan keinginan kita.

Tidak menjadi diri sendiri merupakan hal yang berat dan melelahkan, kita dipaksa untuk menyukai sesuatu atau berpura-pura tersenyum dan bahagia demi memuaskan lingkungan sekitar kita. Berpura-pura itu memang memang melelahkan, bagai memakai topeng seharian penuh. Walaupun memang pada akhirnya hidup tidak akan sesuai dengan yang kita harapkan, maka kadangkala kita harus memakai topeng tersebut untuk menghadapinya. Selain itu salah satu alasannya kita untuk sulit menjadi diri sendiri yaitu karena kita takut untuk dibenci oleh lingkungan sekitar jika berbeda dengan orang lain dan tidak sama dengan mereka dan tidak semua orang bisa berani untuk menjadi diri sendiri.

Pada akhirnya kita sendiri lah yang menentukan apakah harus selalu memakai topeng kepura-puraan dan menjalani hidup atau kita dapat menjadi diri sendiri walaupun adakalanya kita dibenci oleh orang-orang karena menunjukkan hal tersebut

2 Likes

Kalau menurut saya, memang berada di kondisi dikucilkan itu menyakitkan dan menyedihkan, sehingga seringkali kita berpura-pura memiliki pandangan yang sama dalam menyukai maupun membenci sesuatu. Bersikap berbeda di suatu lingkungan yang cenderung sama bisa membuat kita mendapat pandangan negatif.
Namun, berpura-pura dalam waktu lama juga dapat sangat melelahkan. Terlebih lagi jika dalam lingkup pergaulan kita ternyata membenci hal yang kita sukai, lantas kita harus berpura-pura tidak tertarik juga dengan hal itu. Tentu rasanya akan berat.
Saya pribadi cenderung menunjukkan sikap yang berbeda untuk kelompok orang yang berbeda. Lebih suka berpura-pura dengan orang yang tak akrab. Kemudian, secara perlahan membebaskan diri dari kepura-puraan bila teman tersebut telah dianggap akrab.
Menurut saya, diterima dengan baik di suatu hubungan memanglah menyenangkan. Tapi lebih menyenangkan lagi bila orang-orang yang berhubungan dengan saya, menerima saya apa adanya. Mungkin sesekali mereka dapat memberi saran dengan maksud memperbaiki saya, tetapi tanpa maksud mengubah saya :slight_smile:

1 Like