Pencari Kebebasan Tidak Akan Memburu Ikatan

Taman Surga

Mereka berkata:

“Menjauhlah dari kami dan janganlah kalian mendekat”

Bagaimana mungkin aku menjauh sementara kalian adalah kebutuhan kami?

Ketahuilah bahwa kapan pun dan di mana pun, manusia akan senantiasa berada di tengah-tengah kebutuhannya dan tidak akan bisa terlepas darinya. Setiap binatang juga menggayuti kebutuhannya dan selalu menemaninya. Kebutuhan itu lebih dekat dengan mereka ketimbang ayah dan ibu mereka sendiri. Kebutuhan itu seperti tali kekang yang menyeret manusia ke batas kemahiran dan kecakapan mereka.

Manusia tidak mungkin mengikat dirinya sendiri, sebab sejatinya mereka ingin bebas dari keterikatan. Mustahil ada seseorang yang ingin bebas namun ia justru mencari sebuah ikatan. Oleh karena itu, pasti ada orang lain yang mengikat dirinya. Misalnya seseorang menginginkan kesehatan, maka ia tidak akan menyakiti dirinya sendiri. Karena tidak mungkin dua perbuatan (berobat dan menyakiti diri sendiri) dilakukan dalam satu waktu.

Pada saat manusia tidak mampu menghindar dari kebutuhannya, maka dia juga akan selalu mengiringi orang yang memberikannya kebutuhan itu. Sama halnya ketika seseorang bergantung pada sebuah kemahiran, maka pasti dia akan selalu mengikuti orang yang memiliki kemahiran itu. Konsekuensinya, dia akan melepaskan segala kemulian serta kekuatan dirinya.

Seandainya dia mengalihkan pandangan pada daya tarik sebuah keahlian, maka pastilah dia akan melepaskan tangan dari keahlian apa pun, bahkan itulah yang akan menjadi penariknya. Sang pemilik keahlian akan memberinya suatu kecakapan agar ia tidak berlari dengan tangan kosong. Namun Ia tak memerhatikan si penarik kecakapan, maka yang terjadi adalah ia berlari tanpa kecakapan.

Kelak akan Kami beri dia tanda dibelalainya.” (QS. al-Qalam: 16)

“Seandainya Dia mengikutiku tanpa kecakapan, maka kami akan meletakkan keahlian di hidungnya dan akan kami tarik dia ke arah yang tak dikehendakinya.”

Mereka bertanya:

”Apakah setelah usia delapan puluh tahun masih ada permainan?”

Aku menjawab:

“Apakah sebelum umur delapan puluh tahun ada permainan?”

Dengan anugerahnya, Allah memberikan sifat kekanak-kanakan pada para orang tua, yang tidak diketahui oleh anak mana pun. Hal itu karena kekanak-kanakan akan memberi kesegaran dan membuat manusia bersemangat untuk melompat-lompat, tertawa dan bersenang-senang dalam permainan. Dia melihat dunia yang baru tanpa merasa bosan. Ketika orang tua ini juga melihat dunia menjadi baru, Allah memberikannya kegemaran dalam bermain, ia pun melompat-lompat, meremajakan kulit dan dagingnya.

Telah nampak kemuliaan dari perkataan si tua setiap kali ketuaannya tampak

Ia pun mulai bermain berkali-kali

Oleh sebab itu, sesungguhnya kemulian usia tua lebih besar dari tampilan Allah. Ketika musim semi tiba, Allah akan menampakkan kemuliaan-Nya. Sementara ketika musim gugur tiba, usia tua akan mengaburkannya tanpa meninggalkan karakter-karakter musim gugur yang suram. Demikanlah, kelemahan di musim semi adalah anugerah dari Allah. Sebab bersama dengan setiap gigi yang tanggal, ia mengabaikan senyuman musim semi Allah. Bersama setiap rambut yang memutih, ia sia-siakan anugerah Allah yang segar. Bersama setiap tangisan hujan di musim gugur, ia rusak keindahan kebun Allah. Maha suci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang zalim.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum