Mewujudkan pertandingan yang adil, imbang dan sportif adalah cita-cita bersama penyelenggara ajang olahraga di seluruh dunia. Demi mencapai tujuan tersebut, hadirlah regulasi-regulasi yang ditetapkan oleh asosiasi-asosiasi berbagai cabang olahraga internasional. Mereka satu suara dalam satu hal: pelarangan doping.
Doping adalah upaya ilegal untuk meningkatkan performa seorang atlet, baik dilakukan oleh atlet itu sendiri atau orang lain (pelatih, dokter tim, fisioterapis dll), baik secara sengaja maupun tidak. Doping bisa berupa substansi tertentu yang dikonsumsi, atau berupa alat bantu olahraga untuk kecurangan, seperti misalnya penggerak sepeda tersembunyi yang pernah kedapatan di Tour de France. Konon, doping berasal dari kata “dop”, yang merupakan sebutan untuk minuman yang dibuat oleh pasukan perang suku Zulu untuk mendongkrak tenaga di medan perang. Dalam konteks masa kini, ada banyak substansi yang digunakan secara ilegal sebagai doping seperti steroid anabolik, eritopoietin, hormon tertentu, insulin, dll.
Olimpiade Tokyo yang baru saja dihelat pun tidak lepas dari kasus doping. Sprinter putri Nigeria Blessing Okagbare dan spesialis 100 meter Kenya Mark Odhiambo dikeluarkan dari Olimpiade Tokyo setelah hasil tes menunjukkan mereka positif doping. Okagbare kedapatan menggunakan hormon pertumbuhan dan Odhiambo kedapatan menggunakan steroid anabolik.
Ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa doping seharusnya diperbolehkan. Pertimbangannya, beberapa atlet memiliki keuntungan genetis. Misalnya atlet Afrika memiliki kepadatan otot dan tulang yang lebih dibanding atlet Asia. Tentu saja secara fisik mereka akan menang mudah, dan pada akhirnya laga tidak akan imbang. Pertimbangan lain misalnya, orang yang berasal dari daerah pegunungan memiliki sel darah merah lebih banyak, sehingga ketahanan fisiknya tentu lebih baik.
Atas dasar inilah, beberapa ahli berpendapat bahwa doping seharusnya tidak boleh dilarang. Justru, doping seharusnya dilegalkan dengan regulasi yang ketat. Tujuan akhirnya tentu demi menciptakan kompetisi yang seimbang. Menurut kalian, perlukah saat ini doping dilegalkan?
Referensi
Ramadhani, A. (2015). Doping Seharusnya Dilegalkan?. FandomMedia. Diambil dari https://fandom.id/artikel/analisis/fisio/doping-seharusnya-dilegalkan/
Santoso, B. (2021). Terbukti Doping, Sprinter Nigeria Resmi Dicoret dari Olimpiade Tokyo 2020. Suara.com. Diambil dari Terbukti Doping, Sprinter Nigeria Resmi Dicoret dari Olimpiade Tokyo 2020
Savulescu, J. Foddy, B. Et. Al. (2004). Why we should allow performance enhancing drugs in sport. British Journal of Sports Medicine, Vol. 38 Issue 6. PDF. Diambil dari https://bjsm.bmj.com/content/38/6/666