Perlukah melakukan Puasa Media Sosial?

Terima kasih udah share pengalamannya @Iasha_Zahara! :blush:
Iya aku setuju banget nih selain dapat berdampak seperti cemas, insecure, dan sulit fokus media sosial juga dapat menyebabkan perilaku konsumtif – membeli barang hanya karena ingin (lucu, penasaran mau coba, lagi trend) padahal sebenarnya tidak kita dibutuhkan.

Setelah membaca pendapat dari teman-teman, saya setuju bahwa perlu untuk melakukan puasa media sosial. Namun, saya sendiri belum pernah melakukan puasa media sosial tersebut karena berberapa pertimbangan. Pertama, media sosial dapat menjadi hiburan saya ketika penat dengan pekerjaan yang sedang saya lakukan. Walaupun terkadang media sosial dapat membawa kita pada hal-hal yang berkonotasi negatif, seperti timbulnya insecurity, hadirnya hate speech, sensasi, berhubungan dengan mental health, dan berbagai hal lainnya. Tentu saja, yang saya lakukan adalah men-skip hal-hal yang dapat menimbulkan berbagai hal tersebut. Saya menggantinya dengan konten-konten yang memotivasi, membangun kepercayadirian, belajar lewat media sosial, konten yang mengibur, dan berbagai hal lainnya.

Kedua, saya selalu mencoba untuk membatasi diri dalam menggunakan media sosial, sehingga tidak terus-terusan mengakses media sosial. Seperti yang diutarakan oleh kak Sherly bahwa kita perlu untuk menggunakan media sosial sesuai batasan kita dan tidak terus menerus mengakses media sosial.

Hal tersebut saya lakukan sebagai salah satu cara untuk tetap keep in touch bersama teman-teman yang lain dengan melihat story mereka, salah satunya. Disamping itu, saya sendiri juga selalu berusaha untuk tidak mengakses media sosial ketika berkumpul bersama teman, saudara, keluarga. Dengan demikian, puasa media sosial itu perlu, tetapi bagi mereka yang seperti saya yang menjadikan media sosial sebagai hiburan, dapat mencoba untuk membatasi penggunaan media sosial sebagai salah satu bentuk dari puasa media sosial.

1 Like

Oke ini merupakan suatu hal yang harus mulai diterapin buat orang-orang yang kecanduan medsos nih. Aku dulu pernah puasa media sosial selama liburan perkuliahan. Aku deactivate Instagram ku selama kurang lebih 2 sampai 3 bulanan. Memang ngerasa agak beda di awal-awal, ga buka hp buat buka IG. Tapi lama kelamaan akan terbiasa juga untuk ngurangin frekuensi buka HP nya. Kemudian kegiatan di real life juga akan merasa enak, lebih fokus dan ga keganggu. Tapi ada beberapa downside nya sih, tapi itupun menurutku juga bukan downside. Saat di tongkrongan, mungkin kita akan jadi orang yang lebih β€œkudet” dibanding dengan teman-teman kita. Karena rata-rata obrolan mereka adalah membicarakan soal update terbaru dari orang-orang lain di media sosial yang notabene kita engga tahu karena lagi puasa media sosial. Overall, puasa media sosial kuanjurin buat temen-temen.

1 Like

Apakah perlu melakukan puasa media sosial atau Dopamine Detox? menurut saya perlu, agar dapat mengurangi level dopamin di otak dan untuk tetap aktif di level dopamin yang rendah. Pentingnya puasa dopamin agar dapat tetap membuat kita produktif dan tidak menjadi malas-malasan.

Media Sosial atau Dopamine Detox adalah istilah yang biasa disebut untuk orang yang merasa terlalu banyak membuang waktu untuk scrolling linimasa media sosial.

Dopamin adalah neurotransmiter yang penting buat tubuh, karena fungsinya yang menyampaikan pesan ke otak agar bisa mengatur gerakan badan, memantik motivasi, menyampaikan untuk mencari kesenangan, perhatian, dan lainnya. Singkatnya, hormon dopamin akan aktif ketika kita sedang melakukan aktivitas-aktivitas menyenangkan atau yang menghibur.

