Misteri Gunung Lawu

Misteri Gunung Lawu

Gunung Lawu termasuk salah satu gunung dengan pesona alam memukau yang terdapat di Indonesia. Rangkaian panjang pegunungan panjang ini terletak di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, mencakup tiga kabupaten sekaligus yakni Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan. Kemolekannya bahkan sudah terpampang sejak dari lereng gunung.

Tidak sedikit pendaki yang gagal menuntaskan ekspedisinya mencapai puncak Gunung Lawu. Kondisi fisik yang kurang memungkinkan untuk meneruskan perjalanan kerap menjadi alasan kegagalan. Di samping itu ada pula yang mundur karena tak kuat menghadapi gangguan-gangguan ghaib di sepanjang pendakian.

Peristiwa-peristiwa ganjil di kawasan Gunung Lawu kerap dikait-kaitkan dengan berbagai peristiwa-peristiwa sebelumnya. Semisal, peristiwa kebakaran hebat yang sempat menghanguskan ratusan hektar hutan di lereng gunung. Akibatnya, beberapa pendaki yang terjebak di tengah hutan tewas terpanggang.

Menjumpai hewan-hewan liar selama pendakian memang bukan “makanan” baru bagi pendaki. Sebab, alam bebas adalah tempat ternyaman bagi seluruh hewan. Namun, ada yang beda di kawasan Gunung Lawu ini. Jika beruntung, kita akan berjumpa dengan seekor burung jalak kuning. Jangan sekali-kali menghalaunya. Sebab, burung ini dipercaya sebagai jelmaan Kyai Jalak, pengawal setia Prabu Bhrawijaya. Ketika Prabu menghilang (moksa), Kyai Jalak menjelma menjadi jalak Kuning dan mendiami Gunung Lawu hingga sekarang.

Kemunculan Burung Jalak Kuning merupakan suatu pertanda baik. Biasanya, burung ini terbang rendah dan menuntun pendaki-pendaki yang tersesat atau terpisah dari rombongan. Namun, burung jalak tidak muncul sembarangan. Ia hanya menampakkan diri pada pendaki-pendaki yang pandai menjaga laku dan ucapan selama pendakian.

Misteri Gunung Lawu angker kian diperkuat oleh adanya kehadiran Pasar Setan. Kabar ini sudah tidak asing lagi di telinga para pendaki. Sebuah pasar yang tak terlihat dengan kasat mata ini berada di jalur Candi Cetho, lereng Gunung Lawu, sebuah lahan yang ditumbuhi ilalang.

Berbicara tentang jalur Candi Cetho, sebetulnya, jalur ini adalah jalur yang paling pendek dan cepat menuju puncak Lawu. Karena perjalanan dimulai dari 1.470 mdpl. Akan tetapi, jalur pendek ini sekaligus menjadi jalur yang paling berbahaya.

Sebab, tanjakan-tanjakan di jalur ini sangat terjal, jurang curam menganga di pinggiran track. Kabut tebal sering turun membuat jarak pandang menjadi begitu pendek dan memperbesar resiko tersesat, serta kepercayaan yang mengatakan bahwa jalur ini adalah perlintasan alam ghaib dan kehadiran pasar setan.

Oleh sebab itulah, mengapa jalur ini berbahaya dan tidak begitu favorit. Para pendaki lebih senang memilih dua jalur lainnya, yaitu jalur Cemoro Kandang dan jalur Cemoro Sewu.

Sebagian pendaki mengaku pernah mendengar suara bising, seakan berada di pasar, saat melewati sebuah lahan tanah yang berada di lereng Gunung Lawu. Terdengar pula suara yang sedang menawarkan dagangannya, mau beli apa?.

Konon, apabila di sana Anda mendengar suara-suara aneh tersebut, maka Anda harus membuang salah satu barang yang Anda punya. Sebagaimana orang yang sedang bertransaksi dengan cara barter.