Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi Covid-19, Apakah Efektif?

Sudah dua tahun lebih, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan di Indonesia sebagai cara efektif untuk mencegah penyebaran Covid-19. PJJ yang dinilai efektif dan efisien bagi pelajar dan mahasiswa ternyata memicu problematika baru dalam proses metode pembelajaran tersebut. Akibat dari PJJ, sebagian anak mulai kehilangan kesempatan belajar, menurunnya perkembangan psikologi anak, dan pencapaian belajar yang semakin rendah.

Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk secepatnya memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka (TPM) agar kesehatan mental anak tidak terancam. TPM akan dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan secara ketat seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan dilakukan pengukuran suhu sebelum memasuki wilayah sekolah.

Pembelajaran Tatap Muka (TPM) memang diperlukan bagi anak untuk menghadapi kondisi psikologis dan kognitif yang semakin menurun. Namun, TPM bisa memunculkan risiko terhadap anak karena masa pandemi Covid-19 belum selesai.

Tentunya, pembelajaran tatap muka di masa pandemi Covid-19 memicu pro dan kontra dari kalangan masyarakat. Bagaimana pendapat kalian terkait hal tersebut? Apakah saat ini pembelajaran tatap muka memang diperlukan dan efektif?

Metode pembelajaran secara daring saat ini mulai dikeluhkan; dari banyaknya tugas yang diberikan tanpa diberi penjelasan terlebih dahulu, tugas dengan deadline yang berdekatan, hilangnya fokus belajar karena mudah terdistrak oleh kegiatan di rumah, sampai ke learning loss.

Rasa jenuh dan “terisolasi” dirumah menyebabkan siswa/mahasiswa kehilangan liburan dan hiburan seperti bertemu dengan teman, sekedar main atau mengerjakan tugas bersama, dan lainnya yang pada akhirnya banyak siswa/mahasiswa merasa kesepian dan kebingungan. Tidak hanya itu, orang tua pun seringkali tidak sabar dan tidak mengerti bagaimana menjadi seorang “guru” sehingga perasaan stres dialami oleh siswa maupun orangtuanya.

Pembelajaran tatap muka saat ini sangat diidam-idamkan oleh siswa, orangtua, maupun guru. Akan tetapi tidak sedikit menuai pro-kontra karena kasus covid yang belum kunjung berhenti, banyaknya masyarakat yang belum patuh akan prokes, dan juga banyaknya ketakutan akan pandemu covid ini. Jika pun mau diadakan :

  1. pihak sekolah/kampus harus tegas menjalankan pemeriksaan patuh pada prokes
  2. pastikan bahwa guru/dosen, murid (yg sudah dapat di vaksin) dan mahasiswa sudah divaksin dengan min. 2 dosis
  3. Atur kuota yang dapat mengikuti pembelajaran tatap muka
  4. Adakah pembelajaran hybrid
1 Like

Memang tidak dapat dipungkiri lagi jika pembelajaran secara daring memang sudah mendapatkan banyak kritik dan keluhan dari berbagai kalangan terutama para siswa dan mahasiswa yang merasa jika metode pembelajaran daring begitu membosankan atau monoton, ditambah dengan tugas - tugas yang menumpuk yang terbukti menaikan kadar stress dan burnt out yang dialami siswa dan mahasiswa. Hal ini tentunya akan sangat berdampak pada psikologis siswa dan mahasiswa yang juga di saat bersamaan merasa sangat bosan karena lebih banyak berdiam di rumah tanpa banyak berinteraksi dengan kawan sekitarnya atau sekedar mengerjakan tugas bersama teman - teman. Saya rasa faktor - faktor inilah yang dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan belajar tatap muka terutama di masa pandemi. Jika pertanyaan diperlukan atau tidak, maka jawabannya memang perlu karena pembelajaran daring terbukti tidak begitu berefek dalam penyampaian materi pembelajaran atau perkuliahan dengan efektif.

1 Like

Hal ini berkaitan dengan masih tingginya tingkat covid di Indonesia. Perharinya sendiri masih ada lebih dari 4,000 kasus orang yang terkena corona. Hal ini sangat berbahaya apalagi angka pasien anak-anak yang terkena covid cukup tinggi di Indonesia. Anak-anak lebih rentan terkena covid daripada orang dewaasa karena kurangnya kewaspadaan diri. Hal ini sangat berbahaya bila pemerintah memutuskan untuk memulai kuliah tatap muka padahal kasus covid-19 masih cukup tinggi di Indonesia. Pemerintah harus menimbang terlebih dahulu mengenai masih perlunya untuk memperpanjang belajar tatap muka untuk menghindari case yang tinggi.

1 Like

Menurut saya, pembelajaran tatap muka memang diperlukan. Banyak masyarakat yang sudah mengeluhkan mengenai ketidakefektifan pembelajaran secara daring. Namun, sebaiknya pembelajaran tatap muka juga diiringi dengan protokol kesehatan yang ketat, atau sekolah bisa menerapkan metode hybrid. Disesuaikan dengan keadaan covid di Indonesia yang masih terbilang angka kasusnya masih sangat tinggi dan belum semua masyarakatnya sudah menerima vaksin.

1 Like

Menurut saya, solusi seperti ini merupakan solusi bagus namun menurut saya dengan kondisi yang ssekarang pasti susah untuk dijalankan. Dan jangankan di perkotaan. Bayangkan apalagi dengan mereka yang bersekolah di pelosok, dimana belajar biasa saja susah, dan sekarang ditambah harus menjalankan protokol.