Hal yang setiap hari kita lalui ketika dopamin kita aktif adalah kita akan merasa senang dan bahagia. hal tersebut terjadi contohnya saat kita sedang bermain game, mengakses internet, menonton film, mendengarkan musik, bahkan makan makanan favorit yang mana semua aktivitas tersebut merilis hormon dopamin.

Yang menjadi masalah adalah jika kita membiasakan diri kita dengan kegiatan yang merilis dopamin dalam jumlah besar, maka kita akan menjadi malas atau susah untuk berlama-lama melakukan aktivitas dengan dopamin yang rendah. Misalnya membaca buku, berolahraga, mengerjakan tugas kantor/kuliah, dan lainnya.

1 Like

Terkadang, menghindari hiruk pikuk dunia media sosial juga diperlukan guna menenangkan pikiran kita. Saat ini, media sosial menjadi bagian yang penting bagi masyarakat. Nyaris semua kalangan menggunakan media sosial untuk tetap terhubung dan berkomunikasi dengan kerabatnya. Bahkan saat ini kita hampir tidak bisa lepas dari media sosial. Kemanapun kita pergi keluar bersama teman, kita pasti mengunggah foto ke akun media sosial kita. Selain itu, media sosial juga bisa menyita waktu kita bersama keluarga. Melansir dari bustle, para peneliti dan psikolog juga mencatat bahwa media sosial memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan mental. Namun, dengan berhenti atau istirahat menggunakan media sosial selama sebulan dapat bermanfaat bagi psikologis kita. Meskipun kita tidak terlalu sering menggunakan media sosial, namun ketergantungan pada media sosial yang berlebihan dapat merusak kita. Psikolog klinis dr. Josh klapow phd menjelaskan jika penggunaan media sosial mendominasi aktivitas sehari-hari tidaklah baik dan ini saatnya untuk berhenti sejenak. Berikut beberapa alasan kenapa kita seharusnya melakukan rehat sejenak dari hiruk pikuk sosial media. Membuat Anda lebih fokus pada orang lain daripada diri sendiriMasalah utama dari penggunaan media sosial adalah Anda sering dipenuhi dengan pencapaian orang lain, seperti seseorang yang mengunggah foto kelulusannya, atau seseorang yang memiliki barang baru. Hal tersebut secara tidak langsung membuat kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Alih-alih membandingkan diri dengan pencapaian orang lain, lebih baik kita fokus mengejar tujuan pribadi kita sendiri. Dilansir dari Elitedaily, sebuah penelitian menunjukkan bahwa individu yang menghabiskan waktunya di media sosial melaporkan sering merasa kecemasan yang meningkat dan harga diri yang rendah. Masalah ini bisa juga disebut sebagai Social Media Anxiety Disorder. Kemudian, menyebabkan kebahagiaan Anda bergantung pada orang lain. Menggunakan media sosial yang berlebihan cukup berbahaya karena dapat membuat sebagian orang dengan mudah terjebak dalam pola pikir mencari validasi dari orang lain. Kebahagian seseorang tentunya harus bergantung pada situasi yang Anda nikmati bukan apa yang dipikirkan oleh orang lain. Banyak individu menggunakan media sosial terlalu berlebihan dan terbiasa dengan menerima kesenangan atau perhatian dari jumlah β€œlikes” pada unggahan foto mereka. Hal tersebut menjadi kecanduan yang harus mereka puaskan. Lalu, mengalihkan perhatian Anda. Media sosial seringkali menghalangi perhatian kita untuk memperhatikan situasi atau keadaan yang sebenarnya terjadi. Contohnya, seseorang yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain media sosial mereka ketika sedang kumpul bersama teman atau keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang menjadi kurang menghargai momen kebersamaan. Yang terakhir, Puasa media sosial tingkatkan kesehatan mental Anda. Beristirahat sejenak selama satu bulan dari media sosial tentunya memiliki manfaat psikologis bagi Anda. Seseorang yang beristirahat dari media sosial dapat merasa lebih bahagia dan tidak merasa terlalu cemas. Berhenti dari media sosial mungkin membuat Anda merasa lebih baik meskipun tidak menyembuhkan psikologis Anda sepenuhnya. Sebuah penelitian menunjukkan media sosial seperti Facebook memiliki dampak terhadap kebahagian seseorang. Penelitian tersebut menunjukkan jika seseorang berhenti dari Facebook bisa membuat seseorang lebih bahagia.

