Pelecehan Seksual Penyebab PTSD (Post-Traumatic Stress Disorders)?

image
Dewasa ini kata pelecehan seksual sudah tidak asing lagi didengar, hal ini didukung dengan timbulnya kasus pelecehan seksual di Manchester, Inggris yang mana pelakunya adalah warga negara Indonesia berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut membuat kasus tersebut semakin ramai dibicarakan sehingga memuncaki rating berita di negara ini.

Perlu diketahui, pelecehan seksual adalah salah satu hal terburuk dan terberat yang bisa dialami manusia, baik perempuan maupun laki-laki. Selain luka fisik juga membawa luka batin atau psikis yang membutuhkan waktu untuk sembuh.

image
Sumber : Katadata.com

Melihat data yang ada, sumber dari katadata.com (2018), kasus pelecehan seksual masih sangat rentan terjadi di Indonesia, setidaknya ada 27.288 dari 49.615 responden pernah mengalami pelecehan seksual , itu berarti banyak dari kita pernah megalami hal tersebut. Namun, tidak banyak orang yang berani untuk berbicara tentang masalah ini, banyak dari mereka masih merasa tabu bahkan malu karena menganggap akan menyebarkan aibnya diri sendiri atau bahkan takut karena ancaman dari pelaku.

Kasus pelecehan seksual menurut data dari Merdeka.com, meningkat 14% di tahun 2019. Hal itu berarti kasus ini masih akan terus meningkat tanpa adanya penanganan dan keberanian para korban untuk berbicara. pelecehan seksual sendiri dapat terjadi di berbagai tempat, seperti di sekolah, perkantoran, tempat umum, dan transportasi umum lainnya, bahkan lingkungan keluarga sendiri yang seharusnya menjadi tempat paling aman.

Banyak korban yang pernah mengalami pelecehan seksual akan cenderung merasa tidak percaya menganggap dirinya tidak berguna, mengalami depresi, rasa sakit hati yang mendalam, serta rasa takut akan intimidasi yang akan mereka hadapi, mereka takut tidak akan lagi diterima oleh masyarakat. Mereka cenderung akan mengurungkan diri, bahkan mengalami trauma psikis.

Membahas tentang Post-Traumatic Stress Disorders disingkat PTSD merupakan gangguan mental berupa trauma yang dialami oleh seseorang setelah mengalami suatu peristiwa yang menyakitkan dalam hidupnya. Seperti kehilangan orang yang dikasihi, bencana alam, kekerasan, penculikan, kecelakaan, kematian, bahkan pelecehan seksual.

Orang yang menderita PTSD akan mengingat kembali rasa sakit di masalalunya dan memunculkan rasa trauma dalam dirinya jika dia melihat, mendengar, mencium, maupun merasakan hal-hal yang berkaitan dengan masalalunya.

Gejala orang yang menderita PTSD yaitu, mengalami mimpi buruk tentang peristiwa di masalalu, menghidupkan peristiwa traumatis tersebut seakan-akan peristiwa tersebut terjadi lagi ( Flashback) , Munculnya ingatan tentang masalalu yang bersifat mengganggu dan datang berulang, mengalami stres berat dan panik terhadap sesuatu yang mengingatkan pada peristiwa di masalalu.

Mereka yang mengalami PTSD akan cenderung mengalami pikiran negatif tentang dirinya, orang lain, lingkungan, bahkan dunia, mereka akan cenderung merasa putus asa, tak jarang mereka akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan mereka akan mati rasa secara emosional.

Tak sedikit para penderita juga mengalami perubahan emosional, seperti mudah kaget dan ketakutan, suka melakukan hal yang dapat merusak diri sendiri, sulit untuk tidur, sulit berkonsentrasi, dan agresif.

Tidak semua orang yang pernah mengalami pelecehan seksual akan mengalami gangguan PTSD, namun mereka yang pernah mengalami pelecehan seksual dan muncul rasa trauma dalam jangka waktu yang panjang, patut digolongkan pada orang yang mengalami gangguan PTSD. Hal tersebut dapat terjadi karena pada otak manusia terdapat organ yang bernama “Amigdala”, organ inilah yang berfungsi untuk menyimpan ingatan-ingatan manusia. Organ ini akan lebih menyimpan memori-memori yang bermakna. Seperti halnya memori tentang kasus pelecehan seksual tersebut. Dengan tersimpannya memori tesebut dalam amigdala, maka hal itulah yang memicu munculnya rasa trauma .

