Negeri Para Covidiot

Dua Maret dua ribu dua puluh, masyarakat Indonesia digemparkan dengan adanya virus yang berasal dari China tepatnya kota Wuhan. Nama virus tersebut adalah SARS-CoV-2 atau biasanya mereka memanggilnya Corona. Corona adalah sebuah penyakit yang menyerang pernafasan. Awal mula Corona ini masuk ke Indonesia karena salah satu WNA Jepang menemui temannya yang berada di Kota Bogor. Pemerintah telah mengeluarkan himbauan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, bahkan akan ada rencana untuk lockdown masing - masing daerah.

Tubuh itu terus berasap, setelah membaca beberapa garis yang ada di koran yang bisa di bilang hangat-hangatnnya. Tuan Cahyadi menjadi gelisah dan dengan nada yang cukup keras dia memanggil istrinya.

“Buk…Ibuk!” panggilnya

“Ada apa to,Pak, kok teriak-teriak begitu? Seperti akan terjadi bencana besar saja.” jawab ibu Cahyadi sambil berjalan santai.

“Corona ini lo Bu, Corona,” kata Tuan Cahyadi sambil menodongkan koran yang ia pegang tadi.

“Ya sudah to, Pak, gak usah panik, pemerintahkan sudah mengatur. Para medis juga berusaha mengobati,”jawab Ibu sambil menenangkan Tuan Cahyadi.

“Ayo Bu, buruan dandan,” ajak Tuan Cahyadi tiba-tiba

“Mau ke…” belum selesai berbicara, kalimat Bu Cahyadi telah di potong oleh suaminya.

“Udah, gak usah banyak tanya!” bentak Tuan Cahyadi

Tak butuh waktu lama Tuan Cahyadi dan istrinya telah sampai di sebuah pusat perbelanjaan. Tanpa pikir panjang mereka membeli-oh,tidak! Sepertinya tidak terlihat membeli lebih tepatnya memborong masker, beras, gula, dan barang pokok lainnya.

“Ayo Bu ambil yang banyak. Kita punya banyak uang untuk membeli ini semua, lalu kita jual saat harga pasar mulai melonjak naik. Kita akan untung besar, Bu,”ucap Tuan Cahyadi sambil mendorong troli.

WhatsApp Image 2020-04-17 at 07.59.37

Sumber http://twitter.com/fred_baldwin

Satu bulan telah berlalu, virus ini semakin betah berada di Indonesia. Banyak pahlawan medis gugur karena APD semakin langka. Tak hanya APD, masker pun mulai habis.

Di lain sisi, hidup seorang yang jauh dari kata tercukupi yaitu pak Tisna, bekerja sebagai driver ojek online. Beliau terkena dampak adanya virus ini. Beliau yang biasanya mengantar mahasiswa, karyawan bahkan mengantarkan ibu-ibu hendak ke pasar, sekarang hanya mendapatkan satu atau dua penumpang.

“Harga barang-barang pokok semakin mahal, order -an semakin sepi.” keluh pak Tisna.

Mentari yang awalnya menyengat menembus kulit terkalahkan oleh awan hitam yang berubah menjadi rintikan air yang jatuh ke bumi. Pak Tisna yang awalnya ingin membeli bahan pokok, kini hanya bisa berteduh dikarenakan pasarnya telah tutup.

“Gara-gara salah satu pedagang terkena Corona, pasar ini harus ditutup. Dimana harus mencari pasar yang menjual bahan pokok lagi?”tanya pak Tisna pada dirinya sendiri.

Menyusuri jalanan yang mulai sepi, warung-warung di sepanjang jalan mulai tutup. Tak disangka-sangka, pak Tisna menemukan sebuah toko yang ia pikir cukup lengkap. Didatangilah toko tersebut.

“Wah! Lengkap sekali toko ini,” teguk kagum pak Tisna.

“Selamat datang, cari apa ya, Pak?” tanya tuan Cahyadi.

“Mau cari beras, gula, telur Pak. Oh iya beras 1 kg-nya berapa ya pak?”tanya pak Tisna ke pada tuan Cahyadi.

“1 kg-nya Rp.15.000” jawab tuan Cahyadi ketus

“Kok melonjaknya jauh sekali Pak?” tanya pak Tisna bingung

“Kalau tidak punya uang tidak usah beli! Pergi sana! Cari toko yang menurutmu murah!” Usir tuan Cahyadi

Dengan berat, kaki itu melangkah, pergi meninggalkan toko tersebut.

“Apa yang harus ku katakan pada orang rumah, aku pulang hanya membawa sedikit uang. Bahkan aku tak bisa mendapatkan beras, gula, dan telur untuk kebutuhan sehari-hari,” keluh kesan pak Tisna dalam hatinya.

Gelisah, resah, gundah semua menjadi satu. Bisikan-bisikan halus setan pun mulai masuk kedalam alam bawah sadar pak Tisna. Di perjalanan pulang ia melihat sebuah masjid dan ia masuk ke sana. Kondisi masjid yang sepi…

“Aku tahu ini salah, Namun malu rasanya bekerja seharian, namun tak bisa membawakan apa-apa untuk keluarga,”batin pak Tisna sambil memegangi kotak amal.

Tanpa pikir panjang lagi, ia membawa kotak amal itu dan pergi dari masjid. Tak disangka marbot masjid tersebut mengetahui aksi pak Tisna.

“Maling! Maling!” seru marbot tersebut

Akhirnya pak Tisna di bawa ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.

Berita hari ini, karena adanya virus Corona menyebabkan perkenomian menurun. Pagi ini terjadi pencurian kotak amal di masjid. Pelaku telah dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

“Dasar rakyat miskin, sudah miskin tukang nyolong lagi!” hujat Tuan Cahyadi setelah melihat berita tersebut.

-Tamat-

2 Likes