Pentingnya vaksin Covid-19 serta bagaimana menanggapi masyarakat yang takut untuk divaksinasi karena efek samping yang ditimbulkan?

image

Pada awal 13 Januari 2021 vaksin Covid-19 sudah sampai di Indonesia dan sudah dilakukan oleh pemerintah. Tujuan dasar vaksinasi dilakukan yaitu mencegah penyebaran virus Covid-19 yang tak kunjung henti. Seperti yang dilansir dari Health Kompas, meskipun vaksinasi tidak sepenuhnya bisa melindungi seseorang dari infeksi Covid-19, tetapi vaksinasi dapat memperkecil kemungkinan terjadinya penularan, mencegah terjadinya gejala yang berat, dan juga dapat membuat kekebalan tubuh menaik.

Tetapi saat ini masih banyak masyarakat yang takut dan enggan untuk melakukan vaksinasi karena efek samping yang ditimbulkan beragam dan tidak dapat dipastikan, kemudian juga banyak berita-berita negatif tentang vaksinasi beredar di platform seperti TV maupun sosial media yang membuat masyarakat merasa ragu. Apa tanggapan Youdics terkait hal tersebut? Dan menurut Youdics langkah seperti apa yang harus kita ambil agar tidak terjadi keraguan ketika ingin melakukan vaksinasi?

5 Likes

Vaksin saat ini telah berjalan di Indonesia. Hal ini merupakan upaya untuk menekan penyebaran virus corona. Vaksin merupakan zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Kandungan vaksin dapat berupa bakteri atau virus yang telah dilemahkan atau dimatikan, bisa juga berupa bagian dari bakteri atau virus tersebut. Apabila individu telah mendapatkan vaksin untuk suatu penyakit maka tubuhnya akan dengan cepat membentuk antibodi untuk melawan penyebab penyakit tersebut. Maka dari itu, vaksinasi penting dilakukan sebagai bentuk perlindungan diri terhadap penyakit, terutama pada masa pandemi COVID-19.

Saat ini berbagai macam vaksin telah tersedia. Namun secara umum efek samping yang ditimbulkan sama seperti demam, mual, pusing, nyeri pada area penyuntikan. Efek akan hilang dalam waktu 3-7 hari. Banyak orang khawatir terhadap pemberian vaksin, selain belum mengetahui secara jelas informasi yang diterima, tak jarang khawatir karena isu yang beredar. Anda tidak perlu cemas, jika pemberian tepat sasaran maka tidak akan menimbulkan efek samping. Sebelum anda melakukan vaksin, tim vaksinasi akan melakukan skrining terhadap kondisi kesehatan anda sehingga anda dinyatakan layak atau tidak dalam menerima vaksin. Jika saat ini anda memiliki riwayat medis tertentu seperti penyakit gula darah, hipertensi, autoimun, jantung, asma serta kondisi komorbid lain sebaiknya anda dapat berkonsultasi dengan dokter yang merawat anda terlebih dahulu. Anda juga dapat menanyakan terkait vaksin yang anda akan terima saat anda hendak divaksinasi. Jadi anda tidak perlu sungkan bertanya sehingga dapat mengurangi ketakutan yang anda alami.

Jika masyarakat masih enggan melakukan vaksin, setelah ada penjelasan sepeprti diatas, upaya terakhir yang dapat dilakukan dengan cara mewajibkan vaksin menjadi syaratuntuk orang-orang beraktifitas dengan normal. Namun, cara ini cara yang cukup bertentangan dengan demokrasi yang ada di Indonesia, namun saya rasa jika ini untuk kebaikan, maka tidak masalah untuk saat ini.

Menurut saya, sangat penting peran pemerintah untuk mengedukasi masyarakat terkait pentingnya vaksin. Tidak dipungkiri, masih banyak masyarakat yang merasa bahwa efek vaksin membawa pengaruh buruk bagi kesehatan. Pada kenyataannya, menurut WHO efek vaksin Covid-19 yang ditimbulkan setelah diinjeksi pada tubuh manusia memang dapat ditimbulkan seperti diare, mual, pusing, nyeri otot. Dinilai pula bahwa sangat langka untuk terjadi efek samping vaksin yang serius hingga sangat jarang ditemui serta hanya terjadi di kasus tertentu yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan selain Covid-19. Hal ini lah yang perlu digaungkan oleh pemerintah dan pihak2 terkait agar minimnya peredaran miss informasi di masyarakat. Penting pula adanya untuk menindak tegas pelaku penyebaran konten bias sosial media yang mengatakan hoaks tentang vaksin. Menurut artikel yang saya baca (Kementerian Komunikasi dan Informatika) saat ini sudah ada sanksi tegas bagi penyebar hoaks vaksin yang merupakan langkah yang bagus untuk mengurangi ketakutan di masyarakat atas informasi yang tidak benar. Bagi masyarakat yang memang meragukan bagaimana efek kerja vaksin, sangat diperbolehkan untuk berkonsultasi dengan dokter apakah terap diperlukan untuk melakukan vaksinasi atau tidak sehingga mengurangi keraguan untuk melakukan vaksin. Saat ini saya rasa fasilitas terkait vaksin sudah sangat tercukupi, dari mulai vaksin gratis hingga konsultasi kesehatan dengan dokter secara online. Maka, dengan kemudahan fasilitas tersebut seharusnya masyarakat juga harus lebih bijak untuk menyaring informasi yang ada khususnya dalam bermedia sosial. Manfaatkan media sosial untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Selain itu, saya merasa cukup besar dampak dari adanya keterbatasan ruang gerak bagi masyarakat yang belum melakukan vaksin seperti pelarangan perjalanan luar kota sebelum vaksin. Menurut saya hal ini sangat membantu dalam mencegah mobilitas, masyarakat pun secara terdesak harus melakukan vaksinasi sehingga jangka panjang akan tercipta herd immunity dengan segera.

Pemberian vaksin Covid-19 di Indonesia menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Ada yang mendukung vaksin, dan ada juga yang meragukan keefektifan dan keampuhan vaksin Covid-19. Beberapa di antaranya bahkan menolak vaksin. Fenomena ini sebenarnya merupakan suatu reaksi yang wajar. Ini mengingat pandemi Covid-19 yang ditimbulkan oleh virus corona SARS-CoV-2 masih baru. Hal demikian juga dipicu banyaknya pemberitaan yang tidak sehat, tidak valid, dan tidak bisa dipertanggungjawabkan sehingga mengakibatkan disinformasi di masyarakat.