Saya rasa sangat perlu untuk seseorang melakukan puasa media sosial bergantung pada kebutuhan dan keadaan yang sedang dialami. Saya percaya bahwa puasa media sosial bisa dilakukan beberapa bulan sekali dengan tujuan untuk menyegarkan pikiran setelah terpapar dari konsumsi konten dalam media sosial. Yang saya sadari selama bermain media sosial adalah adanya efek ketergantungan yang cukup besar dan lama kelamaan membuat saya lelah secara fisik juga mental. Tenaga saya seakan tersedot hanya untuk melihat foto, video, atau status milik orang lain. Tidak hanya itu, saya jadi lebih malas dan terpaku pada layar ponsel untuk stay up-to-date dengan apa yang sedang orang lain lakukan.

Menyadari bahwa apa yang saya lakukan berdampak buruk, saya mulai menjalani puasa media sosial. Saya menghapus aplikasi yang tidak penting juga mematikan main account di semua media sosial, lalu membuka akun baru untuk tetap update mengenai kampus dan idola (dengan tujuan hiburan). Selain itu saya tidak menyalakan notifikasi media sosial yang biasanya membuat saya merasa harus bergegas membuka dan menjadi orang pertama yang tahu. Dan ya, cara tersebut berhasil untuk membantu saya untuk jarang membuka media sosial.

Menurut saya, puasa media sosial atau social media detox perlu dilakukan. Saat ini, terlebih karena situasi yang tidak memungkinkan kita untuk bertemu secara langsung dan melakukan pola interaksi face to face menyebabkan intensitas kita untuk menggunakan media sosial semakin besar.

Saya sendiri setuju dengan pernyataan ini. Memang media sosial memiliki banyak fungsi yang menarik dan membawa kebahagiaan tersendiri. Namun, meskipun demikian, ada berbagai macam jenis informasi yang kita cerna dan dapatkan dari media sosial, baik yang positif maupun negatif. Informasi-informasi yang kita lihat di media sosial sedikit banyak juga mempengaruhi kondisi kesehatan mental kita. Informasi-informasi yang negatif tak jarang membuat kita merasa takut, cemas, marah, sedih dan lain sebagainya. Jika apa yang kita lihat sudah mempengaruhi keadaan emosi dan mental kita hingga tahap yang cukup mengganggu, maka ada saatnya bagi kita untuk berhenti sejenak. Mungkin tidak perlu sampai menutup akun, namun cukup mengurangi intensitas penggunaannya atau menetapkan hari untuk social media free sehari dan melakukan interaksi sosial yang nyata dengan orang-orang di sekitar kita.

Dilansir dari artikel Kompas.com, terdapat tanda-tanda serta ada tiga tingkat keparahan kecanduan media sosial yang bisa dijadikan patokan kapan orang harus mulai berpuasa media sosial, yaitu Pertama adalah early sign, yakni saat orang mulai banyak berkomunikasi dengan teman atau orang asing yang dikenal lewat media sosial ketimbang kerabat dekat. Mereka juga lebih memilih menghabiskan waktu berselancar di dunia maya daripada melakukan hal-hal penting, seperti makan, bekerja, atau tidur. Kedua adalah warning sign, di mana penggunaan media sosial mempengaruhi kehidupan dunia nyata. Misalnya sering berkonflik dengan kerabat dekat atau mulai sering berbohong. Tahapan paling parah adalah adalah addict, yang menggabungkan ciri-ciri dari early sign dan warning sign. Di tahap ini, pengguna seakan tidak bisa lepas dari ponsel dan selalu membuka media sosial.

Sumber

Begini Tanda-tanda Orang yang Harus "Puasa" Media Sosial Halaman all - Kompas.com

kalau saya pribadi perlu, soalnya suka ke trigger sama pencapaian orang-orang.
jadi kadang saya suka log uot akun, healing. pokoknya cari hal perahilahan gitu.