Misteri Senjata Kuno, Cupu Manik Astagina

Selamat malam dictioners, kali ini aku mau membahas salah satu senjata kuno dari Indonesia, yaitu Cupu Manik Astagina. Senjata ampuh tanpa meninggalkan luka yang satu ini sangat terkenal di dunia pewayangan ala jambudwipa. Bahkan kemampuannya juga melahirkan banyak kesatria lahir dari kutukan Resi Gotama. Tiga di antaranya adalah Resi Subali, Panglima Sugriwa, dan Kesatria Hanuman. Cupu Manik Astagina ini adalah benda dari kahyangan dan mempunyai keampuhan untuk melihat masa depan dan memperlihatkan gambaran surga. Meskipun benda ini tak mempunyai sisi tajam layaknya senjata, namun sangat mematikan apabila dipegang oleh orang tertentu. Pemilik asli benda ini sebenarnya adalah Batara Surya dan benda itu jatuh ke bumi melalui Dewi Windradi atau nenek dari Hanuman. Bagaimana menurut kalian?

menurut sumber yang ku baca, Cupu adalah suatu wadah berbentuk bundar kecil terbuat dari kayu atau logam, sedang manik adalah permata. Kesaktian Cupu Manik Astagina adalah dapat memperlihatkan tempat-tempat di dunia tanpa harus mendatanginya.

Suatu ketika, Dewi Indradi memberikan Cupu Manik Astagina kepada Anjani. Ini membuat iri dua saudaranya, Guwarsi dan Guwarsa. Ketiga bersaudara ini pun bertengkar memperebutkannya. Keributan ini lalu didengar oleh ayah mereka. Resi Gutama lalu bertanya kepada Dewi Indradi, darimana dia memperoleh cupu itu. Dewi Indradi yang telah dipesan oleh Batara Surya untuk merahasiakan pemberiannya, hanya diam saja. Ini membuat marah Resi Gutama yang lalu mengutuk Dewi Indradi menjadi batu.

Cupu Manik Astagina lalu dibuang dilempar oleh Resi Gutama. Tempat jatuhnya cupu itu menjelma menjadi sebuah telaga indah dengan air yang sangat jernih, yang kemudian dikenal dengan nama Telaga Madirda. Tiga bersaudara, Anjani, Guwarsi, dan Guwarsa yang baru saja kehilangan ibu mereka, masih saja menurutkan hawa nafsunya berebut mustika itu dan terus mencarinya. Ketika sampai di Telaga Madirda, mereka mengira cupu itu ada di dasarnya. Guwarsi dan Guwarsa yang menyelam ke dalam telaga, ketika keluar berubah menjadi manusia kera. Sedangkan Anjani yang hanya memasukkan wajah dan tangannya, hanya kepala dan tangannya saja yang menyerupai kera. Mereka kemudian menjadi menjadi bangsa Wanara, manusia (nara) yang tinggal dihutan (wana), atau bangsa manusia kera.