Pemimpin Keras atau Pemimpin Lembut?

PicsArt_08-20-05.15.32

Menurut Maccoby dalam Ridwan Nurdin 6 , pemimpin adalah seseorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik pada diri bawahannya .

Dapat dimaknai bahwa pemimpin adalah sosok yang berpengaruh dan memiliki kewenangan dalam mengelola dan menjalankan suatu mandat tertentu agar dilaksanakan secara maksimal dan teratur. Selain itu pemimpin juga memiliki kepribadian yang baik dan teladan bagi sesama. Rasa cinta yang tumbuh secara alamiah dari seorang pemimpin akan mampu memberikan pengaruh positif pada anggota kelompoknya.

Gaya kepemimpinan dapat berbeda pula. Beberapa orang memilih memimpin dengan keras agar timnya lebih giat dan tujuan lebih cepat tercapai, walaupun pada akhirnya ia akan dibenci. Beberapa orang lainnya memilih memimpin dengan lembut agar timnya dapat bekerja dengan senang,walaupun akhirnya bisa saja ia perlu menanggung beban sendiri.

Menurut Youdics, Manakah gaya kepemimpinan yang lebih tepat dilakukan di era sekarang ini? Mengapa?

Referensi

Mustopa, D., & Supardi, A. (2021). IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN PROFETIK DI ERA NEW NORMAL. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan , 10 (1), 1-16.

Menjadi pemimpin yang baik bukanlah mudah. Pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang keras, yang suka marah dan yang ditakuti. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memimpin pengikutnya mencapai suatu tujuan tertentu. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mengajak para bawahannya dan berjuang bersama-sama untuk bisa mencapai goal bersama. Pemimpin harus bisa mengetahui karakteristik dari tiap bawahannya agar dia bisa menggali potensi yang maksimal dari tiap bawahannya, sehingga pekerjaan bersama bisa lebih efektif dan efisien. Pemimpin yang baik juga bukanlah pemimpin yang hanya bisa memerintah saja, tapi juga membantu memecahkan masalah dan mengerjakan sesuai porsinya.

Dalam konteks ini, kalau ditinjau dari “keras” atau "lembut"nya gaya kepemimpinan, menurutku pemimpin yang baik adalah yang bisa membaca situasi untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang mana. Dalam artian pemimpin tersebut harus bisa menjadi keras atau lembut pada situasi yang mana. Karena tentunya harus seimbang, tidak perlu selalu keras terhadap bawahan karena akan menimbulkan perasaan-perasaan negatif dan berpotensi menjadi dendam sehingga pekerjaan menjadi ogah-ogahan, tidak harus selalu lembut karena akan menimbulkan perasaan “nggampangin” dari bawahan kepada si pemimpin sehingga pengerjaan tugas akan cenderung tidak maksimal.

Setiap seorang pemimpin pasti memiliki model kepemimpinan yang berbeda. Seperti yang telah disebutkan di atas, ada pemimpin yang bersikap keras dan ada pula pemimpin yang bersikap lembut kepada bawahannya. Menurutku, apapun sikap yang dimiliki oleh seorang pemimpin tentu memiliki dampak baik dan buruk sehingga hal tersebut tidak dapat kita pungkiri. Namun tentunya pemimpin yang teladan adalah harapan setiap orang. Mereka diharapkan dapat menjadi sosok pemimpin yang adil dan dapat memberikan perubahan yang lebih baik bagi semua pihak. Menurut Dirham (2019), pada hasil penemuan Universitas Ohio menunjukkan bahwa para pemimpin yang memperhitungkan dan membantu anggotanya dapat berpengaruh baik terhadap sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja.

Namun dewasa ini, sering kita lihat adanya ketimpangan moral di Indonesia khususnya seorang pemimpin sehingga kehilangan figur teladan bagi masyarakatnya. Terlebih di era pandemi ini para pemimpin dituntut untuk dapat bekerja keras dalam memulihkan kondisi ekonomi sehinga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran akibat adanya PHK (Mustopa & Supardi, 2021). Namun faktanya hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi saat ini. Sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dindin dkk dalam (Mustopa & Supardi, 2021) menyatakan bahwa para pemimpin nasional di Indonesia dinilai lamban, kurang cekatan dan kagetan dalam mengambil keputusan vital terkait kebijakan sosial sebagai dampak pandemi Covid-19.

Dengan demikian, gaya kepemimpinan yang tepat dilakukan di era sekarang menurut Mustopa & Supardi (2021) antara lain sebagai berikut.

