Pemakaian Kantong Plastik Sekali Pakai, Apakah Mungkin Bisa Dihilangkan?

Penggunaan kantong plastik seolah sudah menjadi budaya yang sulit dihilangkan pada kehidupan sehari-hari. Namun, dengan adanya kesadaran, perubahan kebiasaan tersebut akan dapat lebih mudah dilakukan. Butuh waktu 20 hingga 1.000 tahun untuk mengurai plastik. Dan sampah kantong plastik menyumbang sebanyak 10% dari 6 juta ton sampah yang dibuang ke lautan seluruh dunia.
Dilansir dari Australia Plus ABC, pada tahun 2018 ini, Indonesia tercatat sebagai negara nomor 2 pencemar lingkungan terbesar di lautan, berkat lebih dari 3 ton sampah plastik yang dibuang ke laut per tahunnya. Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut dan anjing laut menganggap plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. Dan ketika mereka mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tidak dapat hancur dan akan meracuni hewan lain. Dampak pembuangan sampah plastik sembarangan juga dapat mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai sehingga menyebabkan banjir.
Menurut Youdics, apakah penggunaan kantong plastik bisa dihilangkan dari kebiasaan masyarakat? Bagaimana solusinya?

Menurut saya bisa, tetapi pastinya butuh waktu untuk bisa merealisasikannya. Saat ini masalah sampah kantong plastik menjadi hal yang genting untuk segera diurus, karena apabila terus-terusan seperti ini maka bisa berdampak buruk bagi kesehatan (kurang air bersih dan sumber makanan yng tercemar), punahnya hewan-hewan, rusaknya lingkungan akibat sampah plastik yang sulit terurai.

Solusi untuk masalah ini sebenarnya sudah ada dan sudah diterapkan di beberapa negara, seperti penggunaan kantong belanja dari kertas dan kantong plastik yang terbuat dari bahan alami dan bisa larut dalam air. Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa alternatif pengganti plastik, seperti :

  • Peralatan makan yang terbuat dari serat gandum,
  • Kantong plastik yang terbuat dari singkong,
  • Besek bambu sebagai pengganti boks plastik atau styrofoam,
  • Daun jati atau daun pisang sebagai pengganti kertas minyak,
  • Beeswax wrap sebagai pengganti plastic cling warp (untuk bungkus makanan),
  • Kantong belanja dari katun atau goni.

Selain itu, untuk membeli makanan atau minuman di luar lebih baik kita membawa wadah sendiri dari rumah yang dapat digunakan berkali-kali, sehingga mengurangi penggunaan plastik. Hal ini tentu saja perlu disosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya sampah plastik dan memberikan alternatifnya.

Referensi

https://travel.wego.com/berita/alternatif-pengganti-kantong-plastik-ramah-lingkungan-untuk-segala-kesempatan/

sedikit sulit menurutku, karena masyarakat lebih memilih hal-hal yang simple dalam penggunaan. contohnya saja di beberapa daerah yang sudah menerapkan pembayaran untuk menggunakan kantong plastik, tetap saja kebanyakan orang mau membayar kantong plastik tersebut. mungkin lebih tepatnya membuat solusi kantong plastik yang ramah lingkungan, yang bisa hancur dengan cepat. ataupun recycle kantong plastik. atau mungkin bisa diterapkan penggunaan kertas yang berwarna coklat yang biasa kita temui di daerah barat sana.

Penggunaan kantong plastik bisa saja dihilangkan, namun mungkin itu sedikit sulit karena umumnya masyarakat telah terbiasa dengan penggunaan kantong plastik tersebut.mungkin solusi yang bisa dilakukan agar penggunaan kantong plastik segera hilang adalah dengan menekan produksi plastik dan menggantinya dengan bahan plastik yang mudah hancur.

Menurut saya, penggunaan kantong plastik bisa dihilangkan apabila sudah ada alternatif lain yang menggantikannya. Untuk saat ini penggunaan kantong plastik hanya bisa dikurangi bukan dihilangkan sepenuhnya.

