Optimalisasi Sisa Air Wudhu di Masjid Al-Ichsan MAN 4 Banyuwangi untuk Pemberdayaan Lingkungan Madrasah (MKTIA GBQ VII)

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ancaman kekeringan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut potensi kekeringan di Indonesia terjadi karena iklim yang tidak menentu sehingga bencana kekeringan sulit diprediksi. Perkembangan teknologi dan industri menyebabkan meningkatnya kadar CO2 di atmosfer yang berakibat pada peningkatan suhu bumi yang biasa disebut pemanasan global. Hal ini berdampak pada masalah ketersediaan air tanah. Menipisnya ketersediaan air tanah dapat dicegah dengan berbagai cara di antaranya dengan konsep reuse. MAN 4 Banyuwangi merupakan salah satu sekolah yang berada di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur yang memiliki lingkungan hijau dan merupakan salah satu sekolah adiwiyata di Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah 850 siswa. Sebagai sekolah yang berbasis agama Islam, terdapat beberapa konsep agama Islam yang mulai ditanamkan sejak dini di antaranya adalah sholat. Karena kegiatan belajar mengajar yang berakhir pada pukul 14.25 maka para siswa MAN 4 Banyuwangi diwajibkan untuk melaksanakan sholat dhuha dan dhuhur berjamaah disekolah. Sebelum melaksanakan sholat, para siswa pasti akan mengambil air wudhu untuk mensucikan diri terlebih dahulu. Karena wudhu merupakan syarat sahnya sholat. Setiap siswa yang berwudhu menggunakan kurang lebih 5 liter air setiap harinya dengan jumlah siswa di sekolah MAN 4 Banyuwangi yang mencapai 850 anak. Air yang dikeluarkan setiap harinya berjumlah sekitar 4250 liter. Air bekas wudhu tersebut dibuang diselokan MAN 4 Banyuwangi kemudian dialirkan ke sungai sehingga air tersebut terbuang sia-sia tanpa ada pemanfaatan kembali. Oleh karena itu, bank air merupakan salah satu solusi mengatasi kelangkaan air pada musim kemarau.

2

1.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana cara memanfaatkan sisa air wudhu dengan menggunakan konsep reuse? 2. Manfaat apa saja yang akan diperoleh dari penggunaan sisa air wudhu?

1.3 Tujuan dan Manfaat

  1. Memanfaatkan kembali sisa air wudhu yang selama ini terbuang sia- sia
  2. Mengurangi penggunaan air dari sumur bor
  3. Menghemat persediaan air tanah
  4. Menggunakan limbah air wudhu untuk menyiram tanaman dan mengisi kolam ikan.

3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Ayat Al-Qur’an surah Al-Ma’idah ayat 6 :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub, maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” [QS. Al-Maidah (5) : 6]
( HR. Tirmidzi (2/419/1395), Shaihul Jami’ish Shaghir (5975)

هَلَ يِ ه
َ ف
ً َة ْتَ م ي ً ض ا
ْرَ أ َ ياْ ح
َ أْنَ م

“Barangsiapa yang menghidupkan tanah yang mati maka tanah itu menjadi miliknya”.
2.2 Landasan Teori
Lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku makhluk hidup. Segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung juga merupakan pengertian lingkungan. Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai daerah tempat suatu makhluk hidup berada, keadaan atau kondisi yang melingkupi suatu
ْ ْ ام َ و ِقِ اف َرَمْ ى ال َلِ إ ْ ك م َيِدْيَأَ و ْ ك م َ ل وا و ج وه ِسْ اغ َ ف ِ لاة َّ ى الص َلِ إ ْ ت م ْ ا ق م َذِ ن وا إ َ آم َ ين ِذَّ ا ال َهُّيَ ا أ َي ك م ِ ر ء وس ِ ح وا ب َس َ ر وا َّهَّ اطَ ا ف ً ج ن ب ْ ت م ْ ك ن ْنِإَ و ِنْيَبْعَكْ ى ال َلِ إ ْ ك م َج ل ْرَأَو نِ م ْ ك م ْنِ م ٌدَحَ أ َ اء َ ج ْوَ أ ٍرَفَ ى س َلَ ع ْوَ ى أ َضْرَ م ْ ت م ْ ك ن ْنِإَو ِ دْيَأَ و ْ ك م ِ و ج وه ِ ح وا ب َسْ ام َ ا ف ًبِِّيَ ا ط ً يد ِعَ م وا ص َّمَيَتَ ف ً اء َ د وا م ِجَ ت ْمَلَ ف َ اء َسِِّ ت م الن ْسَ لام ْوَ أ ِطِ ائ َغْال يد ِ ا ي ر َ ه م ْنِ م ْ يك م ِ َ م ْ ك م ْيَلَ ع َلَعْجَيِ ل َّاللَّ ك ر ون ْشَ ت ْ ك م َّلَعَ ل ْ ك م ْيَلَ ه ع َتَمْعِ ن َّمِ ي ت ِلَ و ْ ك م َرِِّهَ ي ط ِ يد ل ِ ي ر ْنِكَلَ و ٍجَرَ ح ْ ن
4

makhluk hidup, dan keseluruhan keadaan yang meliputi suatu makhluk hidup atau sekumpulan makhluk hidup.
Menurut Undang Undang RI No. 4 tahun 1982, tentang Kententuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UndangUndang RI No. 32 Tahun 2009, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa: Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Otto Soemarno, seorang pakar lingkungan mendefinisikan lingkungan hidup sebagai berikut: Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Pengertian lingkungan hidup menurut S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf adalah semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi manusia.
Etika lingkungan merupakan kebijakan moral manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya. Etika lingkungan sangat diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Didalam etika lingkungan terdapat prinsip-prinsip yang digunakan. Adapun prinsipprinsip etika lingkungan menurut Sony Keraf antara lain: a. Sikap hormat terhadap alam b. Prinsip tanggung jawab c. Solidaritas kosmis d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam e. Tidak merugikan f. Hidup sederhana dan serasi dengan alam g. Keadilan h. Demokrasi
5

2.3 Uraian Pendapat
Menurut Shelia B.Red (1995) kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak tata kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan bencana.
Menurut Palmer (1965) kekeringan meteorologis suatu interval waktu yang mana suplai air hujan aktual suatu lokasi turun lebih pendek dibanding suplai air klimatologis sesungguhnya (estimasi normal).
Menurut Changnom (1987) kekeringan pertanian suatu periode ketika air tanah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sehingga pertumbuhannya tetap, bahkan tanaman mati.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa salah satu akibat global warming adalah kekeringan. Kekeringan bukan hanya berdampak buruk kepada manusia, tetapi pada ekosistem disekitarnya seperti tumbuhan dan hewan.
2.4 Uraian Pemecahan Masalah
Reuse berarti menggunakan kembali limbah air wudhu yang masih dapat digunakan kembali untuk fungsi yang lainnya seperti menyiram tanaman dan mengisi kolam ikan. Konsep reuse ini digunakan pada sisa air wudhu di Masjid Al-Ichsan MAN 4 Banyuwangi yang selama ini belum pernah dimanfaatkan kembali.
Menurut Howard S Peavy sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Cara Gravitasi Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,
6

sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi. b. Cara Pemompaan Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup. c. Cara Gabungan Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat.
7

BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam penelitian ini digunakan metode Problem Solving.
Problem Solving oleh Evans (1994) diartikan sebagai aktivitas yang dihubungkan dengan penyeleksian sebuah cara yang cocok untuk tindakan dan mengubah suasana sekarang menjadi suasana yang dibutuhkan. Proses pemecahan masalah yang dikemukakan G. Polya (1973) dalam bukunya berjudul “How to Solve it” menjelaskan secara rinci bagaimana suatu masalah diselesaikan: a. Memahami permasalahan dan merencanakan pemecahan masalah b. Memahami hubungan antara kenyataan dan harapan c. Melaksanakan pemechan masalah (solusi) berdasarkan rencana d. Memeriksa kembali hasil dari pemecahan masalah yang telah dilakukan.
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, baik yang berupa data primer maupun data sekunder, melalui survei yang dilakukan pada wilayah penelitian. Adapun survei yang dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan tersebut adalah:

