Perbuatan apa saja yang dapat dikatakan sebagai syirik ?

Syirik

Syirik digunakan dalam arti mempersekutukan tuhan lain dengan Allah, baik persekutuan itu mengenai Dzat- Nya, Sifat-Nya, atau Af’al-Nya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya ditujukan kepada-Nya saja.

Perbuatan apa saja yang dapat dikatakan sebagai syirik ?

Bergantung kepada suatu benda, azimat, jimat, rajah dan mantra

Firman Allah SWT:

Artinya: “ Katakanlah: Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Allah hendak Allah memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri ” (QS Az-Zumar:38).

Dalam ayat ini, Allah SWT menyuruh Nabi SAW supaya beliau mengingkari orang-orang musyrik ini akan peribadatan mereka kepada berhala-berhala yang tidak mampu menghilangkan kemudaratan yang menimpa seseorang. Kemudian Dia menyuruhnya supaya beliau menyerahkan urusanya kepada Allah karena Dialah yang mencakupinya dengan mendatangkan kemanfaatan dan menolak kemudaratan. Dan Dia mencakupi semua orang yang bertawakal kepada-Nya dan membuktikan sifat tawakalnya.

Hadits Rasulullah SAW:

Dari Imran bin Hushain RA bahwa Nabi SAW pernah melihat seorang memakai rantai emas(gelang) pada tangannya. Lalu Nabi SAW SAW bertanya: Apa ini? Jawabnya: Ini al-Wahinah (sejenis mutiara yang biasa dipakai pada bahu atau tangan). Lalu Nabi berkata: Buang itu, karena ia hanya akan menambah kelemahan padamu. Maka sesungguhnya, seandainya kamu mati di saat kamu memakai itu, maka kamu tidak akan beruntung selamanya (HR Ahmad).

Dalam hadits ini, Imran bin Hushain RA memberitahukan kepada kita bahwa Nabi SAW pernah melihat seorang lelaki memakai rantai emas (gelang), lalu ia ditanya tentang tujuan dia memakai rantai emas itu. Lalu lelaki itu memberitahukan kepadanya bahwasanya dengan rantai itu, ia hendak menghilangkan penyakit al-Wahinah (lemah jiwa/ketakutan). Maka Nabi menyuruhnya supaya ia melepaskannya dan Nabi SAW memberitahukan kepadanya bahwa rantai itu hanya akan menambah kelemahan dan penyakit kepadanya. Dan seandainya ia mati sedangkan ia masih terus memakainya dan meyakininya, maka ia tidak akan berbahagia dan tidak akan memperoleh kebahagiaan yang abadi.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa memakai rantai emas (gelang) dan sejenisnya untuk menolak kemudaratan itu termasuk syirik asghar. Adapun yang dipahami dari hadits Imran bin Hushain, itu adalah syirik akbar karena syirik itu mengakibatkan pemakainya tidak bahagia selamanya. Hal ihwal itu dapat dijelaskan dengan niat dan keyakinannya. Jika ia meyakini bahwa rantai emas itu bisa berbuat dengan sendirinya tanpa Allah, maka itu adalah syirik akbar. Akan tetapi jika ia meyakini bahwa benda itu merupakan sebab, sedangkan pelakunya adalah Allah, maka itu adalah syirik asghar (syirik kecil).

Hadits Rasulullah SAW:

Dari Uqbah bin Amir: Barangsiapa yang bergantung kepada suatu barang (jimat), niscaya dia dijadikan bersandar kepada barang tersebut…

Dalam hadits ini, Uqbah bin Amir memberitahu bahwa Rasulullah SAW pernah mendo’akan tidak baik kepada setiap orang yang menggantungkan tamimah (batu marjan) dan wad’ah (rumah kerang) dengan meyakini adanya kemanfaatan di dalamnya selain Allah, maka Allah tidak akan menyempurnakan urusannya. Bahkan Allah tidak akan memberikan ketenangan kepadanya. Dan Nabi SAW memberitahukan bahwa semacam ini merupakan amal perbuatan yang batil. Bahkan dalam riwayat lain, Nabi SAW memberitahukan bahwa tamimah adalah syirik karena pelakunya meyakini adanya kemanfaatan di dalamnya selain Allah SWT.

Atsar Sahabat:

Dari Ibnu Abi Hatim dari Huzaifah, bahwa ia pernah melihat seorang lelaki yang pada tangannya ada sehelai benang untuk menolak demam, lalu ia me-mutuskan benang itu dan membaca firman Allah SWT:

Artinya: “Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan mereka dalam keadaan syirik” (QS Yusuf: 106).

**Huzaifah pernah mengunjungi orang sakit, lalu ia menemukan pada tangannya sehelai benang. Tatkala orang sakit itu ditanya tentang tujuan benang ini, maka ia memberitahukan kepadanya bahwa itu adalah untuk menolak demam. Lalu Huzaifah memutuskannya dan menganggapnya sebagai perbuatan syirik.
Asar sahabat:

Dalam hadits sahih dari Abu Basyir al- Anshari RA, bahwa ia pernah bersama Rasulullah SAW dalam beberapa perjalanannya, lalu Rasulullah SAW mengutus seorang utusan (Zaid bin Harisah) agar ia tidak membiarkan kalung dari tali busur pada leher unta atau kalung apapun kecuali kalung itu harus diputuskan.

Abu Basyir al-Ansari memberitahukan kepada kita bahwa ia pernah bersahabat dengan Rasulullah dalam beberapa perjalanannya, lalu Rasulullah SAW mengutus seorang utusan (Zaid bin Harisah) untuk memutuskan kalung dari tali busur yang digantungkan pada leher unta. Hal itu karena penduduk Arab pada masa Jahiliyah meyakini bahwa kalung itu dapat memelihara mata.

Hadits Rasulullah SAW:

Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulallah saw bersabda, sesungguhnya azimat, jimat dan mantra itu adalah syirik. (HR Ahmad dan Abu Daud)

Ibnu Mas’ud RA memberitahukan kepada kita bahwa Nabi SAW telah memberitahukan kepada kita bahwa azimat-azimat dan jimat-jimat dari batu marjan yang dikalungkan pada anak-anak dan mantra-mantra yang dibuat agar suami istri saling menyayangi, itu adalah syirik kepada Allah.**

Hadits Rasulullah SAW:

Dari Abdullah bin Hakim: Barangsiapa yang berta’lluq (bersandar) pada suatu benda, maka ia dijadikan bergantung kepadanya. (HR Ahmad dan Tirmizi).

Abdullah bin Hakim memberitahukan kepada kita bahwa Nabi SAW telah memberitahukan kepadanya bahwa orang yang bersandar kepada suatu barang akan membiarkan (mengandalkan) urusannya untuknya. Maka barangsiapa yang menempatkan (menyerahkan) kebutuhan-kebutuhannya kepada Allah, maka Dia akan membukakan kesempitannya dan memudahkan urusannya. Dan barangsiapa yang bersandar kepada selain Allah, maka Dia akan membiarkan urusannya untuknya, lalu ia ditelantarkan karena segala kebaikan ada di tangan Allah dan tidak seorangpun selain-Nya akan mampu mendatangkan kebaikan itu.**

Hadits Rasulullah SAW:

Dan Ahmad meriwayatkan dari Rawaifa’, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda kepadaku: Hai Ruwaifa’, semoga hidupmu itu akan berlangsung lama (berumur panjang), maka beritahukan kepada orang banyak bahwa barangsiapa yang melilitkan janggutnya atau menga-lungkan tali busur atau beristinja dengan kotoran binatang, maka Muhammad lepas dari orang itu.

Dalam hadits ini Ruwaifa’ memberitahukan kepada kita bahwa Nabi SAW telah memberitahukan kepadanya bahwa kehidupan itu akan lama baginya; ia harus memberitahukan kepada orang banyak – sebelumnya – dari Nabi SAW bahwasanya barang-siapa yang melilitkan janggutnya atau mengalungkan salah satu tali busur pada leher binatang kepunyaannya atau beristinja dengan kotoran binatang atau tulang, maka Muhammad SAW bebas dari berbuat itu.

Astar Sahabat:
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata: Barangsiapa yang menghilangkan tamimah (jimat dari batu marjan) dari seseorang, maka ia akan memperoleh pahala di sisi Allah, seperti pahala orang yang memerdekakan hamba sahaya (Mereka para ulama salaf mengharamkan tamimah-tamimah dari Alquran dan selain Alquran).

Dalam atsar pertama, Sa’id bin Jubair memberi tahukan kepada kita bahwa orang yang menghilang kan tamimah dari seseorang, maka ia akan memperoleh pahala di sisi Allah, seperti pahala orang yang memerdekakan hamba sahaya karena ia telah me-merdekakan orang yang menggantungkan tamimah itu dari api neraka dan ia telah membebaskan dia dari perbudakan hawa nafsu dan syirik.

Dalam atsar kedua, perawi hadits memberitahu-kan kepada kita bahwa para ulama salaf tidak menyukai tamimah-tamimah dan mereka menyuruh memutuskannya dan menghilangkannya, baik tamimah dari Alquran atau bukan dari Alquran.

Orang yang bertabarruk (mencari keberkahan) dengan pohon atau batu atau sejenisnya

Firman Allah SWT:

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling kemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu anak laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demi kian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil (QS An-Najm: 19-22).

Allah SWT mengingkari orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala – umumnya – dan pada khususnya berhala-berhala yang tiga, yaitu Al-Lata di Thaif, Al-Uzza di Wadi Nakhlah (Lembah Pohon Kurma), dan Manah di Al-Musyal dekat Al-Qadid. Lalu Allah menentang mereka tentang berhala-berhala ini, apakah berhala-berhala itu dapat memberi manfaat dan menolak kemudaratan serta mendatangkan kemanfaa-tan.

Adapun berhala-berhala itu hanyalah merupakan nama-nama yang mereka namakan, yang dengan nama-nama itu Allah tidak menurunkan sultan (keku-asaan). Demikian pula Dia mengingkari atas mereka pengertian yang zalim itu. Seandainya pembagian itu terjadi di antara makhluk dan makhluk, yaitu anak-anak perempuan yang lemah- lemah, yang tidak mereka sukai untuk Allah SWT, sedangkan anak laki-laki yang mereka sukai untuk mereka sendiri. Jadi, apabila itu merupakan kezaliman di kalangan makhluk, maka ba-gaimana mereka menjadikannya untuk Allah SWT. Maha luhur Allah dari apa yang mereka katakan karena kesombongan yang besar dan Maha suci Allah dari sifat mempunyai anak laki-laki dan perempuan.

Hadits Rasulullah SAW:

_Dari Abu Waqid al-Laitsi, ia telah berkata: kami pernah berangkat bersama Rasulullah SAW untuk perang Hunain, sedangkan kami baru masuk Islam dan orang-orang musyrik mempunyai pohon sidr (bidara) tempat mereka menetap (bersemedi) dan tempat mengantungkan senjata-senjata mereka. Dikatakan, pohon itu mempunyai gantungan-gantungan. Lalu kami melewati pohon sidr itu, kemudian kami mengusulkan kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, jadikan pohon yang bergantung untuk kami, sebagaimana mereka memiliki pohon yang bergantungan. Maka Rasulullah SAW menjawab sambil bertakbir, sesung-guhnya itu adalah tradisi-tradisi yang pernah kamu atakana. Demi diriku yang ada dalam genggaman-Nya, sebagaimana telah diucapkan oleh Bani Israil kepada Nabi Musa: Jadikan tuhan bagi kami, sebagaimana mereka memiliki tuhan- tuhan. Nabi berkata: Sesungguhnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui bahwa kamu tentu menuruti tradisi orang-orang sebelum kamu.( HR Tirmizi).

Abu Waqid Al-Laitisi RA memberitahukan kepada kita bahwa dia pernah bersahabat dengan Rasulullah SAW ke perang Hunain. Mereka mengetahui bahwa orang-orang musyrik mempunyai pohon sidr untuk bertabarruk dan bertempat tinggal di sisinya. Karena mereka baru masuk Islam dan mereka belum menguasai tujuan-tujuannya, mereka mohon kepada Nabi SAW agar menjadikan pohon sidr untuk bertabarruk dan bertempat tinggal di sisinya. Lalu Nabi SAW terkejut atas permohonan ini. Beliau bertakbir kepada Allah dan memahasucikan-Nya dari yang seperti ini serta memberitahukan bahwa permintaan mereka ini kepadanya adalah seperti permintaan Bani Israil kepada Nabi Musa ketika mereka minta kepadanya agar Musa menjadikan tuhan bagi mereka untuk mereka sembah selain Allah setelah mereka diselamatkan dari Fir’aun dan kaumnya. Kemudian Nabi memberitahukan bahwa umat ini akan beramal seperti amal orang Yahudi dan Nasrani dalam segala sesuatu termasuk syirik dan selainnya.

Menyembelih bukan karena Allah

Firman Allah SWT:

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadat-ku, hidup-ku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam Tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (QS Al-An’am:162-163).

Allah SWT menyuruh Nabi-Nya, Muhammad SAW supaya memberitahu orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah, bahwa shalatnya dan pengorbanannya serta segala amal perbuatan dalam hidup-nya, iman dan amal saleh untuk bekal matinya, semua itu dilakukan dengan ikhlas karena Allah, bukan karena selain-Nya. Dan sesungguhnya dari kalangan umat ini, dia adalah orang yang pertama kali yang berserah diri dan tunduk patuh kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT:

Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah” (QS Al-Kautsar: 2).

Allah SWT menyuruh Nabi-Nya Muhammad SAW supaya memadukan antara dua bentuk ibadat ini yang mencakup tawadhu kepada Allah dan merasa butuh kepada-Nya, berbaik sangka kepada- Nya dan bertaqarrub kepada-Nya. Dan keduanya, yaitu shalat dan kurban merupakan jenis ibadat badan dan harta yang paling besar.

Hadits Nabi SAW:

Dari Ali RA, dia telah berkata, Rasulullah SAW pernah berbicara dengan aku dengan empat kalimat: Allah melaknat orang yang berkurban bukan untuk Allah; Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya; Allah melaknat orang yang melindungi orang yang berbuat bid’ah dalam agama; dan Allah melaknat orang yang merubah menara (batas-batas tanah) (HR Muslim).

Ali RA memebritahu kita bahwa dia pernah mendengar Nabi SAW melaknat setiap orang yang bertaqarrub dengan berkurban kepada selain Allah, setiap orang yang melaknat kedua orang tuanya, baik secara langsung maupun tidak langsung, setiap orang yang menolong dan melindungi orang yang berbuat bid’ah, dan setiap orang yang mengubah tanda-tanda batasnya untuk menggasab tanah.

Hadits Nabi SAW:

Dari Thariq bin Syihab, Rasulullah SAW pernah bersabda (Seorang lelaki bisa masuk surga karena seekor lalat. Mereka bertanya: Bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Berhala itu tidak dilewati oleh siapa-pun sebelum ia berkurban dengan sesuatu untuknya. Lalu mereka berkata kepada salah seorang dari kedua-nya: Berkurbanlah. Dia menjawab: Saya tidak punya apa-apa untuk berkurban. Mereka berkata kepadanya: Berkurbanlah walaupun dengan seekor lalat, lalu orang itu berkurban, maka mereka melepaskannya. Maka dia masuk neraka. Dan mereka berkata kepada yang lainnya: Berkurbanlah. Lalu ia menjawab: Aku tidak akan berkurban dengan sesuatupun untuk seseorang selain Allah SWT. Lalu mereka menebas lehernya. Maka dia masuk surga (HR Ahmad).

Rasulullah SAW memberitahu kita bahwa dua orang lelaki barangkali keduanya dari Bani Israil pernah melewati orang banyak yang sedang menyembah berhala. Lalu mereka minta agar keduanya berkurban untuk berhala itu walaupun dengan sesuatu yang sedikit (tidak berharga). Kemudian salah seorang di antara keduanya menghidangkan seekor lalat. Maka karena itulah dia masuk neraka, sedangkan yang lainnya menolak karena kekuatan imannya dan kesem-purnaan tauhidnya. Lalu mereka membunuhnya. Maka dia masuk surga.

Bernadzar kepada selain Allah swt

Firman Allah SWT:

Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana (QS Insan:7).

Dalam ayat ini Allah SWT memuji hamba-hamba-Nya yang baik, di mana mereka menunaikan nazar yang telah mereka wajibkan atas diri mereka sendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan Dia menjelaskan dorongan mereka terhadap hal yang demikian itu, yaitu keyakinan mereka kepada hari kiamat dan ketakutan mereka akan azab-Nya yang kejam dan merata

Firman Allah SWT:

Artinya: Dan apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Dan orang–orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya (QS Al-Baqarah: 270).

Dalam ayat ini Allah SWT memberitahu kita bahwa apa saja yang dinafkahkan oleh manusia atau apa saja yang dinazarkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya meskipun hal itu disembunyikan oleh pelakunya. Dan Dia akan membalasnya atas hal yang demikian itu. Kemudian Dia memperingatkan manusia dari kezaliman dalam nafkah, nazar, dan sebagainya. Dan Dia memberitahu mereka bahwa mereka tidak akan mendapatkan seorang penolongpun yang dapat menolong dan membela mereka apabila Allah menimpakan azab kepada mereka.