Ada beberapa cara mendiagnosis gangguan PTSD ini seperti memeriksakan diri pada dokter, melakukan evaluasi psikologis, serta menggunakan kriteria dan Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), yang telah diterbitkan oleh American Psychiatric Association.

Untuk mengatasi gejala PTSD pada seseorang, diperlukan adanya pengobatan dan terapi khusus. Biasanya dokter akan memberikan obat antidepresan dan antipsikotik serta menyarankan untuk melakukan psikoterapi, baik psikoterapi kelompok, perilaku, maupun hipnoterapi.

Penderita PTSD disarankan untuk menghindari hal – hal yang dapat mengingatkan pada traumanya, sebisa mungkin menghindari tempat, kegiatan atau orang yang dapat mengingatkan pada kejadian di masalalu.

Kasus pelecehan seksual sebenarnya tidak hanya berdampak pada korban saja, namun juga pada lingkungan. Orang-orang sekitar tentu akan mengalami gangguan kecemasan akibat adanya kasus tersebut.

“Keadaan seluruh dunia berubah. Sekarang apa? Negara-negara komunis pun mengakomodasi kapitalisme. Perang Dingin tidak ada lagi. Saya sendiri tetap seperti dahulu, menentang ketidakadilan dan penindasan. Bukan sekadar menentang, tetapi melawan! Melawan pelecehan kemanusiaan. Saya tidak berubah”.- Pramoedya Ananta Toer

Kalimat diatas merupakan kalimat yang di ucapkan Pramodya Ananta Toer, sebagai tokoh sastrawan, ia juga memberikan argumentasi yang mengajak kita semua untuk bisa melawan para pelaku pelecehan seksual , hal tersebut dimaksud agar para pelaku merasa jera atas tindakan negatif yang telah dia lakukan pada korban.

Melihat lemahnya hukuman yang didapat oleh para pelaku, hendaknya para pelaku yang terlibat dalam aksi pelecehan seksual dapat ditangani dengan hukuman yang setimpal. Selain itu, sebaiknya para pelaku juga mendapatkan rehabilitasi sebagai upaya dalam mengembalikan kejiwaan yang bermasalah dalam diri pelaku, sehingga korban yang ada akan semakin menurun.

Tak hanya itu, sudah sepatutnya kita juga berani untuk berbicara dan berterus terang jika kita mengalami pelecehan seksual, hal tersebut dilakukan agar kasus pelecehan seksual yang ada di Indonesia semakin berkurang. Dengan begitu, penderita PTSD yang ada di Indonesia juga dapat semakin menurun.

Melihat kasus tersebut semakin meningkat, seharusnya kita sendiri juga harus semakin bisa membuka pikiran kita, bahwa jika ada korban dari pelecehan seksual yang mengalami gangguan mental PTSD sudah bukan sepatutnya lagi kita melakukan bullying atau malah menjauhi korban, namun sudah seharusnya kita memberikan dukungan penuh pada penderita PTSD agar dapat bangkit dari rasa terpuruknya. Selain itu juga sudah sepatutnya kita jadikan pembelajaran agar kita semakin berhati-hati pada lingkungan sekitar.

Selain itu, kita juga dapat mencegah munculnya PTSD, dengan mencari dukungan dan semangat dari orang yang tepat, serta berhenti untuk memikirkan hal yang sudah terjadi, pada awalnya orang-orang akan terus mengingat kejadian mengerikan yang telah mereka alami, hal tersebutlah awal pemicu munculnya PTSD.

DAFTAR PUSTAKA

2 Likes

Kalau membaca situasi, mungkin kita juga bisa melihat dari perspektif berdeda. Tujuannya agar semakin kaya dalam pengetahuan. Nah, mungkin bisa kita lihat juga dari kaca mata korban laki-laki dan anak-anak…(khusus pelecehan seksual)… Mungkinkah?

|Salve…!

1 Like

Wahhh panjang sekali yaaa. Jadi saya nggak cuku gabut buat membacanya. Jadi cuman kasih lope aja cukup kali yaaaa mwehehe :slight_smile:

1 Like

Wah keren sekali artikelnya :blush::blush::blush:. Memang yang paling menyakitkan adalah trauma pasca kejadian, apalagi untuk pelecehan seksual terhadap perempuan akan ada penghakiman dari masyarakat. Padahalkan mereka korban, tapi malah disalah-salahkan. Sedih juga kepekaan masyarakat kita kurang :confused:.

1 Like