  1. Data Primer Bertujuan untuk mencari data yang sifatnya tidak tertulis atau data yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Survei dilakukan secara langsung di lapangan. Tujuannya untuk menghasilkan data-data tidak tertulis yang hanya biasanya didapatkan dengan pengamatan secara langsung mengenai pendistribusian sisa air wudhu di MAN 4 Banyuwangi untuk melestarikan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa
    8

pengukuran jumlah air dari sisa wudhu, luas bank air, dan pendataan peralatan yang dibutuhkan untuk pendistribusian air.
2. Survei Sekunder Merupakan kegiatan pencarian data melalui kajian literatur, hasil penelitian terdahulu, kondisi wilayah penelitian, ataupun data tertulis lainnya. Data sekunder yang dibutuhkan adalah peta jaringan pipa distribusi, fasilitas di lingkungan madrasah, dan data kebutuhan penggunaan sisa air wudhu. Selain itu data-data sekunder didapat juga dari hasil diskusi penulis dengan karyawan di MAN 4 Banyuwangi.

3.2 Prosedur Penelitian
Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut:

  1. Mengukur panjang pipa untuk pendistribusian air
  2. Menghitung jumlah warga MAN 4 Banyuwangi
  3. Menghitung jumlah kebutuhan air wudhu warga MAN 4 Banyuwangi.
  4. Melakukan analisis penggunaan sisa air wudhu untuk kepentingan pelestarian lingkungan dan pembuatan kolam ikan.

9

BAB IV
PEMBAHASAN
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi kehidupan di dunia. Sebagai makhluk hidup tidak terlepas dari air. Dapat diketahui bahwa makhluk hidup tidak bisa hidup jika tidak ada air. Kita ambil contoh kehidupan manusia purba zaman dulu, pasti mereka hidup dan bertempat tinggal di daerah yang dekat dengan sumber mata air. Apalagi zaman sekarang ini, air bersih menjadi masalah utama dalam kehidupan sehari-hari.
Pada era modern ini, teknologi dan industri berkembang sangat pesat. Perkembangan industri ini menyebabkan meningkatnya kadar CO2 diudara yang berdampak pada meningkatnya suhu bumi, atau biasa disebut dengan pemanasan global. Adanya pemanasan global juga berpengaruh terhadap tersedianya cadangan air terutama air tanah. Air tanah yang terus-menerus dieksploitasi tanpa diimbangi dengan ketersediaan resapan air, akan menimbulkan kekeringan ketika terjadi musim kemarau. Hal ini dapat dicegah dengan salah satu cara yaitu menghemat dan menggunakan kembali air telah digunakan atau dikenal dengan istilah reuse.
Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Konsep reuse ini akan digunakan pada sisa air wudhu di Masjid Al-Ichsan MAN 4 Banyuwangi yang belum pernah dimanfaatkan kembali. MAN 4 Banyuwangi merupakan salah satu sekolah berbasis agama yang terletak di Desa Kesilir Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Letak geografis MAN 4 Banyuwangi yang dekat dengan aliran sungai menyebabkan ketersediaan air yang cukup melimpah terutama pada musim hujan. MAN 4 Banyuwangi merupakan sekolah dibawah naungan Kementrian Agama yang memiliki jumlah sekitar 850 siswa. Karena MAN 4 Banyuwangi merupakan sekolah yang berbasis agama Islam, maka sudah menjadi program sekolah bahwa siswa-siswinya dilatih untuk menjalankan syari’at Islam, baik yang wajib maupun sunnah. Kegiatan belajar mengajar di
10

