Pendekatan apa saja yang dapat digunakan untuk memahami perilaku manusia ?

Perilaku manusia

Perilaku manusia adalah suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan. Dengan demikian rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu.

Pendekatan apa saja yang dapat digunakan untuk memahami perilaku manusia ?

Terdapat beberapa pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli ilmu perilaku manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemahaman tersebut biasanya dikelompokkan atas tiga pendekatan yaitu pendekatan kognitif, pendekatan penguatan, dan pendekatan psikoanalitis.

Pendekatan Kognitif


Pada dasarnya pendekatan kognitif menekankan pada peranan individu dalam hubungannya dengan lingkungan. Pendekatan ini meliputi kegiatan- kegiatan mental yang sadar seperti: berpikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental misalnya sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang kesemuanya itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku. Dalam pembahasan tentang teori kognitif ada tiga hal utama yaitu: elemen kognitif, struktur kognitif, dan fungsi kognitif.

Elemen kognitif,

Teori kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang itu disebabkan adanya suatu stimulus, yaitu suatu obyek fisik yang mempengaruhi seseorang dalam banyak cara. Teori ini mencoba melihat apa yang terjadi di antara stimulus dan jawaban seseorang terhadap tersebut. Atau bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam diri seseorang.

Menurut teori kognitif semua perilaku manusia tersusun secara teratur. Individu mengatur pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian membawa ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentukan jawaban (response) seseorang. Menurut Neisser, cognition merupakan aktivitas untuk mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pengaturannya, dan penggunaan pengetahuan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan baik oleh organisme maupun orang perorangan. Sehingga pengetahuan tentang cognition ini merupakan bagian dari psikologi, dan teori-teori mengenai cognition ini merupakan teori psikologi.

Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif yang merupakan representasi internal yang terjadi antara suatu stimulus dengan jawaban (response), dan yang bisa menyebabkan terjadinya jawaban. Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:

Stimulus ---------- Cognition------------- Response

Seseorang mengetahui adanya suatu stimulus, kemudian memprosesnya ke dalam kognisi, dan pada akhirnya akan menghasilkan dan menyebabkan jawabannya. Contohnya adalah ketika seseorang di waktu malam berada di tempat gelap dan sunyi, ada suara-suara terdengar sehingga ia berpikir bahwa itu adalah suara hantu. Interpretasinya tersebut menyebabkan keringat dingin keluar dan bulu kuduknya berdiri. Sehingga suara-suara yang terdengar tersebut merupakan stimulus yang ditafsirkan seseorang sebagai suara hantu sehingga menyebabkan adanya respon keringat dingin dan bulu kuduk berdiri.

Struktur Kognitif

Dalam teori kognitif aktivitas untuk mengetahui dan memahami sesuatu tidaklah berdiri sendiri, aktivitas ini selalu dihubungkan dengan kognisi yang lain. Proses tata hubungan diantara kognisi-kognisi ini membangun suatu struktur dan sistem yang dinamakan struktur kognitif. Sifat yang pasti dari sistem kognitif ini tergantung akan

  1. karakteristik dari stimuli yang diproses dalam kognisi,
  2. pengalaman dari masing-masing individu.

Struktur kognitif memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

  • Mempunyai perbedaan atau kekomplekan yang jamak, yang semuanya ditentukan oleh sejumlah kognisi yang berbeda dan menghasilkan sistem kognisi tertentu.

  • Kesatuan sistem atau consonance , jika kognisi di dalam suatu sistem tersebut memiliki agreement , maka consonance dari sistem itu tinggi dan sebaliknya. Contoh HP saya di meja rias di kamar hilang. Siska tadi malam masuk ke kamar saya, jika digabung kedua kognisi tersebut akan membentuk sistem kognisi bahwa Siska adalah pencuri. Hal ini disebabkan karena pengalaman bahwa kehadiran Siska selalu diikuti dengan hilangnya barang.

  • Adanya sistem yang saling terjalin atau menyatu dengan sistem lainnya. Ketika banyak sistem kognisi saling berhubungan, maka sistem ini akan membentuk suatu ideologi, dan jika tidak maka akan terbentuk sistem yang terbagi-bagi ( compartmentalized system ) dan tidak menyatu.

Fungsi Kognitif

Sistem kognitif mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:

  • Memberikan pengertian pada kognitif baru

  • Menghasilkan emosi atau konsekuensi yang menunjukan perasaan

  • Membentuk sikap

  • Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku.