Bukan merupakan rahasia umum sebarapa sulitnya menjalankan intuisi pendidikan di daerah-daerah pelosok Indonesia. Sekolah-sekolah ini memiliki kapasitas operasional yang sudah sangat terbatas dan jika dipaksa untuk menjalankan protokol agaknya akan sangat menyiksa kapasitas sekolah-sekolah ini.

Memikirkan efek apa yang akan terjadi jika diadakannya pembelajaran tatap muka juga harus merambah ke sekolah-sekolah yang ada di pelosok. Efeknya di sekolah perkotaan yang cenderung lebih siap dan mampu menambah beban pemberlakuan protokol akan berbeda dengan sekolah di daerah yang berjalan normal saja sudah susah.

Dari sini saya berpendapat, dikareanakn pembelajaran tatap muka yang efeknya akan sangat beragam di tiap daerah, ada dua alternatif; pertama hanya ada beberapa daerah tertentu yang menjalankan tatap muka, yang akan terkesan tidak adil dan menimbulkan kesenjangan lebih lanjut, atau tetap menahan pembelajaran tatap muka hingga setiap sekolah di seluruh Indonesia bisa melakukan pembelajaran tatap muka di situasi yang sudah stabil tanpa keharusan untuk menjalankan protokol.

1 Like

Menurut saya hal seperti ini bisa dikembalikan lagi ke pemerintah daerah masing-masing sekolah maupun perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki tingkat penyebaran virus Covid-19 yang berbeda-beda, dan apabila terpaksa harus mengadakan Pembelajaran Tatap Muka maka harus diawasi dan dipantau secara ketat, agar tidak menjadi cluster penyebaran virus yang baru.

Solusi yang paling bijak jika memang terdesak adalah menggunakan sistem Hybrid untuk pelajaran atau mata kuliah tertentu yang tidak bisa lagi diajarkan melalui metode daring. Kita ambil contoh untuk praktikum di beberapa jurusan teknik, jika tetap memaksakan menggunakan metode daring maka hasilnya pun akan kurang maksimal, output yang didapat oleh para mahasiswa tentu akan berbeda dengan angkatan-angkatan sebelumnya. Hal ini jelas akan berdampak terhadap kualitas lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi tersebut.

1 Like

Menurut saya memang pembelajaran tatap muka diperlukan karena tidak hanya siswa siswi, para orang tua pun juga mengeluhkan hal tersebut. Materi pembelajaran yang kurang dapat dipahami, kendala sinyal, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Namun, mengingat kondisi pandemi Covid-19 seperti ini dengan kasus yang terus mengalami peningkatan menjadi tidak memungkinkan untuk dilakukannya pembelajaran tatap muka karena nantinya justru menambah angka Covid-19. Akan tetapi, jika pembelajaran tatap muka tetap ingin diadakan harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat seperti mewajibkan vaksin, memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Solusi lain yaitu diterapkannya metode hybrid learning.

1 Like

Pembelajaran secara tatap muka sangat diidam-idamkan oleh seluruh siswa yang sudah penat menjalankan pembelajaran secara daring. Saat ini sudah banyak di berbagai daerah di Indonesia yang telah menjalankan pembelajaran tatap muka walaupun masih dalam kondisi covid-19. Menurut saya, hal ini tidak masalah selama sekolah tersebut sudah mendapatkan izin dari pemerintah setempat dan mengikuti aturan protokol kesehatan yang ketat.

1 Like

Menurut saya pembelajaran tatap muka sangat diperlukan. Akan tetapi, harus melihat kondisi penyebaran virus Covid-19 di setiap wilayah. Apabila di suatu wilayah yang penyebaran covid-19 masih tinggi maka pembelajaran tatap muka belum bisa di laksanakan karena melihat kondisi yang tidak memungkinkan. Sedangkan, untuk wilayah yang penyebaran covid-19 dengan tingkat rendah dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan mematuhi protokol kesehatan dan mendapatkan izin dari pihak pemerintah. Pada saat ini, banyak wilayah yang telah memberlangsungkan pembelajaran tatap muka. Wilayah ini termasuk penyebaran covid-19 dengan tingkat rendah seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Jakarta, dan lain sebagainya. Daerah-daerah tersebut telah memberlakukan pembelajaran tatap muka dari tingkat Sekolah Dasar dan menengah keatas. Untuk perguruan tinggi juga akan melaksanakan pembelajaran tatap muka seperti ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya dan Universitas Negeri Surabaya.

1 Like

Menurut saya pembelajaran tatap muka sangat diperlukan apalagi dikalangan anak-anak sekolah dasar yang masih belum mahir menggunakan digital dan terdapat kesulitan yang dialami orang tua yang mengajarkanya. Interaksi sosial juga sangat dibutuhkan dalam perkembangan belajar. Pembelajaran tatap muka sekarang tetap mematuhi protokol kesehatan dan tidak mengadakan setiap hari tetapi diadakan secara bergantian sesuai ketentuan yang ada. Vaksinasi juga sudah dilakukan secara massal, jika pembelajaran tatap muka dengan peraturan baru mungkin bisa terlaksana dan dapat menghindari resiko yang tidak diinginkan.

Tetapi untuk tatap muka mahasiswa mungkin masih sulit dilakukan mengingat jumlah mahasiswa yang tidak sepadan dengan ruangan yang disediakan. Tentu banyak sekali yang sudah mengharapkan pembelajaran tatap muka, ini bisa dilakukan secara bertahap jadi menurut saya pembelajaran tatap muka sudah tidak terlalu berbahaya dari sebelumnya

1 Like