Mitos Tentang Adopsi Anak, Bisa Menjadi Pancingan?

34e6d798e6ec2071d3b564c7cd1a051d

Adopsi berdasarkan KBBI adalah pengangkatan anak orang lain sebagai anak sendiri. Dengan kata lain adopsi adalah proses di mana seorang dewasa secara legal dan permanen mengambil alih tanggung jawab orang tua terhadap seorang anak. Hal itu menyebabkan ia memiliki hak dan tanggung jawab layaknya orang tua kandung atau wali yang sah terhadap anak yang diadopsinya. Tindakan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam alasan. Di masyarakat, terdapat anggapan yang berkembang tentang adopsi anak dan kemudian membentuk stigma tertentu terkait topik tersebut. Beberapa anggapan seperti “anak adopsi adalah anak pancingan untuk suami-istri memiliki anak kandung” hingga “anak adopsi dihilangkan identitas asli atau asal-usulnya demi kebaikan dan perkembangannya.” Namun, apakah anggapan-anggapan tersebut benar?

(Fakta dan Mitos Seputar Anak Adopsi — Pijar Psikologi #UnderstandingHuman)

Aku tidak setuju dengan mitos tersebut. Masih banyak pasangan yang mengadopsi anak hanya untuk menjadikannya sebagai “pancingan”. Padahal alasan tersebut yang tanpa didasari persiapan yang matang hanya akan merugikan anak yang diadopsinya nanti. Saat sudah berhasil punya anak misalnya, mereka bisa saja melupakan atau bahkan menelantarkan anak adopsinya karena sudah memiliki apa yang mereka inginkan. Sebelum memulai mengadopsi seorang anak, pasangan tersebut harus memiliki motivasi yang jelas.

Mengadopsi anak adalah keputusan seumur hidup, sehingga mereka juga harus berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan anak dari segi finansial maupun kasih sayang. Mereka harus mempertimbangkan apakah mereka mampu mengurus anak tersebut hingga ia bisa mandiri nantinya? Apakah rumah dan lingkungan tempat tinggalnya akan cocok untuk anak tersebut? Apakah mereka siap untuk menyatukan anak tersebut dengan keluarga barunya? Jadi menurut aku mitos tersebut tidak seharusnya dianggap benar karena jika adopsi dilakukan dengan motivasi dan persiapan yang tidak kuat, anak tersebut yang akan menjadi korbannya.

Referensi

https://www.nytimes.com/2020/04/18/parenting/guides/adopting-a-child.html

Menurutku anggapan tersebut adalah mitos. Psikolog menyebutkan bahwa mengadopsi anak tidak dapat dijadikan sebagai pancingan. Bagi pasangan yang belum dikaruniai anak tentu akan menimbulkan tekanan sosial di masyarakat tetapi dengan mengadopsi anak karena alasan untuk dijadikan pancingan menurutku ngga ada korelasinya, itu hanya akan cukup meringankan tekanan dari lingkungan sosialnya saja. lagipula, jika pasangan ingin memiliki anak terutama anak adopsi juga memerlukan perencanaan yang matang dan tanpa paksaan. Dalam PP No.54 tahun 2007 juga dijelaskan bahwa mengadopsi anak dilindungi secara hukum dan bersifat mengikat sehingga orang tua harus bertanggung jawab terhadap anak tersebut. Dalam artian lain, tindakan mengadopsi hanya untuk dijadikan sebagai pancingan itu tidak dibenarkan.

Referensi

Angkat Anak Sebagai Pancingan Hanya Mitos? - Health Liputan6.com

Menurutku hal tersebut tidak benar adanya. Untuk pasangan suami-istri, anak bisa didapat melalui proses kehamilan. Namun tidak semua pasangan beruntung bisa memiliki anak sendiri. Ketika hal itu terjadi, adopsi bisa menjadi pilihan. Menurut pendapat psikolog dari Universitas Atmajaya, putusan suami-istri untuk memilih adopsi anak tentunya merupakan keputusan bersama. Harapan ketika mengadopsi merupakan suatu bentuk upaya pasangan tersebut menjadi orangtua. Bukan malah menjadi pancingan. Beliau mengatakan kalau memang niatnya hanya menjadi pancingan, untuk kedepannya bisa menjadi masalah. Mengapa? Hal itu karena ketika suami-istri ketika sudah ingin mengadopsi anak, ada berbagai hal yang perlu dipersiapkan. Seperti kesiapan mental pasangan, komitmen yang kuat sebagai orang tua, perubahan hal teknis dan psikologis, pemberitahuan keluarga besar, dan masih banyak lagi.