Maka dari itu sangat penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai Vaksin covid 19 ini. Cara untuk mengedukasi masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

  1. Melakukan berbagai sosialisasi mengenai pentingnya vaksinasi covid 19 dengan mengajak tokoh-tokoh di sektor kesehatan serta tokoh masyarakat untuk meyakinkan masyarakat agar mau melakukan vaksin COVID-19. Kepada para pemangku kepentingan yang ada di masyarakat, para ASN, tokoh masyarakat, para pendamping sosial, para pilar sosial mulai dari para Penyuluh Sosial Masyarakat yang berada ditingkat desa, para anggota Tagana, TKSK, PSM untuk ikut mengedukasi, mengkampanyekan dan mensukseskan pemberian vaksin. Dengan menjadi kepanjangan tangan pemerintah untuk meyakinkan bahwa pemberian vaksin adalah aman. Hal itu juga sudah dilakukan oleh pemerintah dengan adanya sosialisasi keliling di desa-desa mengenai vaksinasi.

  2. Menggunakan media untuk melakukan penyuluhan vaksinasi covid 19. Memilih media yang digunakan dalam penyuluhan merupakan keputusan yang sangat penting. Media yang dipilih tentu yang diharapkan adalah media yang benar-benar efektif mencapai sasaran yang dibutuhkan. Dalam hal ini, media sosial dapat digunakan untuk melakukan penyuluhan secara online. Misalnya dengan menerbitkan podcast mengenai “Pentingnya vaksinansi Covid 19” ataupun juga melalui iklan-iklan bahkan poster yang dapat menumbuhkan keyakinan dalam diri masyarakat untuk tidak takut divaksin.

  3. Turut sertanya masyarakat dalam menyukseskan vaksin.
    Hal ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat luas untuk menyukseskan proses vaksinasi ini. Misalnya salah satu restoran cepat saji yaitu KFC yang memberikan diskon 30% bagi pembeli yang bisa menunjukkan kartu atau surat keterangan sudah vaksin Covid-19. Hal itu juga merupakan salah satu cara yang berdampak positif agar masyarakat tidak takut untuk melakukan vaksin.

    image

Masyarakat harus diedukasi bahwa vaksin yang akan diberikan adalah sudah melalui serangkaian uji coba dan dinyatakan aman. Bahkan sebagian besar kalangan medis dan WHO meyakini bahwa vaksin merupakan satu solusi yang diharapkan mampu menjadi upaya preventif untuk mencegah, memutus, ataupun paling tidak memperlambat proses transmisi dan penularan suatu penyakit, termasuk Covid-19. Bahkan Uni Emirat Arab (UEA) telah menjadi negara yang paling sukses dengan mencapai rasio vaksinasi Covid-19 di dunia. Seperti dilaporkan Arab News , Senin (5/7/2021), UEA telah memberikan 15,5 juta dosis atau lebih dari 72,1% populasi UEA telah melakukan vaksin menurut Pelacak Vaksin Bloomberg. Sehingga Indonesia pun seharusnya bisa seperti itu.

Selain pemerintah, kita juga sebagai masyarakat harus ikut serta dalam menyukseskan program pemerintah yaitu vaksinasi covid 19. Kita bisa membantu dengan cara ikut melaksanakan program tersebut dan juga memberi edukasi kepada sesama kita mengenai pentingnya vaksin ini. Jadi, mari kita bersama-sama sukseskan program vaksinasi covid 19 !

Berdasarkan berita yang dimuat oleh Kompas.com pada tanggal 24 Juli 2021, tercatat 17.475.996 juta orang yang sudah divaksin dosis kedua. Jumlah tersebut berdasarkan hasil laporan dari pemerintah yang disampaikan oleh KemenKes melalui laman www.kemenkes.go.id. Sedangkan untuk dosis pertama jumlah orang yang sudah divaksin sebanyak 21,8 persen atau 44.107.926 orang. Rata-rata orang yang sudah divaksin meliputi tenaga kesehatan, petugas publik, lansia, masyarakat rentan, masyarakat umum dan anak usia 12-17 tahun.

Sedangkan untuk target pemerintah sendiri setidaknya masyarakat yang sudah divaksin dapat menyentuh angka 208.265.720. Sasaran yang paling diutamakan yaitu orang-orang yang terlibat di ruang publik seperti tenaga kesehatan, tenaga pendidik, lansia, masyarakat yang rentan dan umum serta anak-anak.

Adapun data terupdate pada bulan Agustus 2021 angka menunjukkan kenaikan, yaitu total vaksin mencapai 26,46% dari 208.265.720 orang yang telah divaksin dosis pertama sedangkan dosis kedua sejumlah 14,02% dari 208.265.720 orang.

image

Namun berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui bahwa, angka masyarakat yang sudah melakukan vaksin bahkan belum menyentuh 20 persen sampai ke dosis kedua. Sedangkan target pemerintah saat ini vaksin sudah dapat memenuhi para petugas yang banyak melakukan aktivitas di ruang publik, yang artinya belum sampai keranah masyarakat yang awam akan vaksin. Hal tersebut menjadi suatu tantangan tersendiri yang faktanya dalam menyelesaikan hal tersebut butuh kepedulian dan gerakan yang spesifik.

Program vaksinasi merupakan salah satu bagian dari sistem kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan terutama dalam hal penyakit yang dapat dicegah dengan imuniasi (PD3I). Program ini diharapkan oleh pemerintah dapat menyasar masyarakat secara global untuk meningkatkan daya tubuh mereka menghadapi penularan Covid-19 yang tidak bisa dipastikan kapan berakhir. Gerakan ini sedang gencar dilakukan tidak hanya di negara Indonesia namun juga negara lainnya agar aktivitas normal dapat segera perlahan dilakukan dengan nyaman.

Setidaknya terdapat beberapa kunci yang dipegang oleh pemerintah untuk menyukseskan program ini agar dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, yaitu : tenaga kesehatan, dan peran masyarakat itu sendiri. Namun tidak jarang kita masih menemukan pro-kontra yang tidak berkesudahan dan tak lain bahkan berasal dari orang yang melek akan teknologi dan penggunaan media sosial. Sehingga dalam hal ini kurangnya integrasi dari satu orang dengan yang lainnya yang juga cukup memiliki dampak akan menyebarnya informasi yang menghipnotis masyarakat untuk tidak melakukan vaksinasi.

Menurut saya, faktor utama yang menghambat masih banyaknya masyarakat yang takut akan vaksin hanya satu yaitu : Informasi. Pentingnya informasi yang dapat menyasar seluruh lapisan masyarakat untuk memahami peran penting vaksin tidak hanya sekedar kampanye dan iklan-iklan yang membuat mereka hanya sekedar menjadi penonton yang pasif, tetapi juga bagaimana informasi tersebut dapat menggerakkan mereka dalam mengambil sikap atau tindakan.

Berdasarkan pengalaman saya sendiri yang berasal dari daerah yang jauh dari kota, yang cukup terbilang masyarakatnya tidak terlalu buta akan informasi masih saja mengalami miskomunikasi dan menganggap bahwa vaksin adalah virus yang hanya memperburuk kesehatan mereka. Pikiran ini menetap kuat dialam bahwa sadar mereka salah satunya karena faktor penyebaran informasi mouth of mouth yang berasal dari satu orang utama yang tak lain merasa bahwa merasa bahwa keuntungan vaksin tidak sebanding dengan apa yang diharapkan. Sehingga muncul pemikiran buruk masyarakat untuk tidak melakukan vaksin dengan ketakutan utama pekerjaan mereka sebagai pencari nafkah akan terganggu dan ketakutan-ketakutan lainnya.

Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa masyarakat belum merasa aman akan vaksin karena merasa bahwa hanya mereka sendiri yang akan bertanggung jawab atas hidup mereka. Sedangkan irisan lainnya belum ada pihak lain yang secara detail memahami beragam pengalaman dan perspektif masyarakat dalam merespon program vaksin secara positif. Sehingga tidak jarang kita merasa bahwa masyarakat juga yang cukup “kolot” akan kasus ini.

Lantas, seperti apa langkah dalam mengatasi fenomena tersebut?

Hal utama yang harus diatasi adalah bagaimana pihak terkait dalam tatanan implementasi program vaksin dapat menjalin hubungan dengan para pihak lainnya yang kreatif dalam mengemas informasi yang menarik dan menyenangkan untuk masyarakat terkait vaksin. Sekarang media hanya banyak menyasar kaum muda sedangkan kaum tua biasanya hanya disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari mereka dan sebagian besar mereka tidak menyentuh sosial media. Sekalipun itu sosial media, informasi yang kita temukan belum terlalu menggerakan secara keseluruhan mengenai vaksin, yang artinya banyak informasi yang campur aduk terlebih berita-berita yang dapat menimbulkan perspektif yang trauamtis. Tentu keadaan ini dinilai cukup sensitif.

Peran masyarakat di kondisi saat ini merupakan hal yang penting, sehingga kita dapat meminimalisir penularan dan tentu tidak akan ada lagi yang namanya perpanjangan PPKM atau demo sana-sini. Cukup bagaimana satu dan lainnya dapat mendukung solusi yang sedang digerakkan pemerintah melalui porgram vaksin. Jika dilihat dari segi peran pemerintah pusat, menurut saya pemerintah sudah bekerja keras sampai vaskin dapat dijangkau keperdesaan. Namun perjalanan setelahnya yang masih terhambat dipertengahan. Seperti peran-peran bawahan kepemerintahan serta peran para bawahan lainnya dalam menjalankan tugas mereka yang kurang menyasar secara spesifik.

Seperti contohnya di daerah saya, masih banyak orang-orang yang takut divaksin, persoalan yang saya simpulkan, yaitu :

  • Pemerintah daerah kurang detail pada strategi komunikasi
  • Tidak efektifnya penggunaan media komunikasi
  • Tidak ada publisitas terkait vaksin pada media khusus
  • Belum ada program secara jelas akan gerakan mendukung vaksin
  • Masyarakat yang kurang empati

Untuk beberapa lapisan masyarakat tak heran jika masih banyak yang menyepelekan vaksin tersebut, hal ini yang menjadi persoalan sesungguhnya yaitu mengalahkan pandangan yang buruk terhadap vaksin itu sendiri. Sehingga perlunya survei secara spesifik dan sadar akan karakter orang-orang di setiap daerah dengan mengandalkan pemerintah di setiap daerah itu masing-masing serta memastikan bahwa mereka dapat memberikan pelayanan publik yang terjamin akan kepuasan masyarakat agar terciptanya pengalaman yang berkesan untuk memecahkan pandangan yang buruk dari beberapa kelompok masyarakat yang memiliki perspektif yang tidak mengenakkan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menanggapi masyarakat yang takut akan efek samping negatif akibat vaksin maka jawaban yang kita dapatkan adalah dengan cara mengatasi masyarakat itu sendiri, mencari tau seperti apa pengalaman yang menyebabkan mereka takut divaksin setelah itu simpulkan dengan membuat perencanaaan strategis yang dirasa efektif disesuaikan berdasarkan survei yang telah ditemukan di lapangan.

Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa vaksin Covid-19 penting untuk dilakukan guna mencegah penularan virus tersebut. Namun, sebagian orang pun enggan untuk melakukan vaksin karena berbagai efek samping yang ada. Menurutku hal tersebut terjadi karena ketidaktahuan masyarakat bahwa setiap orang memiliki kekebalan tubuh yang berbeda-beda, yang mana tentunya tubuh setiap seseorang akan memiliki respon yang berbeda pula terhadap vaksin Covid-19 tersebut. Namun, masih banyak orang yang menyamaratakan efek samping tersebut terhadap setiap orang. Menurut Iskak, et all., berbagai mitos dan hoax yag beredar mengenai vaksin Covid-19 juga menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat ragu untuk melakukan vaksin.

Untuk itu, diperlukan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya melakukan vaksin Covid-19. Salah satunya dapat mengadakan kegiaitan pengabdian masyarakat yang ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya vaksinasi Covid-19 di masa pandemic ini. Sehingga diharapkan masyarakat dapat memiliki pengetahuan dan wawasan mengenai pentingnya vaksinasi Covid-19 ini. Selain itu, untuk mengatasi keraguan masyarakat dalam melakukan vaksin dapat dilakukan dengan mengingkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksin dengan memberikan vaksin terlebih dahulu pada figure-figur yang memiliki otoritas, mulai dari pejabat daerah, pejabat pemerintah pusat, atau bahkan selebritis.

Namun sepertinya saat ini vaksinasi sudah menjadi suatu kebutuhan bagi sebagian besar orang, karena vaksinasi Covid-19 sudah menjadi suatu syarat berbagai aktivitas public atau akses tempat umum di berbagai kota. Contohnya seperti beberapa mall yang menjadikan sertifikasi Vaksin Covid-19 sebagai syarat untuk seseorang agar dapat masuk mall. Sehingga hal tersebut kemungkinan besar akan mendorong seseorang untuk melakukan vaksin.

Sumber

Iskak. Rusydi, M Zuaim. Hutauruk, Roni . Chakim, Shoful. Ahmad, Wildan Ramdani. 2021. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Tentang Pentingnya Vaksinasi Di Masjid Al – Ikhlas, Jakarta Barat. 1(3)

Masih banyak informasi palsu atau hoax di media sosial tentang vaksin yang seolah sangat meyakinkan hingga sampai yang menimbulkan keraguan untuk vaksin bagi sebagian orang. Memang benar vaksin bukan lah hal yang dapat membuat kita terhindar dari Covid, tetapi vaksin berguna untuk meningkatkan antibodi tubuh supaya terhindar dari virus berbahaya. Dengan vaksin antibodi tubuh yang sudah terbentuk bisa meminimalisir gejala dan risiko lain termasuk kematian.

Ini lah salah satu hal yang membuat orang ragu untuk melakukan vaksin, karena vaksin dianggap bukanlah hal yang bisa dijadikan obat/ penghalang kita agar terhindar dari virus. Mereka menganggap jika dengan melakukan vaksin pun masih berpotensi untuk terkena covid, lantas untuk apa divaksin. Terlebih, pemberitaan mengenai efek yang dihasilkan dari vaksin sudah menjadi pembahasan umum di setiap kalangan membuat keraguan kian kuat untuk dilakukannya vaksin.

Maka dari itu penting untuk kita mengedukasi mereka yang masih ragu untuk melakukan vaksin, dengan kunci utama jangan pernah takut untuk dibilang menggurui atau sok tau jika kita memang sudah merasa cukup pemahaman mengenai vaksin ini. Karena pada dasarnya masyarakat yang anti edukasi akan memberikan feedback yang kurang mengenakan ketika telah diberi pencerahan. Dengan mendengarkan akan menumbuhkan empati saat berdiskusi, beri mereka ruang dan waktu untuk memaparkan keraguan akan vaksin. Saat berdiskusi tentang vaksin, jangan membuat opini tentang vaksin hanya dari persepsi kita, tapi berikanlah contoh kasus orang lain atau boleh negara lain yang telah sukses melaksanakan vaksin. dengan begitu, perlahan mereka pun mungkin akan sedikit hilang keraguan atas proses vaksin tersebut.

Dan menurutku, dengan peraturan yang telah di berlakukan di beberapa daerah mengenai sarana publik yang hanya dapat di akses bagi orang yang telah melaksanakan vaksin itu dapat sedikit membuat masyarakat tergerak dan berubah pikiran mengenai vaksin. Kadang karena keterpaksaan tersebut lah salah satu jalan yang dapat dilakukan untuk membuat masyarakat ikut serta menyukseskan negara agar terbebas dari virus covid-19 ini.

Vaksin COVID-19 memang sangat penting untuk berbagai kalangan tak terkecuali . Akan tetapi, di balik itu semua masih saja terdapat segelintir pihak/individu yang masih enggan untuk mengikuti kegiatan vaksinasi COVID-19. Alasan-alasan yang menyertai pun beragam di antaranya adanya anggapan bahwa pemberian vaksinasi COVID-19 merupakan rancangan dari pihak elite global untuk mengendalikan seisi dunia. Selain alasan yang memiliki korelasi dengan elite global tadi, ada juga yang masih tidak ingin melakukan vaksinasi karena dikhawatirkan cairan vaksin yang telah dimasukkan ke dalam tubuh dapat menjadi ‘bom waktu’ yang sewaktu-waktu dapat ‘meledak’ di dalam tubuh.

Maka dari itu, kita perlu memberikan semacam penangkal terhadap isu-isu di atas. Di sini saya akan mencoba memberikan beberapa tips dan trik bagaimana caranya menanggapi berbagai macam isu masyarakat yang takut untuk divaksinasi COVID-19:

  1. melakukan penyuluhan mengenai pentingnya melakukan vaksinasi;
  2. memberikan semacam ‘reward’ sebagai pancingan;
  3. menjadi panutan (role model) di tengah masyarakat luas.

Sekian dari saya. Terimakasih atas waktunya!

Vaksinasi massal merupakan suatu cara yang efektif untuk mengakhiri pandemi COVID-19, tetapi di tengah masyarakat masih terdapat keraguan terhadap vaksinasi COVID-19 tersebut. Keraguan tersebut terutama karena ketidakpercayaan yang ditimbulkan dari informasi yang tidak benar. Sejak munculnya virus Covid-19 di Indonesia sudah banyak berita hoax yang bermunculan, ditambah dengan banyaknya masyarakat yang mempercayai hal tersebut.

Penelitian oleh Nuzhath et al menyimpulkan bahwa terdapat 7 tema informasi negatif yang menimbulkan keraguan terhadap vaksinasi COVID-19, yaitu:

  • Meragukan keamanan dan efektivitas vaksin
  • Menerima informasi yang tidak benar mengenai vaksin
  • Menganggap terdapat teori konspirasi, seperti wabah dan vaksin merupakan tipu muslihat dari industri farmasi
  • Memiliki ketidakpercayaan terhadap para ilmuwan dan pemerintah
  • Merasa enggan untuk mendapatkan vaksinasi
  • Meyakini bahwa kewajiban vaksinasi merupakan pelanggaran terhadap kebebasan individu
  • Memiliki alasan keyakinan/religi

Pemerintah sudah turut andil dalam meningkatkan jumlah orang yang divaksin salah satu caranya ialah dengan menjadikan kartu vaksin sebagai syarat dalam berbagai akses publik sehingga diharapkan banyak orang yang mulai terdorong untuk melakukan vaksinasi. Dapat dilihat, bahwa peran pemerintah sangatlah penting untuk mengedukasi masyarakat.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi keraguan dalam melakukan vaksin, yaitu:

  1. Mengkomunikasikan Informasi

Penyampaian informasi yang benar dan jelas dibutuhkan untuk menepis keraguan maupun misinformasi. Tenaga kesehatan seharusnya dapat menyampaikan informasi mengenai keamanan, efektivitas, proses pembuatan, serta cara pemberian vaksin COVID-19 Termasuk akibat sampingan dan persiapan untuk mengatasinya, serta perlu juga disampaikan mengenai vaksinasi yang harus dilakukan secara luas untuk tercapainya kekebalan komunitas

  1. Menumbuhkan Motivasi dan Perilaku

Seringkali, hanya dengan mengetahui informasi saja tidak cukup untuk membuat seseorang melakukan sesuatu. Kesalahan yang sering terjadi adalah bila seseorang sudah mengetahui maka dianggap sudah pasti akan mengerjakannya, tetapi sebenarnya masih dibutuhkan seperangkat modalitas untuk mewujudkan perilaku dari pengetahuan.

  1. Memberikan Keteladanan

Mengingat tenaga kesehatan dipercaya oleh masyarakat, maka keteladannya akan menjadi penting dalam mendukung pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Selain itu, diperlukan pula keteladanan menjalani vaksinasi dari pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, pemimpin agama, serta para pesohor.

  1. Melakukan Kolaborasi

Tenaga kesehatan dalam mendukung vaksinasi COVID-19 dapat secara individual, tetapi yang lebih baik bila dijalankan bersama dalam suatu kolaborasi. Kolaborasi dapat dilakukan dengan para sejawat dalam kegiatan organisasi profesi. Secara meluas kolaborasi dapat juga dilakukan dengan otoritas kesehatan, media massa, tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, akademisi, dan kalangan usaha

Sumber

https://www.alomedika.com/peran-tenaga-kesehatan-dalam-mengatasi-keraguan-terhadap-vaksinasi-covid19

Menurut saya, cara nya adalah dengan perbanyak mengedukasi tentang vaksin itu sendiri. Karena pastinya banyak masyarakat yang menganggap bahwa efek vaksin itu terlalu berlebihan. Padahal tidak seperti kenyataan yangb mereka terima. Kita sebagai masyarakat juga harus memilih man informasi yang benar dan mana informasi yang termasuk hoax. Pengalaman saya sendiri yang sudh mengikuti 2 kali vaksinasi jujur awalnya merasakan nyeri dihari peertma setelah vaksin. Tetapi hari-hari berikutnya terasa biasa saja seperti sedia kala. Mungkin jika tidak terlalu memikirkan efek samping nya masyarakat akan lebih bisa mengontrol efek samping yang dirasakan.

Intinya perbanyak informasi positif tentang vaksin tanpa terpengaruh terhadap berita-berita di luar sana yang condong mengintimidasi

Vaksinasi Covid-19 menjadi salah satu kebijakan pemerintah untuk menurunkan kasus konfirmasi Covid-19. Saat ini, pemerintah menggencarkan gerakan vaksinasi di seluruh daerah di Indonesia agar masyarakat segera divaksin dan memiliki imunitas yang lebih kuat. Akan tetapi, adanya efek samping yang timbul pasca imunisasi menyebabkan masyarakat ragu untuk menjalani vaksinasi. Selain itu, banyak berita dan postingan di media sosial yang menunjukkan gejala demam dan kejang yang dialami pasca vaksinasi. Sehingga masyarakat takut dan memutuskan untuk tidak mendapat vaksin.

Vaksinasi adalah kegiatan pemberian kekebalan secara aktif berupa virus/bakteri mati yang dilemahkan untuk merangsang antibiotik pada tubuh. Sehingga apabila seseorang yang telah divaksinasi terpapar virus, antibody dalam tubuh telah mengenali virus tersebut dan segera menangkalnya. Oleh karena itu Vaksinasi Covid-19 sangat penting untuk dilakukan. Dengan mendapatkan vaksin Covid-19, kerentanan seseorang untuk terkena Covid-19 akan menurun. Apabila terpapar covid-19, mereka juga akan mengalami gejala yang ringan serta akan lebih cepat pulih.

Efek samping yang terjadi pasca imunasasi disebut dengan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Pada saat seseorang mengalami KIPI, harus segera dilakukan pelaporan dan pencatatan oleh tenaga kesehatan sehinga segera mendapatkan penanganan lebih lanjut (sumber : https://www.saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1020/950). KIPI yang dialami oleh penerima vaksin COVID-19 biasanya nyeri atau bengkak di bekas suntikan, demam, nyeri otot, sakit kepala, dan sebagainya. Seseorang mengalami KIPI yang berbeda karena imunitas tubuh setiap orang berbeda-berbeda.

Untuk menanggapi masyarakat yang takut melakukan vaksinasi, perlu dilakukan edukasi bagi masyarakat agar tidak termakan oleh hoax. Sosialisasi dan pendekatan langsung sangat efektif untuk mengedukasi masyarakat. Peran pemerintah dan stakeholder juga sangat penting karena masyarakat akan mencontoh pemangku jabatan. Sehingga pemerintah, stakeholder, dan influencer yang ada di lingkungan masyarakat dapat memberi contoh dengan melakukan vaksinasi terlebih dahulu.

Tanggapan ku terkait hal tersebut adalah tidak salah masyarakat terkadang merasa takut atau enggan untuk divaksin karena adanya beberapa pemberitaan negatif terkait vaksin covid-19 namun alangkah baiknya jika kita sebaik masyarakat cerdas dalam mencerna sebuah berita karena bisa saja berita tersebut hanya click bait atau bahkan hoax. Kemudian, langkah yang dapat kita ambil jika ragu dengan vaksinasi adalah ingat saja kalau kamu vaksin, kamu dapat melindungi diri kamu dan semua orang yang kamu sayangi … sangat besar bukan manfaatnya ? walaupun mungkin efek samping dari vaksin tersebut tidak enak atau menakutkan tetapi lebih tidak enak mana dengan kita ditinggalkan oleh orang tersayang karena kita enggan vaksin ? hehe, sehat selalu semua :hugs:

Pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk menanggulangi covid 19 tetapi seperti yang kita ketahui bahwa virus covid 19 ini semakin menyebar dan belum ditemukannya obat, maka dari itu pemerintah meluncurkan vaksin yang dimana semua masyarakat diwajibkan untuk Vaksinasi, karena dengan vaksin diharapkan bisa mencegah penularan dan peningkatan covid 19.

Tetapi masih ada beberapa masyarakat yang takut dan enggan untuk melakukan vaksin karena efek sampingnya.

Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara pemberian sosialisasi kepada masyarakat bagaimana pentingnya akan melakukan vaksinasi. vaksin ini bertujuan untuk mendorong Terbentuknya kekebalan tubuh, dan perlu digaris bawahi ada beberapa golongan yang tidak diwajibkan untuk vaksin yaitu anak anak, Masyarakat yang memiliki riwayat penyakit seperti diabetes atau hipertensi yang tidak terkontrol.

Hal yang perlu kita lakukan agar tidak Takut untuk Vaksinasi adalah kita harus mengetahui bagaimana kondisi tubuh kita, apakah kita memiliki riwayat penyakit yang tidak terkontrol, ketika kita memang sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit maka hendaknya kita melakukan vaksinasi sebagai upaya untuk mencegah peningkatan covid 19.

[Alasan Pentingnya Vaksinasi dan Efektivitasnya dalam Memutus Penularan COVID-19 - Alodokter]

[Pemerintah Tegaskan Masyarakat Wajib Divaksinasi Covid-19 - Kompas.com]

Menurut saya akan kembali pada prinsip orang masing-masing, ada orang yang percaya jika vaksin malah akan membahayakan, ada juga orang yang sadar jika vaksin akan mengurangi gejala dan mencegah lebih parahnya gejala yang ditimbulkan. Memang efek yang ditimbulkan akan berbeda beda di setiap macam vaksin, dan efek tersebut akan tergantung juga dengan kondisi tubuh kita sendiri. Bagaimana fisik dan pola kita sehari-hari akan mempengaruhi juga. Mungkin lebih baik kita saling memberi informasi yang baik, menyebarkan informasi ajakan bahwa vaksin tidak semenakutkan itu. Dan memberikan pola pikir yang positif kepada orang yang takut terhadap suntik vaksin itu sendiri.

Konteks pembahasan ini menuju kepada pentingnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan

Pandemi covid-19 telah berlangsung hampir satu tahun lebih, hingga sampai saat ini pandemi covid -19 masih melanda di seluruh dunia, khususnya juga indonesia. Bahkan angka yang tetular masih tinggi. Berbagai tindakan pencegahan dan tindakan memutus mata rantai penyebaran covid-19 telah dilakukan. Salah satunya adalah dengan melakukan vaksin.
Pertanyaan terlebih dahulu yang muncul, apakah vaksin itu?
Vaksin secara ringkasnya adalah tindakan untuk meningkatkan dan membentuk imun tubuh agar tidak mudah tertular covid-19. Vaksin ini berbentuk cairan yang disuntikkan di atas lengan seperti melakukan imunisasi umumnya. Tentunya vaksin ini banyak jenis nya, dan tentunya izin atas vaksin telah divalidasi maka dari itu vaksin ini layak beredar.
Apakah vaksin itu penting?
Menurut saya berdasarkan penjelasan saya diatas, vaksin itu penting. Hal ini dikarenakan, jika dari diskusi kesehatan tentunya vaksin ini adalah suatu tindakan yang positif dimana individu tersebut terbentuk imunitas kekebalan tubuh dan sebagai bentuk pencegahan covid-19. Memang, meskipun sudah vaksin tetapi bisa saja tetap tertular covid-19. Namun, perlu digaris bawahi vaksin sebagai bentuk pencegahan dan menimalisir penularan, bukan sebagai bentuk menghilangkan 100% covid -19 tersebut ataupun muncul bahasa pasti tidak tertular karena sudah vaksin. Maka dari itu perlu kesadaran dari masing-masing individu, meskipun sudah vaksin harus tetap melakukan prokes disegala aktivitas.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana tindakan terhadap orang yang takut vaksin dikarenakan muncul stigma negatif?
Stigma negatif ini salah satu contohnya adalah isu yang mengatakan vaksin menimbulkan efek samping negatif. Yang harus digaris bawahi dan sangat penting untuk diketahui, bahwa melaksanakan vaksin tidak hanya sekedar membawa KTP dan langsung divaksin. Setiap individu perlu diingat sebelum melaksanakan vaksin yaitu harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya. Maka, individu tersebut perlu dan harus jujur megatakan riwayat penyakit atau penyakit yang sedang di deritanya kepada petugas agar tidak terjadi efek samping yang negatif . Kebanyakan individu, masih menutupi penyakit yang dideritanya sehingga mempengaruhi munculnya efek samping negatif. Perlu diketahui juga, efek samping negatif ini tidak terlalu bahaya, contohnya demam, batuk ataupun tubuh menjadi lemas. Umumnya efek samping negatif ini berlangsung hingga 2-7 hari. Apabila efek samping negatif berkelanjutan silahkan periksa kepada tenaga kesehatan. Dan, sebaiknya setelah vaksin harap tetap melakukan prokes dan tidak berkeliaran di tempat umum, hal ini demi terbentuknya sistem kekebalan tubuh yang benar - benar matang.

Maka cara atau tindakan yang perlu dilakukan kepada masyarakat yang takut vaksin adalah dengan cara melakukan sosialisasi baik dari media elektronik, media cetak maupun sosialisasi secara lisan. Ketika sosialisasi, katakanlah vaksin itu penting dan tidak berbahaya, hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan individu tersebut untuk melakukan vaksin. Dan bagi individu yang telah melakukan vaksin, harap menginformasikan kepada teman atau kerabat dekatnya bahwa vaksin itu tidak berbahaya.
Pemerintah pusat dan pemerintahan daerah sangat perlu juga mengajak masyarakatnya untuk melaksanakan vaksin, tentunya vaksin ini tidak dipungut biaya apapun agar masyarakat semakin terbantu.

Kesimpulannya, berdasarkan penjelasan diatas, menurut saya vaksin itu penting dan perlu sosialisasi ataupun turun langsung kepada masyarakat untuk mengintruksikan vaksin itu hal yang positif agar stigma negatif di pikiran masyarakat yang takut vaksin akan hilang.

Saat ini, vaksin Covid-19 tengah didistribusikan ke seluruh masyarakat Indonesia. Pemberian vaksin ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat untuk mengurangi jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19.

Vaksinasi Covid-19 sangat penting untuk dilakukan dan dipercepat agar pandemi di negeri ini bisa cepat usai. Vaksinasi juga bertujuan untuk membuat sistem kekebalan tubuh seseorang mampu mengenali dan dengan cepat melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Tujuan yang ingin dicapai dengan pemberian vaksin COVID-19 adalah menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat virus ini. Meskipun tidak 100% bisa melindungi seseorang dari infeksi virus Corona, vaksin ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya gejala yang berat dan komplikasi akibat COVID-19.

Namun untuk merealisasikan vaksinasi Covid-19 ini terdapat banyak kendala. Beberapa masyarakat masih tidak yakin dan takut untuk divaksinasi. Takut karena efek samping yang ditimbulkan dan ada juga yang tergiring oleh opini orang lain.

Untuk dapat merealisasikan vaksinasi Covid-19 ini dengan secepatnya. Menurut pendapat saya pertama pemerintah harus secara aktif memberikan sosialisasi kepada masyarakat betapa pentingnya vaksinasi Covid-19 ini. Terkadang berita hoax mengenai vaksinasi lebih cepat menyebar kepada masyarakat. Oleh karena itu, disini pemerintah juga harus bertindak cepat mengenai hoax yang beredar dan memberikan klarifikasi yang sebenarnya untuk benar-benar meyakinkan masyarakat mengenai sangat pentingnya vaksinasi. Kedua, Pihak tenaga kesehatan juga harus bersikap ramah dan memberi semangat dalam menangani pasien yang akan vaksinasi. Karena ada juga masyarakat yang takut di vaksinasi karena tidak dilayani dengan baik oleh tenaga kesehatan. Ketiga, Sebagai masyarakat juga kita harus bisa teliti dalam menanggapi berita yang beredar. Dan tidak ikut menyebarkan berita hoax juga. Kita juga sebagai masyarakat harus ikut serta membantu negara ini, pemerintah, tenaga kesehatan dalam memberantas pandemi ini. Misalnya ikut memberi motivasi pada masyarakat yang belum divaksin agar segera divaksin.

Selama pengalaman saya menjadi tenaga kesehatan, saya melakukan wawancara terhadap beberapa masyarakat yang tidak ingin divaksin. Berikut ini saya rangkum alasan-alasan mereka mengapa mereka tidak ingin divaksin.

  • Takut akan efek vaksin
    Tidak dapat dipungkiri bahwa vaksin selalu menghasilkan KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi . KIPI ini memang seharusnya terjadi. Penjelasannya, adalah vaksin itu bukan obat, namun virus yang sudah dilemahkan. Jadi tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan virus tersebut, sehingga saat virus sebenarnya masuk dalam tubuh, tubuh sudah siap siaga dengan seluruh pasukan tentara antibodinya. Tentunya virus yang melemah ini dapat menimbulkan efek tersendiri pada tubuh, yang sering adalah demam, pusing, dan pegal-pegal. Namun karena vaksin COVID-19 ini diberitakan sangat luas di media akan KIPInya yang kuat, maka banyak sekali masyarakat yang takut untuk melakukan vaksinasi. Solusi yang bisa kita gunakan dan yang sudah pernah saya coba dan berhasil adalah penjelasan singkat mengenai KIPI itu sendiri—bagaimana penyebabnya dan bagaimana mengatasinya. Biasanya saya akan minta pasien nomor yang bisa dihubungi, dan jika terjadi KIPI bisa menghubungi saya atau nakes yang bertanggung jawab. Sehingga masyarakat tersebut bisa agak tenang sedikit. Sebenarnya masyarakat ini hanya perlu edukasi dan kejelasan mengenai vaksinasi yang selama ini kurang diberikan.

  • Malas mengantri dan mencari informasi
    Saat ini, suplai vaksin cukup sedikit sehingga masyarakat harus mendaftar atau registrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan vaksin, dan saat hari H antri untuk disuntik. Kebanyakan masyarakat malas untuk mencari informasi mendaftar atau mengantri, belum lagi jika berasal dari luar kota harus menyebut menyertakan surat domisili, dan mereka malas untuk ke kelurahan untuk meminta surat domisili tersebut. Bagi mereka vaksinasi ini justru menyulitkan mereka. Sebenarnya mereka sangat ingin divaksin, namun kesulitan oleh birokrasi yang ada. Solusinya yang sudah berlangsung di daerah Bali adalah, penyediaan humas di setiap desa dan kelurahan yang membantu administrasi secara online, serta media sosial untuk menampilkan jadwal serta informasi vaksinasi sehingga masyarakat tinggal membaca informasi tersebut dan menghubungi humas yang tertera untuk mendaftar secara online. Untuk surat domisili sendiri bisa diurus secara online di beberapa kelurahan sehingga masyarakat dipermudah untuk mendapatkan vaksinasi.

  • Memiliki penyakit bawaan dan takut dengan efek vaksin
    Potret media yang menggambarkan vaksinasi jenis Astra memiliki efek samping yang kuat membuat masyarakat yang memiliki komorbid atau penyakit tertentu ragu untuk vaksinasi. Sebenarnya ada vaksin Sinovac, namun aturan pemerintah sekarang Sinovac hanya untuk masyarakat usia 12 sampai 17 tahun dan lansia usia di atas 65 tahun, sisanya ada di usia produktif masyarakat menggunakan vaksinasi Astra. Sayangnya, usia produktif 40 sampai 50 tahun adalah usia di mana masyarakat memiliki penyakit penyakit tertentu, seperti diabetes dan kolesterol sehingga mereka ragu untuk vaksinasi Astra. Padahal suplai vaksin hanya ada vaksin Astra, mereka menunggu sampai ada Sinivac. Solusi yang ditawarkan dan sudah saya jalankan adalah memfollow up masyarakat tersebut dan memberi tahu bahwa vaksinasi aman, mereka juga difasilitasi untuk konsultasi dengan dokter mereka masing-masing apakah boleh vaksin atau tidak. Jika mereka masih takut, mereka bisa meminta surat rekomendasi dari dokter untuk diperbolehkan untuk vaksin Sinovac. Selain itu, diberi kontak dokter setelah melakukan vaksinasi, jika ada KIPI atau hal hal yang tidak dinginkan terjadi, mereka bisa mengontak dokter tersebut selama dua puluh empat jam.

  • Tidak tahu ada informasi vaksin
    Kebanyakan masyarakat tidak tahu ada informasi vaksin. Kemarin, di Bali ada vaksinasi massal yang targetnya ribuan warga. Namun, karena warga kurang mengetahui informasinya maka yang datang tidak sesuai dengan tolak ukur keberhasilan. Di sinilah pemanfaatan teknologi di era modern ini bekerja. Para mahasiswa dan para pemuda-pemudi di setiap desa membantu menyebarkan informasi lewat media sosial dan WhatsApp atau Facebook untuk orang tua, sehingga informasi dapat tersebar lebih luas. Selain itu, pendaftarannya juga dipermudah, dan difasilitasi oleh relawan dan panitia sehingga mereka semakin semangat vaksinasi.

Sebenarnya masih banyak lagi kontroversi seputar vaksinasi sehingga warga tidak ingin vaksin. Salah satunya adalah adanya kelompok yang tidak percaya akan adanya COVID-19 ataupun vaksin. Itu merupakan hambatan terbesar bagi negeri ini. Pemerintah sudah menerapkan beberapa kebijakan di setiap daerah, harus vaksinasi jika ingin berpergian dan itu cukup efektif. Pintar-pintar kita sendiri bagaimana mempersuasi dan mengolah informasi serta mengedukasi masyarakat itu sendiri dan memberi indikator bagi diri kita sendiri bagaimana kita bisa membantu orang lain. Jika hanya sekedar omongan melakukan penyulihan atau lakukan edukasi, maka tidak akan terealisasi dengan baik. Setiap kegiatan yang kita lakukan, setiap solusi yang kita lakukan harus ada indikator keberhasilannya, dan yang paling penting di sini adalah penyulihan atau edukasi yang tidak dalam skala besar namun sekalah kecil. Kita bisa mulai ini dari keluarga kita atau teman-teman kita sendiri, karena jika bersekala besar maka kecil kemungkinan untuk didengar. Namun jika kita secara baik baik menawarkan dan mengobrol seperti biasa layaknya teman maka kita akan lebih mudah diterima. Mari bersama-sama bangkitkan Indonesia kembali!

Sumber :

  1. Kementrian Kesehatan RI.
  2. Sell S. 2019. How Vaccines Work : Immune Effector Mechanisms and Designer Vaccines.
  3. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
  4. World Health Organization.

Untuk memutus penyebaran COVID-19 masyarakat perlu melakukan berbagai hal seperti menerapkan 5M, menjaga pola makan, menjaga kesehatan dan ikut serta dalam vaksinisasi. Menurut Wikipedia Vaksin adalah sediaan biologis yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan adaptif terhadap penyakit infeksi tertentu. Vaksin ini dapat meminimalisir resiko tertular dan menularnya COVID-19. Menurut data dari detikEdu bahwasannya Wakil Dekan FK KMK UGM Bidang KerjaSama, Alumni dan Pengabdian Masyarakat, Dr.Mei Neni Sitaresmi, Ph.D,Sp.A (K), mengatakan penggunaaan vaksin ini dapat mengurangi dampak buruk dari infeksi virus karena sistem tubuh sudah mengenali virus terlebih dahulu dan dengan cepat melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Dr.Mei juga menjelaskan bahwa tujuan utama vaksin ini adalah pembentukan Herd Immunity. Vaksin ini diwajibkan bagi seluruh masyarakat salah satunya di Indonesia mulai dari remaja hingga orang dewasa. Namun, perlu adanya perhatian sebelum melakukan vaksinisasi seperti kondisi tubuh, riwayat penyakit dan adanya riwayat alergi langka. Tujuan yang ingin dicapai dari vaksin ini yaitu untuk menurunkan angka orang-orang yang terpapar COVID-19 dan juga menurunkan angka kematian.
Pentingnya vaksinisasi ini belum sepenuhnya dilakukan oleh seluruh masyarakat, karena ketakutan masyarakat akan adanya efek samping negatif yang ditimbulkan setelah vaksin. Perspektif masyarakat mengenai vaksin ini timbul karena adanya oknum yang tidak bertanggung jawab menyebarkan berita HOAX di media. Informasi yang simpang siur ini menjadi pemicu ketakutan masyarakat untuk divaksin. Ketakutan masyarakat menerima vaksinisasi ini perlu disikapi bijak oleh pemerintah. Menurut Soeprapto di lama suarajogja.id ia menyebutkan bahwa pemerintah perlu melakukan sosialisasi bahwa Covid-19 ini benar-benar ada dan menindak lanjuti oranag-orang yang menyebarkan hoax.
Untuk meyakinkan masyarakat agar mau divaksin covid-19 pemerintah melakukan berbagai upaya seperti dilansir pada laman kompas.com yaitu dengan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya vaksinisasi dan memberikan gambaran bahwa vaksin itu tidak semengerikan yang dibayangkan oleh masyarakat. Contohnya pada saat tayangan live presiden JokowiDodo sebagai orang pertama di Indonesia yang divaksin COVID-19 dan mengajak tokoh-tokoh masyarakat lainnya untuk mencontoh melakukan vaksinisasi. Disisi lain menurut saya dengan adanya aturan harus mempunyai kartu vaksin untuk melakukan kegiatan membuat masyarakat terdorong untuk melakukan vaksinisasi. Hal ini juga perlu adanya jangkauan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan vaksinisasi.

Berita hoax ini memang mengkhawatirkan, apalagi hoax tidak hanya seputar efek samping, tetapi seperti hoax vaksin palsu atau vaksin AstraZeneca yang diproduksi di tahun 2018.

Walaupun begitu, hoax mengenai efek samping tidak sepenuhnya hoax. Memang ada beberapa orang yang mengalami gejala gejala tertentu, tetapi kita juga harus tau ada apa di baliknya. Mungkin pasien tersebut memiliki penyakit bawaan atau komorbid sehingga bisa terjadi hal seperti itu. Kembali lagi pintar-pintar kita mengolah informasi, sehingga bisa mengedukasi orang lain mengenai kebenaran hoax ini.

Saat ini sudah banyak kemudahan dalam bentuk platform yang menyediakan informasi dan edukasi mengenai vaksinasi dari sumber yang tepat dan memang expert di bidangnya. Mahasisa-mahasiswa yang aktif juga sudah membuat platform untuk klarifikasi maslah hoax ini, sudah seharusnya kita membantu mereka untuk menggencarkan edukasi.

Sumber
Kumpulan Hoaks Seputar Vaksin Covid-19 yang Beredar Sepekan, Simak Faktanya - Cek Fakta Liputan6.com
Mayoritas Kematian Covid-19 di Sumbar Punya Komorbid dan Belum Vaksin - Kompas.id

Benar sekali. Lebih baik sakit sebentar selama beberapa hari karena vaksin, hanya diredakan dengan parasetamol dan vitamin saja sudah aman. Tidak seperti benar-benar terkena COVID-19 yang obatnya bermacam-macam. Lagipula sekarang banyak platform media yang sudah memberi klarifikasi berdasarkan hoax dan narasumbernya dari dokter-dokter, jadi seharuany masyarakat juga sudha mulai bisa memilih-milih mana informais yang valid.