Relevansi teori kognitif untuk menganalisis dan memahami perilaku manusia yang mudah diamati adalah terletak pada motivasi dari perilaku seseorang. Hal tersebut disebabkan karena:

  • Perilaku tidak hanya terdiri dari tindakan yang terbuka saja, melainkan juga faktor-faktor internal misalnya berpikir, emosi, persepsi, dan kebutuhan

  • Perilaku itu disebabkan oleh ketidakselarasan ( inconsistency ) yang timbul dalam struktur kognitif, yang dapat menyebabkan perasaan dan ketegangan ( tension ) yang dapat dikurangi oleh perilaku seperti tindakan terbuka atau reorganisasi dari sistem kognitif.

Sehingga hampir semua ahli kognitif beranggapan bahwa manusia mempunyai pembawaan membutuhkan organisasi kognitif dan keselarasan kognitif.

Pendekatan Penguatan (Reinforcement Approach)


Berawal dari analisa eksperimen perilaku yang dikemukakan oleh Ivan Pavlov dan Edward Thorndike. Pavlov melakukan penyelidikan reflek berkondisi (conditioned reflex) atau kondisi klasik (classical conditioning) pada anjing percobaan. Sedangkan Edward Lee Thorndike juga melakukan penyelidikan atas beberapa binatang untuk mengetahui proses belajar trial and error . Penyelidikannya terkenal dengan law of effect dan law of exercise atau law of use and diuse .

Law of effect menyatakan bahwa hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) akan meningkat apabila hubungan itu diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Sebaliknya hubungan itu akan berkurang jika didiikuti oleh keadaan yang tidak menyenangkan. Sedangkan law of exercise atau law of use and diuse menyatakan bahwa hubungan antara S dan R dapat juga ditimbulkan atau didorong melalui latihan yang berulang kali, atau hubungan antara S dan R dapat melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulangkali. Jika hal tersebut terjadi maka kegunaan R terhadap S tidak dapat dirasakan kegunaannya.

Konsep penguatan ( reinforcemant concept )

Penguatan secara konseptual sangat erat hubungannya dengan proses psikologi lain yang dikenal dengan motivasi, namun motivasi lebih bersifat luas dan komplek. Kebutuhan yang merupakan pusat perhatian motivasi merupakan pernyataan dalam diri seseorang yang sulit diamati atau dilihat. Sedangkan reinforcement berdasarkan secara natural ada pada lingkungan, reinforcer berasal dari luar, yaitu dari peristiwa-peristiwa yang ada dalam lingkungan yang kemudian diikuti oleh adanya respon. Sehingga motivasi merupakan penjelasan mengenai perilaku berasal dari dalam dan reinforcement berasal dari luar dari luar.

Konsep penguatan dapat dijelaskan seperti halnya dalam konsep kognitif yaitu adanya stimulus dan respon, namun dalam konsep kognitif terdapat kognisi sedang pada konsep penguatan terdapat faktor penguat yang dinamakan reinforcer . Konsep penguatan menjelaskan bahwa stimulus adalah sesuatu untuk mengubah perilaku seseorang, yang dapat berupa benda atau materi dan dapat diukur atau diamati. Sedangkan respon adalah setiap perubahan dalam perilaku individu. Unsur yang lain dalam konsep penguatan yaitu reinforcer yang merupakan hasil dari suatu respon yang menghasilkan peningkatan hubungan ( association ) antara respon dan stimulus yang menghasilkannya. Reinforcer positif merupakan hasil dari suatu respon yang dapat menguatkan hubungan antara respon dan stimulus. Sebaliknya reinforcer negatif merupakan hasil yang dapat mengubah kekuatan hubungan antara respon dan stimulus. Dalam konsep juga dikenal adanya perilaku yang bersifat menghindar ( avoidance behavior ), yang ditimbulkan oleh reinforcer negatif.

Selain itu dalam konsep reinforcement juga dikenal adanya pemadaman (extinction), dan hukuman (punishment). Extinction merupakan gejala melemahnya hubungan antara suatu stimulus dan respon disebabkan tidak adanya lagi dorongan dari respon. Sedangkan punishment dapat berupa penundaan pemberian hadiah (reward) atau penerapan stimulus yang tidak menyenangkan dalam rangka pemadaman suatu respon.

Howard H. Kendler mengemukakan tentang pelaksanaan hukuman yang baik dalam suatu organisasi, sebagai berikut:

  • Hukuman akan efektif memperbaiki perilaku jika memaksa seseorang untuk memilih perilaku alternatif yang diinginkan, kemudian pilihan tersebut diterapkan sebagai hukuman.