Hadits Nabi SAW:

Dalam hadits sahih dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang bernazar untuk taat kepada Allah, maka hendaklah dia taat kepada-Nya dan barangsiapa yng bernazar untuk mendurhakai Allah, maka janganlah dia durhaka kepada-Nya.

Tabrani meriwayatkan melalui sanadnya bahwasanya pada masa Nabi SAW ada seorang muna-fik yang menyakiti orang-orang mukmin, lalu sebagian mereka yang termasuk orang munafik ini berkata: Mari kita mohon pertolongan kepada Rasulullah SAW. Maka Nabi SAW bersbda: Bahwasanya aku tidak boleh diminta pertolongan dan hanya Allah-lah yang diminta pertolongan.

Memohon pertolongan dan berdoa kepada selain Allah

Firman Allah SWT:

Artinya: Dan janganlah kamu menyembah apa-apa selain Allah, yang tidak bisa memberi manfaat dan tidak pula memberi mudarat kepadamu. Sebab, jika kamu berbuat (yang demikian itu), maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang- orang yang zalim (QS Yunus: 106).

Dalam ayat itu Allah SWT melarang Nabi-Nya Muhammad SAW dan melarang semua umatnya beribadah dan minta segala sesuatu selain kepada Allah karena segala sesuatu selain Allah tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudharat kepada siapapun. Dan Allah SWT memberitahukan kepada Nabi bahwasanya seandainya seseorang berbuat yang demikian itu – semoga Allah menghindarkan Nabi-Nya dari berbuat yang semacam itu – maka ia termasuk orang-orang musyrik.

Firman Allah SWT:

Artinya: Dan jika Allah menimpakan suatu kemuda- ratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah mengehndaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang Dia kehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dia-lah yang Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang (QS Yunus:107).

Dalam ayat itu Allah memberitahu Nabi-Nya Muhammad SAW bahwa kebaikan dan kejahatan, keduanya adalah takdir dari Allah SWT. Dan sesungguhnya siapapun di antara makhluk-Nya tidak ada yang dapat menghilangkan kemudaratan dari seseorang dan tidak pula dapat mendatangkan kebaikan dari seseorang dan sesungguhnya tindakan yang mutlak, semuanya adalah kepunyaan Allah. Dengan hikmah-Nya, Dia memberi kepada orang yang Dia kehendaki. Dan sesungguhnya Dia banyak ampunan-Nya bagi orang yang bertaubat sampai bertaubat dari dosa syirik sekalipun dan banyak rahmat-Nya bagi orang yang kembali.

Firman Allah SWT:

Artinya: Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala-berhala dan kamu berbuat dusta. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rejeki kepadamu, maka mintalah rejeki itu dari sisi Allah dan sembahlah Dia. Dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan (QS Al-Ankabut:17).

Dalam ayat ini Allah mengabarkan kepada kita tentang Nabi Ibrahim AS bahwasanya beliau telah menjelaskan kepada kaumnya bahwa apa yang mereka sembah selain Allah itu adalah berhala-berhala yang tidak dapat menolak kemudaratan dan tidak pula memberi manfaat. Dan sesungguhnya merekalah yang membuat kebohongan mengenai manfaatnya. Kemudian beliau menjelaskan kepada mereka bahwa berhala- berhala ini tidak mampu berbuat kebaikan sedikitpun. Dan sesungguhnya kebaikan itu semuanya di- minta dari Allah bukan dari selain-Nya. Dan Dia-lah yang berhak disembah dengan ikhlas. Sebab, semuanya akan menuju kepada-Nya melalui mati, kemudian mereka dibangkitkan dan masing-masing akan mendapat balasan sesuai dengan amal perbuatannya.

Firman Allah SWT:

Artinya: Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah, yang tidak dapat memperkenankan (do’a)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka (QS Al- Qaf: 5-7).