Menurut saya kebiasaan pemakaian kantong plastik sekali pakai di Indonesia sulit dihilangkan dikarenakan kebiasaan yang sudah mengakar. Memang sudah banyak solusi contohnya kantong plastik biodegradable yang terbuat dari ekstrak tumbuhan seperti singkong ataupun kentang. Namun, faktanya di salah satu negara di China, plastik biodegradable membutuhkan proses produksi bervolume tinggi dengan mencapai suhu 60 derajat Celcius serta tidak masuk ke dalam daur ulang rumah tangga.

Sedangkan barang pengganti plastik seperti tas belanja dari katun (totebag) yang semakin hari produksinya semakin masif, ternyata dalam produksinya diperlukan waktu dan energi yang besar juga di mana energi untuk memproduksi barang subtitusi plastik ternyata lebih besar dibandingkan energi untuk memproduksi plastik itu sendiri.

Jadi, kemungkinan besar ialah dengan menerapkan gaya pemakaian yang berkelanjutan seperti cukup membeli tas belanja dari kain atau totebag secukupnya, bukan malah punya banyak sekali totebag yang mana membuat perusahaan semakin banyak memproduksi dan seperti yang kita tahu di atas bahwa energi dalam produksinya lebih besar dibandingkan energi pembuatan plastik itu sendiri.

Greenwashing: Ketika Realita Tak Sehijau Kata-Kata – Green – Universitas Indonesia (ui.ac.id)

Apa itu Plastik Biodegradable? | Blog Ruparupa

Greenwashing: apa itu, karakteristik, cara mengenalinya, dan banyak lagi | Energi Terbarukan Hijau (renovablesverdes.com)

Yang perlu juga diperhatikan adalah plastik sekali pakai tidak hanya seputar kantong kresek saja. Namun juga mencakupi cara kita memakai dan membuangnya.

"Plastik sekali pakai tidak sesuai definisi benar sekali pakai saja. Namun plastik yang walau bisa dipakai 10 kali pun tetap saja ujung-ujungnya kita buang dan menjadi sampah. Misalnya kantong kresek kita pakai 10 kali pasti ujung-ujungnya sobek dan akan menjadi sampah di TPA, sungai

Sangat mungkin bisa dihilangkan. cara menghentikan penggunaan plastik sekali pakai di kalangan masyarakat adalah memberikan pengertian akan sadar terhadap dampak negatif yang akan terjadi dikehidupan dalam jangka panjang. Dan untungnya di Indonesia sendiri di beberapa kota sudah menerapkan untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai saat berbelanja, seperti di tempat perbelanjaan tidak memberikan kantong plastik melainkan menawarkan untuk membeli tas belanja, dengan cara ini secara perlahan bisa membuat masyarakat terbiasa untuk membawa kantong belanja sendiri dari rumah ketimbang untuk membelinya di tempat perbelanjaan.

Kebiasaan tersebut tidak bisa langsung dihilangkan sekejap mata atau dalam waktu singkat. Namun harus dilakukan dengan bertahap seperti dimulai dengan sosialisasi untuk meninggalkan penggunaan kantong plastik sekali pakai yang dapat berdampak buruk pada lingkungan. Selanjutnya adalah dengan mengajak toko-toko atau swalayan untuk tidak memberikan kantong plastik sekali pakai secara gratis. Beberapa toko di mall yang pernah saya kunjungi sejak setahun terakhir ini di antaranya tidak memberikan kantong plastik sekali pakai kepada pembeli. Terkadang pihak kasir menawari, memilih untuk membeli goodie bag / tote bag mereka (dengan harga cukup merogoh kocek) atau memilih untuk menenteng barang belanjaan tanpa wadah sama sekali. Nah dari sini mungkin akan membuat masyarakat mulai jengah dan akhirnya memutuskan untuk membawa tas sendiri sebagai wadah barang belanjaannya.

Tentu saja bisa, namun upaya tersebut tentunya cukup sulit dilakukan mengingat bahwa penggunaan kantong plastik sekali pakai sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagi masyarakat luas.

Solusi untuk masalah ini sebenarnya sudah diterapkan di Indonesia, beberapa toko perbelanjaan sudah mulai menerapkan menggunakan tas belanja untuk mengganti kantong plastik.