  1. Pemimpin yang dicintai
    Pemimpin yang dicintai, pada prinsipnya memiliki karismatik yang tinggi sekaligus kelembutan dalam bertindak. Pemimpin yang mencintai semua anggota kelompoknya tanpa membedakan satu pihak tertentu akan mampu memberikan pengaruh positif pada anggota kelompoknya. Maka dari itu, pemimpin yang dicintai terlebih dahulu mencintai masyarakatnya.
  2. Pemimpin yang dapat dipercaya
    Pemimpin ini memiliki integritas yang tinggi dan sikap tegas. Mereka pada prinsipnya berdedikasi tinggi terhadap jabatannya sehingga dapat melahirkan masyarakat yang disiplin dan teratur.
  3. Pemimpin pembimbing
    Pemimpin ini memiliki kemampuan dalam memberikan motivasi sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Namun faktanya sebagian besar pemimpin di Indonesia belum mampu menjalankan fungsinya secara penuh sebagai pembimbing masyarakat.
  4. Pemimpin yang berkepribadian
    Seorang pemimpin yang berkepribadian baik mampu menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia, namun karakter ini sudah jarang ditemukan di Indonesia.
Sumber

Dirham. 2019. Gaya Kepemimpinan yang Efektif. 2(1)

Mustopa, Darda. Supardi, Adi. 2021. Implementasi Kepemimpinan Profetik Di Era New Normal. X(1):01-16

Menurut saya dasar dari sebuah kepemimpinan adalah sikap tegas dan hasil pemikiran dari seorang pemimpin, sehingga dapat saya simpulkan bahwa pilihan antara pemimpin keras atau pemimpin lembut tergantung pada sikap yang ditunjukkan oleh pimpinan itu sendiri. Seorang pimpinan yang keras akan membuat situasi bawahan menjadi lebih tertekan dibanding pimpinan yang lembut. Namun, pimpinan yang lembut juga harus memiliki ketegasan dalam memutuskan kebijakan dan aturan-aturan yang perlu ia bawa dalam sebuah kepemimpinan.

Kalau saya pribadi lebih memilih pemimpin yang tegas, karena apa tegas dan keras berbeda. Kata keras akan membuat orang berpikir sangat buruk, bermain fisik tindakan maupun kasar secra verbal. Kalau pemimpin lembut namun memiliki sifat tegas dalam memimpin sangat baik pula. Ya karena dia akan bersikap lembut ketika sesamanya maupun bawahannya dan akan bersikap tegas ketika dia diharuskan untuk tegas.

Menjadi seorang pemimpim saya cenderung lebih memilih menjadi pemimpin yang tegas dan bijaksana.Tegas disini bukan keras, karena jika pemimpin yang keras menurut saya bawahan nya akan merasa tidak nyaman dan nantinya tidak akan bekerja dengan baik. Sedangkan lembut juga terkadang malah disalahartikan, dan saya pribadi tidak menyukai pemimpin yang lembut, karena menurut saya orang dengan tipe lembut kurang cocok jika dijadikan pemimpin.

Saya sepakat dengan pendapat kak @rizkinaarya. Pemimpin tegas ini posisinya seperti berada di antara pemimpin ‘keras’ dan ‘lembut’. Karakternya sangat fleksibel, tergantung dari situasi anggotanya. Ia dapat bersikap keras dan lembut secara bersamaan kepada anggota timnya.

Wah saya sangat setuju dengan argumen kak Yusrilisya di atas. Menurut saya untuk bisa menjadi seorang pemimpin yang disegani, kita harus mampu membaca situasi dan kondisi. Dalam artian, pemimpin sebaiknya memahami kapan ia harus bersikap keras dan kapan ia harus bersikap lemah lembut kepada anak buahnya.

Menjadi pemimpin yang baik bukanlah mudah. Pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang keras, yang suka marah dan yang ditakuti. Namun buka juga pemimpin yang lemek dań Tidak tegas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memimpin pengikutnya mencapai suatu tujuan tertentu. Pemimpin yang baik harus mempunyai karakter sebagai berikut

  1. Mempunyai karisma
    Pemimpin yang mempunyai karisma akan memudahkan mengarahkan staf atau pengikutnya.
    Pemimpin yang tidak berkarisma akan kesulitan mengarahkan staf atau pengikutnya.
  2. Mempunyai integritas
    Pemimpin harus mempunyai integritas dalam memimpin. Pemimpin harus setia terhadap nilai-nilai yang ditanamkan kepada pengikutnya
  3. Mempunyai dedikasi
    Pemimpin yang berdedikasi akan mengerjakan visinya dengan kerja keras dan penuh semangat. Dedikasi yang dia kerjakan akan ditularkan kepada stafnya
  4. Bisa mengambil keputusan
    Pemimpin harus bisa dan berani mengambil keputusan secara cermat. Untuk dapat mengambil keputusan secara cermat pemimpin harus memperhatikan banyak aspek dalam memutuskan.
  5. Mau membantu
    Pemimpin yang baik harus mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya
  6. Bekerja tidak hanya memerintah
    Pemimpin yang baik mau mengerjakan hal-hal yang dihadapi stafnya. Tentu saja dia akan mengerjakan sesuai porsi yang dia bisa kerjakan.
  7. Mau mendengarkan
    Pemimpin yang baik harus mau mendengarkan masukan dan keluhan dari stafnya. Pemimpin tidak harus setuju terhadap pendapat dari staf, tetapi harus menghargai setiap pendapat.
Summary

Pemimpin yang baik dan efektif – PT Proweb Indonesia