Pentingnya Mengetahui Indeks Glikemik bagi Penderita Diabetes

Beras merupakan sumber karbohidrat utama bagi penduduk Indonesia. Namun, konsumsi beras sering dikaitkan dengan penyakit diabetes. Seiring dengan meningkatnya perhatian konsumen terhadap kesehatan, beras pun menjadi pilihan perhatian konsumen untuk kesehatan tubuh. Glycemic Index (GI) atau Indeks glikemik (IG) merupakan salah satu acuan yang dapat diteliti karena kaitannya dengan penyakit diabetes. Indeks Glikemik (IG) adalah ukuran seberapa tinggi dan seberapa cepat suatu makanan meningkatkan gula darah Anda. Semakin tinggi nilainya, maka suatu makanan akan semakin cepat dan semakin tinggi meningkatkan gula darah. Sebaliknya, makanan dengan nilai IG rendah dapat meningkatkan gula darah Anda secara perlahan. Sehingga, bagi penderita diabetes khususnya tipe 2, disarankan untuk mengonsumsi pangan dengan IG yang rendah.

Menurut Foster-Powell et al. (2002), bahan pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai IG-nya sebagai berikut:

(a) bahan pangan dengan nilai IG rendah (<55)

(b) bahan pangan dengan nilai IG sedang (55- 69)

© bahan pangan dengan nilai IG tinggi (>70).

Nilai IG sangat berpengaruh terhadap varietas dan pengolahan pangan, contoh pada beras. Penelitian IG pada beras di Indonesia pernah dilakukan oleh Indrasari (2008) yang mengevaluasi beberapa jenis varietas beras Indonesia. Beras dengan berkadar amilosa rendah termasuk dalam kategori IG tinggi (74 – 79) adalah beras dengan varietas Setail dan beras Ketonggo. Beras dengan kadar amilosa sedang termasuk kategori IG sedang (59 – 64) adalah beras dengan varietas Aek Sibundong dan Cigeulis dan beras dengan kadar amilosa tinggi termasuk dalam kategori IG rendah (34 – 50) adalah beras dengan varietas Martapura, Air Tenggulang, Batang Lembang, Margasari, dan Cisokan.

Selain jenis varietas, pada proses pengolahan pun dapat mempengaruhi IG dalam beras. Penelitan Akhyar (2009) menyebutkan IG dapat turun melalui proses pratanak, yaitu proses pemberian air dan uap panas terhadap gabah sebelum gabah dikeringkan. Tujuannya adalah mencegah kehilangan unsur – unsur gizi dan memperkecil kerusakan padi selama penggilingan. Beras pratanak memiliki dampak positif bagi kesehatan karena IG nya yang rendah.

Selain itu, sumber karbohidrat pun tidak hanya didapat dari nasi. Kita bisa mengonsumsi jenis karbohidrat lainnya, melalui umbi, jagung, dan lainnya. Hal ini juga merupakan bagian dari program pemerintah untuk menurunkan ketergantungan terhadap beras. Lalu bagaimana dengan IG nya? Nilai IG pada sumber karbohidrat seperti jagung memiliki nilai IG yang lebih rendah dibandingkan nasi. Walaupun hal tersebut tergantung jenis varietas dari beras.

Sumber:

  • Indrasari SD, EY Purwani, P Wibowo, Jumali. 2008. Nilai Indeks Glikemik Beberapa Varietas Padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27(3):127-134
  • Akhyar. 2009. Pengaruh Proses Pratanak Terhadap Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Indonesia. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  • Foster-Powell, K., S. H. A. Holt dan J. C. Brand-Miller. 2002. International table of glycemic index and glycemic load values. Am. J. Clin. Nutr. 76: 5-56.
  • Richana, N., Ratnaningsih., A.B. Arif, dan M. Hayuningtyas. 2012. Characterization of varieties of maize with a low glycemic index to support food security. International Maize Conference in Gorontalo.
  • Hasan V., Astuti S., dan Susilawati. 2011. Indeks Glikemik Oyek dan Tiwul dari Umbi Garut, Suweg, dan Singkong. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Vol. 16 No. 1. Unila.