Muhasabah Pembentuk Hati

images - 2020-05-10T224408.689

Tahun 2020 mungkin akan menjadi tahun yang akan selalu di-ingat oleh kita, beragam pristiwa mewarnai tahun yang bahkan belum berjalan setengahnya ini, dimulai dari desas desus perang Dunia di awal tahun, hingga pandemi yang membuat kita takut serta bertanya-tanya arti dari semua kejadian ini. Tak jarang kita pun berpikir apakah hal tersebut sebuah ujian atau cobaan dari Allah SWT. Namun yang harus diperhatikan adalah, sejauh mana kita mengambil pelajaran dari semua keadaan ini, terlepas dari ujian atau cobaan dan juga keresahan yang kita alami, kita harus percaya ketentuan Allah adalah yang terbaik untuk kita,

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 216 :

“Boleh jadi kamu membenci suatu hal, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai suatu hal, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”

Dari penggalan ayat di atas kita dapat sedikit mengetahui dan menyimpulkan bahwa suatu hal memiliki makna atau arti tersendiri yang mungkin kita sebagai manusia tidak mengerti, mengenai hal tersebut baik atau buruk untuk kita, Allah lah yang maha mengetahui dan Allah adalah sebaik-baiknya petunjuk, serta sekenario Allah adalah yang terbaik.

Di bulan suci penuh berkah ini alangkah baiknya jika kita sebagai manusia lebih fokus terhadap pembenahan diri dan melihat lebih dalam apa yang telah kita lakukan sebagai seorang hamba, hingga kita sadar akan makna dari sebuah kejadian atau keadaan yang menimpa kita merupakan ujian atau teguran dari Allah SWT, serta mengambil pelajaran dari hal tersebut dan membuat kita menjadi insan yang lebih baik lagi, serta menerima keputusan Allah dengan ikhlas dan dengan hati yang terbuka.

Saat kita paham tentang esensi kita sebagai seorang hamba, secara otomatis kita akan perlahan membentuk akhlak tawadhu tentang lemahnya keberadaan kita, sadar bahwa kita tidak memiliki hak menentang takdir Allah, dan yang dapat dilakukan hanyalah menerima serta percaya hal tersebut adalah yang terbaik untuk kita. Hati yang menerima takdir Allah akan membentuk pola pikir bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini atas izin-nya, tidak gusar terhadap situasi apapun dan menerima kondisi tersebut sebagai jalan yang ditentukan Allah untuk kita, dan membuat keimanan kita bertambah seiring berjalanya waktu.

“Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan; seungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-ku), maka sesungguhnya adzabku sangat pedih” (QS : Ibrahim ayat 7)

Akhlak yang baik adalah sifat dimana kita menerima semua keputusan Allah dan menghargai hubungan kita terhadap sesama manusia sebagai hamba dari Allah yang maha esa, tak perduli suku, agama, warna kulit dan status sosial, semua mahluk di bumi pun diciptakan oleh Tuhan yang satu yaitu Allah, sudah sepatutnya bagi kita untuk lebih menerima dan menghargai perbedaan yang di-izinkan oleh Allah untuk ada di dunia ini, dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 13, Allah berfirman :

“Wahai manusia, sesungguhnya aku menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-sukusupaya kamu saling mengenal. Sesunnguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah oalah yang paling takwa di antara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”

Walau tak sedikit dari kita yang lupa atau mengacuhkan ayat di atas dengan alasan mereka yang bersebrangan dengan kita dapat menggoyahkan iman kita, namun kita harus belajar serta membekali diri kita dengan pengetahuan dan iman yang cukup, karena tak menutup kemunkinan juga justru mereka yang mendapat hidayah dan berjalan di jalan Allah, sesungguhnya Allah dapat membolak balikan hati manusia. Hati yang suci tak tersentuh nafsu dan pikiran demi kepuasan pribadi, yang diharapkan oleh hati yang suci hanyalah ridho Allah SWT terhadap diri sang pemilik hati tersebut, ridho Allah yang melebihi semesta dan isinya, merupakan hadiah luar biasa yang dapat dimiliki seorang manusia,

Dengan hati yang suci dan pemahaman tentang arti sesungguhnya seorang hamba yang mengikuti semua perintah tuhanya serta menjauhi semua larangan-nya. Manusia dapat membentuk akhlak yang baik dan terpuji serta diridhoi oleh Allah, dengan berbuat baik terhadap semua mahluk dan segala aspek dalam kehidupanya,

Pada momen Ramadhan yang penuh kesucian ini, walaupun berbeda dengan Ramadhan Tahun-tahun sebelumnya, kita tetap terus menggenjot kebaikan dan lebih memperbaiki akhlak kita, di tengah pandemi yang membuat kita berdiam diri di dalam rumah, tidak boleh menghentikan niat dan perbuatan baik kita untuk mendapat keridhoan Allah, justru saat-saat seperti ini banyak orang yang membutuhkan perhatian serta uluran tangan dari kita, untuk menghadapi kondisi ini bersama, Rosullah bersabda :

“perumpamaan, orang-orang mukmin dalam hal salin terkait, salin menyayangi dan salin menyantuni adalah bagaikan satu tangan; jika salah satu anggota tubuh mengalami sakit, maka semua anggota tubuh lainya ikut serta tidak bisa tidur dan demam” (HR. Bukhari dan muslim)

Hal tersebut membuktikan keutamaan seorang mukmin untuk saling tolong-menolong membantu saudara kita yang membutuhkan bantuan dalam bentuk apapun, jika kita tak mempunyai apapun dan dalam kondisi yang juga serba kekurangan, kita dapat membantu dengan dukungan moral serta do’a agar mereka yang mendapatkan ujian atau cobaan mendapat kekuatan dan diberi keselamatan oleh Allah SWT, dan bagi yang mampu dalam segi ekonomi dapat menyalurkan bantuan-nya dalam bentuk materi dan juga do’a dengan ikhlas yang dapat disalurkan pada mereka yang membutuhkan. Hal tersebut mencerminkan kesucian hati serta kebaikan akhlak yang terpuji, terlepas dari pandangan orang menilai hal tersebut sebagai apa, jika niat kita melakukan hal tersebut demi mendapat keridhoan Allah, hati akan di penuhi ketenangan dan kenyamanan, tanda ketulusan hamba yang mengharapkan rahmat dari Tuhan-nya.

Kesimpulan dari semua pernyataan di atas adalah, mungkin Allah memberi kondisi atau kedaan terhadap kita sebagai hambanya, sebagai petunjuk agar kita melihat lebih dalam pada diri kita (muhasabah), dan ketika kita menemukan masalah atau kekurangan dalam hati kita, kita dapat menjadikan-nya sebagi sebuah pembelajaran, untuk lebih mensucikan hati kita dan memperbaiki akhlak kita sebagai manusia, berjalan pada jalan Allah, mengikuti semua perintahnya dan menjauhi segala larangan-nya baik dalam hubungan kita terhadap Allah maupun hubungan kita terhadap sesama mahluk ciptaan Allah, terhadap hewan, alam dan semua aspek kehidupan yang diciptakan Allah untuk hidup berdampingan bersama kita sebagai manusia di dunia ini.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbutan tangan manusia agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS ar-Ruum [30] : 41)