  • Perilaku dihukum akan menyebabkan orang menjadi khawatir

  • Hukuman akan efektif jika diterapkan segera setelah perilaku yang tidak diinginkan dilakukan.

  • Tujuan memberikan hukuman adalah memperkuat perilaku.

Pendekatan Psikoanalitis


Dalam pendekatan ini, dikemukakan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh kepribadiannya. Pelopor pendekatan psikoanalitis adalah Sigmund Freud. Sumbangan Freud dalam bidang psikologi sangat besar, termasuk konsep tentang tingkat ketidaksadaran dari kegiatan mental. Menurutnya hampir semua kegiatan mental tidak dapat diketahui dan didekati dengan mudah, namun kegiatan tertentu dapat mempengaruhi perilaku manusia. Susunan kepribadian seseorang dapat dijelaskan dengan kerangka ketidaksadaran. Kepribadian merupakan sistem yang dinamis yang memberikan dasar bagi semua perilaku, didalamnya terdapat tiga subsistem yang saling berhubungan dan seringkali berlawanan (konflik) yaitu: Id, Ego, dan Superego.

Konsep Id

Id dilukiskan sebagai harapan atau keinginan yang kuat yang berasal dari insting psikologi manusia sejak lahir yang memerlukan pemuasan dengan segera tanpa dibatasi alasan etika, moral ataupun logika. Id merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kesenangan, pemuasan, dan penghargaan yang diwujudkan lewat libido dan agresi. Libido mengarah pada keinginan seksual, makanan dan kenyamanan, sedangkan agresi mendorong ke arah kerusakan, misalnya keinginan untuk berkuasa, perang, berkelahi, dan lain-lain termasuk tindakan yang bersifat merusak.

Konsep Ego

Jika Id digambarkan sebagai sumber ketidaksadaran manusia, maka ego merupakan sumber rasa sadar, yang mewakili logika dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego merupakan subsistem yang berfungsi ganda yaitu melayani dan sekaligus mengendalikan dua subsistem yang lain ( Id dan Superego) dengan cara berinteraksi dengan lingkungan luar. Namun seringkali terjadi konflik antara ego dengan id, sehingga diperlukan bantuan superego.

Konsep Superego

Superego merupakan kekuatan moral kepribadian yang merupakan sumber norma atau standar tidak sadar yang menilai semua aktivitas ego dan mampu menetapkan suatu norma yang memungkinkan ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego dapat berkembang dari saling interaksi antara ego dan masyarakat. Kesadaran dalam superego dapat dikembangkan lewat penyerapan nilai-nilai cultural dan moral dalam masyarakat. Orang tua merupakan faktor penting dalam pengembangan superego bagi anak-anak, setelah mereka mampu melewati Oedipus complex sehingga mereka dapat mengidentifikasi sesuatu dengan moral dan nilai dari orang tuanya. Superego dapat membantu seseorang melawan impuls id, walaupun kadang-kadang superego berlawanan dan menimbulkan konflik dengan ego.

Dalam banyak hal pendekatan psikoanalitis telah memberikan pengaruh terhadap perilaku organisasi, termasuk didalamnya hal-hal berikut:

  1. Perilaku kreatif, misalnya langkah tertentu dari proses kreatif yang menurut sifatnya dapat digolongkan pada tindakan tidak sadar.

  2. Ketidakpuasan, misalnya perilaku karyawan acuh tak acuh, kelambatan, ketidakhadiran, dan lain-lain.

  3. Teknik-teknik pengembangan organisasi, seperti analisa transaksi, kecakapan komunikasi interpersonal, pengembangan kelompok

  4. Kepemimpinan dan kekuasaan, perhatian pada otoritas dan dominasi

Banyak kritik yang dilontarkan para pakar terhadap pendekatan psikoanalitis/ pendekatan Freudian, terutama pada dasar variabel empiris yang dipergunakan. Dalam unsur-unsur psikoanalitis sebagian besar terdiri dari konstruksi hipotesa dan tidak dapat diamati, yaitu id, ego, dan superego, bagaikan kotak hitam dari manusia. Sehingga sebagian besar ahli perilaku modern menolak pendekatan psikoanalitis sebagai penjelasan tunggal dari kepribadian dan perilaku. Namun demikian pandangan-pandangan penting tentang struktur personalitas serta motivasi tidak sadar adalah usaha yang signifikan untuk memahami perilaku individu dan mempunyai implikasi terhadap pemahaman aspek-aspek tertentu dalam perilaku organisasi.

Sumber : Marita Ahdiyana, Perilaku Organisasi, Universitas Negeri Yogyakarta