Allah SWT memberitahu kita bahwasanya tidak ada seorangpun yang lebih sesat dan bodoh daripada orang meninggalkan ibadah kepada yang Maha mendengar dan Maha mengabulkan, tetapi dia menyembah sesuatu yang tidak memiliki kemampuan untuk mengabulkannya sampai hari kiamat, baik segala sesuatu itu karena tunduk kepada Allah, seperti para malaikat, para nabi, dan orang-orang saleh maupun karena berupa benda padat, seperti berhala-berhala. Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Dia akan mengumpulkan manusia pada hari kiamat. Kemudian tampaklah kekecewaan cita-cita para penyembah ketika sembahan-sembahan mereka pada hari kiamat bebas dari mereka; sembahan-sembahan itu berbalik menjadi musuh mereka dan mengingkari pujaan mereka.

Firman Allah SWT:

Artinya: Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya; yang menghilangkan kesusahan; dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)/mengambil pelajaran (QS An- Naml: 62).

Dalam ayat ini, Allah menetapkan sebagian fakta yang menjadi kekhusuan-Nya tanpa yang lain-Nya, antara lain mengabulkan do’a orang yang dalam kesulitan, menghilangkan kemudaratan daripadanya, memperhatikan jenis manusia dengan menghubungkan masa sekarang dengan masa lalunya. Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa orang yang tidak mengambil pelajaran tentang yang seperti ini, tidak mempertimbangkan, dan tidak menyembah Allah saja, maka dia tidak akan mengambil pelajaran kepada selain-Nya.

Isti’adzah atau memohon perlindungan kepada selain Allah swt

Firman Allah SWT:

Artinya: Dan bahwasanya ada beberapa orang laki- laki di antara manusia minta perlindungan kepada bebe-rapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan (QS Al-Jin:6).

Dalam ayat yang mulia ini Allah SWT memberitahu kita bahwasanya ada sekelompok laki-laki dari golongan manusia berlindung – apabila mereka takut – kepada sekelompok laki-laki dari golongan jin untuk mohon perlindungan mereka dari para pengikut mereka. Maka jin semakin sombong dan angkuh karena manusia mohon perlindungan kepada jin. Kesombongan dan keangkuhan jin semakin bertambah, sedangkan manusia semakin bertambah rasa ketakutannya kesesatannya.

Firman Allah SWT:

Artinya: Apakah mereka mempersekutukan Allah dengan berhala-berhala yang tidak dapat menciptakan sesuatupun? Padahal berhal-berhala itu sendiri itu buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyem-bahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan (QS Al-A’raf: 191-192).

Dalam ayat yang mulia, Allah SWT mengingkari bagi orang-orang musyrik Arab penyembahan terhadap makhluk-makhluk itu yang tidak mampu mengadakan sesuatupun, sedangkan mereka diciptakan dari tidak ada. Dan mereka tidak mampu menolong sembahan-sembahan mereka apabila orang-orang musyrik itu mohon pertolongan kepada sembahan-sembahan mereka, bahkan sembahan-sembahan itu sendiri tidak mampu menolong dirinya sendiri apabila dianiaya. Dan itu karena sangat lemahnya dan hinanya.

Di sini sembahan-sembahan itu diungkapkan dengan dhamir ‘aqli (kata ganti orang berakal) padahal sembahan-sembahanan itu adalah benda-benda padat atau benda-benda mati karena memperhatikan keyakinan mereka.

Firman Allah SWT:

Artinya: Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menunduk-kan matahari dan bulan; masing-masing berjalan me-nurut waktu yang telah ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu; kepunyaan-Nyalah segala kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada dapat memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui (QS Faathir: 13-14).

Allah SWT memberitahu kita bahwa Dia mema-sukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Karena itu panjang pendeknya malam atau siang itu sesuai dengan perputaran zaman yang berjalan menurut takdir Allah. Dan Dialah yang menundukkan matahari dan bulan ini yang menerangi. Melalui keduanya manusia memeroleh banyak manfaat. Yang berkuasa atas hal seperti itulah yang berhak memiliki sifat ketuhanan. Bagaimana tidak. Dialah yang menguasai semua makhluk hidup dan segala sembah-an selain-Nya, yang tidak memiliki apa-apa setipis kulit aripun dan tidak mendengar orang yang menyerunya.

Dan seandainya – menurut dugaannya – mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan do’a mereka (para penyembahnya), bahkan mereka akan mengingkari kemusyrikan mereka kepada sembahan-sembahan itu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan (ilmu) dan kepercayaan (amanat) tentang ini seperti yang diberikan oleh yang Maha Mengeta-huinya dan segala akibatnya, yaitu Allah SWT.