Selain mental dan komitmen yang juga harus disiapkan pasangan ketika ingin mengadopsi anak adalah mengumpulkan informasi. Pengetahuan tentang adopsi ini penting diketahui terutama jika suami-istri ingin mengadopsi anak dari lembaga formal seperti Yayasan Sayap Ibu. Jadi, menurutku mitos tersebut tidak benar adanya. Kalaupun masih ada yang mengadopsi dengan motivasi seperti itu, siap-siap untuk mendapati berbagai masalah.

Referensi

Bahaya Jika Adopsi Anak Hanya Untuk Dijadikan Pancingan Hamil

Seharusnya pasangan mengadopsi karena mereka ingin menjadi orangtua bagi seorang anak, bukan untuk memancing kehamilan. Bayangkan ketika anak asuh tahu, kalau dia diadopsi sebagai “pancingan” untuk hamil, pasti akan sedih sekali.

Secara kesehatan, bisa dibilang informasi ini adalah Mitos. Tidak ada hubungannya mengadopsi anak dengan kemungkinan kehamilan. Pastinya, kesehatan yang baik secara keseluruhan dapat meningkatkan peluang untuk hamil dan ini tidak ada kaitannya dengan adopsi. Juga menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh National Infertility Association Resolve , persentase tingkat kehamilan setelah mengadopsi dan yang tidak mengadopsi adalah sama. Jadi, sekali lagi tidak ada hubungan antara adopsi dan kehamilan.

Maka, daripada sepasang suami istri hanya mengadopasi dan menjadikan seorang anak yang tidak berdosa sebagai pancingan untuk anak lainnya yang sangat di inginkan, kenapa tidak fokus saja, pada hal-hal yang berkaitan dengan program hamil. Bagaimana caranya kamu mampu memaksimalkan biologismu sendiri untuk mendapatkan keturunan.

Referensi

https://www.halodoc.com/artikel/adopsi-anak-dapat-memancing-kehamilan-mitos-atau-fakta

Dilansir dari Grid Health, menurut Dokter Reisa mengadopsi anak untuk pancingan kalau dari kedokteran adalah mitos karena secara langsung tidak berpengaruh. Aku sendiri setuju dengan pernyataan tersebut. Memang benar banyak pasangan yang setelah mengadopsi anak mendapat keturunan dari rahimnya sendiri. Namun, nenurutku hal tersebut terjadi karena mereka telah dipercaya oleh Tuhan untuk dapat merawat seorang anak dengan baik. Disamping itu hal tersebut juga sudah menjadi takdir untuk mereka dianugerahi seorang anak. Sehingga salah besar jika terdapat pasangan yang telah lama tidak memiliki keturunan kemudian mereka memutuskan untuk mengadopsi anak dengan alasan hanya untuk sebagai pancingan. Terkecuali mereka benar-benar yakin untuk mengadopsi anak dengan tujuan karena bersedia dan siap untuk merawat, membesarkan dan mendidik anak dengan baik layaknya anak sendiri.

Di era modern ini masih banyak cara lain untuk dapat memiliki keturunan, salah satunya dengan mengikuti program kehamilan yang sesuai dengan pasangan tersebut seperti program alamiah, inseminasi, atau program bayi tabung. Namun, jika pasien ternyata merupakan pasangan indertilitas yang memungkinkan sangat sulit untuk memiliki keturunan, maka dapat melakukan adopsi anak.

Sumber

Setyawati, Herlina Noor. 2019. Belum Hamil Juga? Adopsi Anak Bisa Memancing Kehamilan, Ini Koreksinya. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2021, pukul 12.28

Menurut para pakar menyatakan bahwa adopsi anak (proses non-medis) tidak meningkatkan kemampuan wanita untuk hamil setelah infertilitas (diagnosis medis) selama bertahun-tahun. Bahkan, ada penelitian yang juga membuktikan tidak adanya kaitan antara hal tersebut.

Menurut studi National Infertility Association menunjukkan bahwa tingkat peluang kehamilan setelah adopsi bayi sama dengan orang yang tidak mengadopsi. Mitos ini mungkin banyak beredar karena kita lebih sering mendengar kasus kehamilan spontan setelah pengangkatan anak, sehingga lebih mudah diingat. Padahal nyatanya hal tersebut sangat jarang terjadi.