Permata-permata Yang Tersimpan

Taman Surga

Maulana Rumi berkata:

“Perkataan bahwa dalam diri manusia terdapat keburukan yang tidak dimiliki binatang-binatang dan hewan buas lainnya, tidak berarti bahwa manusia lebih buruk darinya. Sebab di balik tabiat yang jelek, jiwa yang buruk, serta kekurangan-kekurangan dalam diri manusia itu, tersimpan permata di dalamnya.”

Semua akhlak, kekurangan dan keburukan ini menjadi selubung bagi permata itu. Semakin berharga, mulia dan tak ternilai keindahan permata itu, maka selubungnya akan semakin besar. Dengan kata lain, kekurangan, keburukan dan etika yang buruk itu menjadi sebab adanya selubung bagi permata itu. Selubung itu tidak mungkin bisa disingkap selain dengan mujahadah yang kontinu.

Mujahadah itu sendiri bermacam-macam. Mujahadah yang paling mulia adalah menemani orang-orang yang mengarahkan wajahnya keharibaan Allah dan berpaling dari dunia ini. Tidak ada usaha yang lebih berat dari mujahadah selain duduk bersama orang-orang saleh, karena penglihatan mereka dapat melelehkan dan memfanakan hasrat jiwa. Dari sini mereka berkata:

“Jika seekor ular belum pernah melihat manusia selama empat puluh tahun, maka ia akan menjadi seekor naga.”

Maksudnya adalah karena ular tersebut belum pernah melihat seseorang yang menjadi penyebab hilangnya kejelekan dan muslihatnya.”

Ketika sebuah kunci yang besar dipasang, itu menunjukkan bahwa di dalamnya tersimpan sesuatu yang sangat berharga dan bernilai. Demikian juga dengan selubung; semakin besar selubungnya, maka permatanya semakin berharga. Seperti seekor ular di sekitar harta simpanan. Oleh sebab itu, janganlah kamu melihat keburukan kita, tetapi lihatlah pada mutiara-mutiara dan harta simpanan itu.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum