Pengaruh internet dan media sosial dalam peningkatan penderita nomophobia

"A smartphone is an addictive device which traps a soul into a lifeless planet full of lives. " - Munia Khan

Masyarakat modern saat ini tentu mengenal adanya internet dan media sosial. Peran penting internet maupun media sosial dalam kehidupan masyarakat sudah tidak dapat dipungkiri lagi kegunaannya. Internet berguna dalam menyambungkan smartphone ke jaringan satelit untuk mencari informasi yang aktual dan mudah diakses, mencari referensi bahan bacaan, maupun menjadi media komunikasi, bisnis dan publikasi. Sedangkan media sosial merupakan salah satu bagian kecil dari internet yang memiliki fungsi, mulai dari untuk mendapatkan informasi dari kolega-kolega kerja, untuk tetap menjalin hubungan dengan orang lain maupun sanak saudara yang jauh, mencari hiburan hingga untuk memupuk popularitas.

Media sosial atau internet dapat diakses menggunakan smartphone maupun PC, namun beberapa masyarakat cenderung memilih smartphone karena dianggap lebih efisien dan mudah dibawa kemana saja. Semakin banyak pengguna smartphone guna mengakses internet dan media sosial untuk mencari informasi hingga hiburan, tentunya membuat masyarakat bergantung pada smartphone secara tidak langsung, sehingga beberapa dari mereka dapat mengidap nomophobia.

Nomophobia merupakan hal yang dirasakan oleh seseorang yang candu terhadap smartphone. Menurut data dari Flurry Analytics pecandu smartphone atau nomophobia meningkat 123 % dari tahun 2013 hingga pada tahun 2014.

Penulis berpendapat bahwa angka presentase tersebut akan terus meningkat, hal ini dikarenakan internet pada saat ini menjadi alat yang digunakan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan maupun pembelajaran, dan begitupula dengan munculnya media sosial yang menyediakan fitur-fitur baru yang mendukung komunikasi dalam kehidupan sosial masyarakat di era modern ini. Maraknya penderita nomophobia yang menjangkiti masyarakat modern, menjadikan kasus nomophobia yang dipengaruhi oleh media sosial cukup menarik untuk dibahas.

Nomophobia merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa inggris dan merupakan singkatan dari No-Mobile Phone Phobia. Nomophobia merupakan sebuah sindrom ketakutan yang dialami seseorang ketika ia tidak dapat mengakses telepon genggam walaupun hanya dalam waktu singkat dan termasuk dalam personality disorder. Istilah nomophobia pertama kali diperkenalkan oleh YouGov yang melakukan penelitian pada tahun 2010 di Britania Raya. Istilah nomophobia juga dapat disematkan pada seseorang yang kecanduan smartphone, hal ini disebabkan smartphone memiliki fungsi yang hampir sama dengan mobile phone ataupun handphone (HP), hanya saja smartphone dilengkapi dengan fitur-fitur terbaru yang lebih canggih daripada HP. Fitur yang ada dalam smartphone salah satunya adalah internet. Pengguna smartphone dapat memanfaatkan fitur internet untuk mengakses media sosial.

Mengenai Internet, internet merupakan sistem jaringan yang ada dalam komputer maupun smartphone yang saling terhubung secara global dengan menggunakan paket protokol internet. Jaringan tersebut dihubungkan oleh beragam teknologi elektronik, nirkabel, dan jaringan optik. Sehingga adanya internet dapat memudahkan user untuk mengakses platform/situs website hingga aplikasi yang berjalan secara online.

Aplikasi yang berjalan menggunakan internet salah satunya adalah media sosial. Menurut Chris Garrett media sosial adalah alat, jasa, dan komunikasi yang memfasilitasi hubungan antara orang yang satu dengan yang lain, yang memiliki kepentingan. Semakin berkembangnya aplikasi media sosial maka akan banyak sekali fitur didalamnya seperti adanya fitur video call, chat, mengirim file, mengirim postingan baik berupa gambar, video, status dan lain-lain. Fitur dalam media sosial membantu masyarakat dalam menyebarkan dan mendapatkan informasi, serta memudahkan seseorang dalam menjalankan komunikasi jarak jauh. Namun, disisi lain sebagian masyarakat juga menggunakan fitur yang ada dalam media sosial sebagai tempat untuk memupuk dan mendongkrak popularitas.

Masyarakat yang menggunakan internet maupun media sosial tanpa membatasi diri dapat mengalami kecanduan terhadap smartphone (nomophobia). Hal ini disebabkan seseorang yang telah lama menghabiskan waktu untuk menjelajahi situs melalui internet maupun media sosial akan menganggap dunia maya jauh lebih penting, Alasan kedua hal tersebut menjadi penting adalah dikarenakan didalam dunia maya itulah kehidupan sosial dan informasi-informasi yang ia butuhkan untuk memenuhi tuntutan dan keinginannya dapat secara mudah diakses, dan apabila hal ini sudah menjadi kebiasaan yang berlebihan dan tidak dibatasi akan menimbulkan nomophobia. Salah satu bentuk kondisi saat seseorang membutuhkan internet untuk memenuhi tuntutan pekerjaan di era modern ini misalnya ketika seorang pegawai dituntut untuk mengirimkan berkas melalui e-mail, atau tuntutan yang diberikan kepada seorang pelajar untuk mencari referensi tugas, dan contoh lain yang berkaitan dengan media sosial adalah seseorang yang hanya bisa mengetahui informasi melalu grup di salah satu aplikasi media sosial. Perlu diketahui bahwasannya penderita nomophobia akan merasa tidak tenang ketika tidak dapat mengakses smartphone -nya. Rasa tidak tenang tersebut dapat berupa depresi, kecemasan, kemarahan, agresivitas, stress, gugup, dan gangguan tidur.

Umumnya penderita nomophobia merupakan masyarakat muda (usia dibawah 30 tahun). hal ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh Cisco di Australia yaitu 9 dari 10 orang yang berusia dibawah 30 tahun mengalami nomophobia. Survei tersebut dilakukan terhadap 3800 pemakai smartphone. Penyebab dari nomophobia yaitu ketakutan/kegugupan karena tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain, takut tidak dapat memiliki akses langsung ke informasi, dan ketakutan akan terasingkan dan merasa takut tidak dapat menggunakan layanan yang ada pada smartphone.

Berdasarkan data yang ada pada laman we are social Pada Januari 2020 lebih dari 4,5 milyar orang di dunia menggunakan internet. Jumlah ini meningkat 7% (298 juta orang) dari tahun sebelumnya. Sementara itu lebih dari 3,8 milyar orang di dunia menggunakan media sosial, angka ini naik 9% dari tahun sebelumnya dan pengguna mobile phone mencapai 5,9 milyar orang di dunia, angka ini juga naik 2,4% dari tahun sebelumnya. Data yang ada pada laman tersebut juga menunjukkan bahwa waktu rata-rata yang dihabiskan dalam menjelajahi internet yaitu selama 6 jam 43 menit dan sepertiga dari waktu tersebut digunakan untuk mengakses media sosial. jumlah angka-angka tersebut cukup besar karena lebih seperempat hari digunakan untuk menggunakan internet selain itu data tersebut merupakan rata-rata penggunaan di dunia dan bukan perwilayah. Menurut data dari Flurry Analytics Pecandu smartphone atau nomophobia meningkat 123 % dari tahun 2013 hingga pada tahun 2014, angka ini tentunya akan terus bertambah seiring berjalannya waktu tanpa masyarakat sadari.

Di Indonesia data mengenai penderita nomophobia memang tidak tercatat jumlahnya dengan pasti, namun kasus kecanduan ponsel pada anak-anak terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus penanganan nomophobia di Poliklinik Jiwa Anak dan Remaja RSUD dr Soetomo yang mengalami peningkatan jumlah pasien anak yang mengalami nomophobia. Sebelumnya, poli tersebut hanya menerima pasien baru 1–2 anak setiap minggu. Namun, per Juni 2019 setiap hari datang 2–3 anak, jumlah ini terbilang cukup banyak, hal ini disebabkan dalam sebulan lebih dari 60 anak mengunjungi poli kejiwaan dengan kasus yang sama dan jumlah ini belum termasuk dengan jumlah pasien rumah sakit lain yang menangani kasus serupa.

Nomophobia pada dasarnya cukup berbahaya sebab dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas, susah untuk fokus dalam suatu hal, stress, sulit tidur, kurangnya bersosialisasi secara nyata yang berimbas pada kehidupan. Selain itu juga akan berdampak pada kesehatan mata, ketegangan otot serta syaraf dan juga menghambat perkembangan otak.

Adapun cara penyembuhan phobia dapat dilakukan adalah : 1) psikoterapi baik berupa terapi perilaku kognitif maupun terapi pemaparan; 2) pemberian obat-obatan oleh psikiater yang umumnya digunakan untuk menenangkan kondisi penderita phobia tersebut dan; 3) penanganan secara mandiri yang dibimbing oleh ahlinya. Dalam melakukan penyembuhan segala tindakan harus diawasi oleh ahli kejiwaan karena jika dilakukan secara tidak benar dapat memperparah kondisi psikis dari penderita. Langkah preventif agar tidak terjadi nomophobia yaitu mengatur batas pemakaian smartphone, menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan lainnya, menggunakan smartphone hanya untuk masalah yang penting, memperbanyak bersosialisasi secara langsung dan berusaha untuk mengatur emosi serta pikiran agar tetap postif.

Tuntutan pekerjaan maupun pembelajaran pada zaman modern ini tentu mengandalkan internet dan media sosial yang dapat diakses oleh masyarakat melalui smartphone. Peningkatan penggunaan smartphone dan peningkatan pada akses internet maupun media sosial dengan durasi yang lama dapat menimbulkan kecanduan bagi pengguna smartphone. Ketakutan, rasa stress, depresi dan agresivitas akan timbul ketika penderita jauh dari smartphone.

Nomophobia merupakan personality disorder yang tidak sepele karena seiring waktu terjadi peningkatan jumlah penderita walaupun hal tersebut tidak tercatat secara pasti, dan oleh sebab itu diperlukan kesadaran diri dan peran orang terdekat untuk mengingatkan dan mencegah timbulnya nomophobia dalam diri seseorang.

REFERENSI

5 Likes

Mantap jiwa sangat mudah dipahami untuk nomophober sepertiku sehingga membuatku terpanaa sampai tak terlihat apapun yg ada sekitar alepyu

1 Like

Bagus kak mudah dipahami dan topik yang diambil juga sesuai sama keadaan pada masa sekarang ini. Semoga menang ya kak

1 Like