MAN 4 Banyuwangi dimulai pada pukul 06.45 sampai 14.25, sehingga siswasiswinya diwajibkan untuk melaksanakan sholat dhuha dan dzuhur berjamaah di masjid sekolah.
Di MAN 4 Banyuwangi keperluan air bersih sudah sangat mencukupi, sehingga siswa-siswi MAN 4 Banyuwangi tidak resah lagi terhadap keperluan air bersih untuk bersuci. Sebelum sholat, siswa-siswi MAN 4 Banyuwangi pasti berwudhu terlebih dahulu untuk membersihkan hadas kecil. Salah satu syarat berwudhu yaitu menggunakan air yang suci dan mensucikan.
Oleh karena jumlah siswa-siswi MAN 4 Banyuwangi yang tidak sedikit, maka proses berwudhu menghasilkan sisa air yang tidak sedikit pula. Sisa air wudhu yang dihasilkan selama ini dibuang begitu saja keselokan, padahal limbah air wudhu merupakan limbah yang relatif bersih dan bisa dimanfaatkan kembali.
Menurut Kodoatie (2003), air bersih adalah air yang dipakai sehari-hari untuk keperluan mencuci, mandi, memasak, dan dapat diminum setelah dimasak. Syarat air bersih antara lain tidak mengandung bakteri pathogen yang bisa menyebarkan penyakit. Oleh karena itu, jika ditinjau dari segi ilmu pengetahuan bahwa limbah air wudhu memenuhi kriteria air bersih.
Metode yang diangkat penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah dengan menciptakan sistem penampungan limbah air wudhu yang disebut dengan bank air. Bank air ini yang nantinya menjadi salah satu solusi pemanfaatan kembali air sisa wudhu (reuse) dan diharapkan mampu mengurangi eksploitasi air tanah yang berlebihan pada musim kemarau, dan untuk mereka yang menggunakan air dari PDAM dapat menghemat anggaran.
Bank air ini dibuat dengan membuat penampung air yang ditempatkan dalam tanah. Air sisa wudhu dari tempat wudhu dihubungkan dengan pipa paralon yang mengairkan air sisa kedalam bank air. Bank air ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara. Setelah penuh, air akan dipompa dan disimpan kedalam tandon air yang nantinya bisa digunakan untuk menyiram tanaman, mengisi kolam ikan, dan pengairan tanaman hidroponik.
11

Beberapa pemanfaatan sisa air wudhu di MAN 4 Banyuwangi adalah diantaranya digunakan sebagai penyiraman tanaman. Biasanya tanaman dan pohon yang ada di MAN 4 Banyuwangi disiram dengan menggunakan air sumur, padahal limbah air wudhu juga bisa digunakan sebagai media untuk menyirami tanaman. Sebagai contoh lain, kolam ikan juga biasanya menggunakan air sumur, padahal penggunaannya sangat besar karena air di kolam ikan biasanya perlu diganti secara berkala. Dengan menggunakan sisa air wudhu sebagai air pengisi kolam ikan, tentunya akan sangat menghemat penggunaan air sumur serta menerapkan konsep reuse sebagai bagian dari konservasi lingkungan terutama penghematan air.

12

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneltian diatas, sisa air wudhu dapat digunakan untuk melesterikan lingkungan, yakni menyirami tanaman di sekitar madrasah dan untuk mengisi air kolam ikan. Manfaaatnya akan sangat terasa pada musim kemarau terutama pada daerah yang debit airnya sangat kurang, daerah yang sumber airnya harus membeli contohnya daerah perkotaan.
5.2 Saran
Manfaatkan air yang sudah tidak digunakan itu untuk hal-hal lain yang lebih berguna dengan konsep reuse. Walaupun stok air itu melimpah tapi kita juga harus berhemat untuk kelangsungan generasi berikutnya dan kelestarian lingkungan sekitar.

13

DAFTAR PUSTAKA
Tri Joko., 2010. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ahmad Warson Munawwir., 2002. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: Pustaka Progerssif.
Ibrahim Al-Bajuri., 2003. Al-Bajuri ‘Ala Ibn Qasim. Surabaya: Maktabah Hidayah. Supiana dan M. Karman., 2004. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Alie Yafie., 2005. Ensiklopedi Al-Qur’an Jilid I; Bersama Allah. Jakarta: PT. Kharisma Ilmu.
Muhammad Akrom., 2010. Terapi Wudhu; Sempurna Shalat Bersihkan Penyakit. Yogyakarta: Mutiara Media.
Rachmad Taufiq Hidayat., 1995. Khazanah Istilah Al-Qur’an. Bandung: Mizan. Nina M. Armando, et. All. (ed.)., 2005. Ensiklopdi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Muhammad Syafi’ie El-Bantanie., 2010. Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sulaiman Rasyid., 2007. Fiqh Islam; Hukum Fiqh Lengkap. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Harum M. Huasein., 1993. Lingkungan Hidup: Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Prabang Setyono., 2011. Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan dalam Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Enviromental Insight Quotient). Surakarta: UNS Press dan LPP UNS. Abu Abdil Barr, 2009. Ayo Tanami Lahan Tidur.