BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Generasi Z merupakan generasi yang lahir pada tahun 1996-2009.
Generasi Z juga disebut Gen Net (Generasi Internet). Jika
diperhatikan, memang benar Generasi Z tumbuh di era digital yang
semakin berkembang. Tumbuh di era digital, Generasi Z sudah
mengenal teknologi dan akrab dengan perangkat digital canggih sejak
kecil. Secara tidak langsung, tumbuh dan berkembang di era digital
yang semakin canggih dapat mempengaruhi kepribadian mereka.
Akibatnya, dunia kembali harus bekerja keras menghadapi pola
perilaku dan karakteristik yang berimbas pada selera, layanan, cara
kerja, dan lain sebagainya. Berdasarkan analisis, karakteristik generasi
Z didominasi oleh sikap seperti; berambisi besar untuk mencapai
kesuksesan, multi tasking, menyukai hal instan, menginginkan
kebebasan, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, ingin mendapat
pengakuan, melek teknologi, dan lain sebagainya. Dalam pendidikan,
generasi Z lebih tertarik dengan pembelajaran berbasis digital.
Generasi Z yang terlahir di tengah derasnya arus informasi memiliki
cara ajar yang berbeda. Generasi sebelumnya yang dididik dengan
pola otoriter berbeda dengan generasi Z yang lebih suka tugas atau
kebijakan yang diterapkan rasional.
Secara umum, generasi Z memiliki karakter lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk mengakses perangkat digital,
mengeksplorasi dunia maya, berkomunikasi dan berinteraksi di media
sosial dibandingkan bertatap muka dan bercengkrama di kehidupan
nyata. Di sisi lain, mereka rawan memiliki potensi karakter negatif
seperti kurang pengalaman kerja, kecanduan internet dan kurang peka
terhadap lingkungan sekitarnya. Melihat kondisi yang seperti itu,
penulis mencoba merumuskan bagaimanakah metode pembelajaran
efektif sesuai karakter generasi Z yang berlandaskan al-quran surat an-
2
nahl ayat 125 yang berbunyi “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah
dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” Sesuai
dalil tersebut, maka generasi Z yang didominasi dengan karakter yang
kecanduan dengan internet bisa dilanjuti dengan tahap pendidikan.
Dalam pendidikan karakter dibutuhkan sebuah metode pembelajaran
yang khusus sesuai objek yang dididik. Karakter yang dimiliki oleh
generasi Z yang suka hal yang instan dapat diaplikasikan dengan
memberikan sebuah hikmah dan nasihat melalui media tersebut.
Dengan adanya karakter inilah yang membuat peneliti ingin
mengungkap metode pembelajaran yang cocok untuk generasi Z
berlandaskan surat an-bahl ayat 125.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
- Bagaimana karakter generasi Z dalam proses belajar?
- Bagaimana metode pembelajaran yang efektif sesuai karakter
generasi Z?
1.3 Tujuan penelitian
Sesuai rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini sebagai
berikut: - Untuk mengetahui karakter generasi Z dalam proses belajar.
- Untuk mengetahui metode pembelajaran yang efektif sesuai
karakter generasi Z.
1.4 Manfaat Penelitiuan - Hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang sesuai untuk generasi Z. - Hasil penelitian dapat diimplementasikan untuk membuat ruang
yang kondusif dalam pembelajaran sesuai generasi di era digital.
3 - Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam membuktikan kekuatan Al-Quran untuk mewujudkan
Indonesia baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur di era digital.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Al-Quran Surat An-Nahl Ayat 125
َّن َربَّ َك
ِ
ْح َس ُنۚ إ
َ
َى أ
تِى ِه
َّ
ِٱل
ُهم ب
ْ
ِدل
َح َسنَ ِةۖ َو َج ٰ
ْ
َمْو ِع َظ ِة ٱل
ْ
َوٱل
ِح ْكَمِة
ْ
ِٱل
ِ َك ب
ِي ِل َرب
ٰى َسب
لَ
ِ
َو ٱدْعُ إ
هُ
ُمْهتَِدي َن
ْ
ِٱل
ُم ب
ْعلَ
َ
َو أ
ِيِل ِهۦۖ َوهُ
ِ َمن َض َّل َعن َسب
ُم ب
ْعلَ
َ
أ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S
An-Nahl:125)
Kandungan ayat tersebut adalah perintah kepada seluruh
umat manusia untuk menyeru kepada jalan yang diridhoi oleh
Allah SWT yakni addinul islam dengan cara yang sesuai
dengan keadaan objek dakwah, pemahaman dan
ketundukannya, melalui nasihat yang mengandung motivasi
dan peringatan, serta mendebat orang-orang yang
menyelisihinya dengan cara yang lebih baik dan dengan dalildalil yang kuat baik dari sisi perkataan, pemikiran dan
pengkondisian. Kalian tidak bertugas memberi manusia
hidayah, akan tetapi bertugas menyampaikan kepada mereka.
Sesungguhnya Rabbmu lebih mengetahui siapa yang tersesat
dari agama Islam dan Dia lebih mengetahui siapa yang
mendapatkan petunjuk.
Dalam Tafsir Al-Mukhtashar karya Al-Hafidz Ibnu Katsir
yang berbunyi “Serulah (wahai rasul) olehmu dan orang-orang
yang mengikutimu kepada agama tuhanmu dan jalanNya yang
lurus dengan cara bijaksana yang telah Allah wahyuykan
kepadamu di dalam al-quran dan sunah. Dan bicaralah kepada
manusia dengan metode yang sesuai dengan mereka, dan
5
nasihati mereka dengan baik-baik yang akan mendorong
mereka menyukai kebaikan dan menjauhkan mereka dari
keburukan. Dan debatlah mereka dengan cara perdebatan yang
terbaik, dengan halus dan lemah lembut. Sebab tidak ada
kewajiban atas dirimu selain menyampaikan, dan sungguh
engkau telah menyampaikan, adapun hidayah bagi mereka
terserah kepada Allah semata. Dia lebih tahu siapa saja yang
sesat dari jalanNya dan Dia lebih tahu orang-orang yang akan
mendapatkan hidayah.”
Adapun dalam Tafsir al-Wajiz karya Syekh Dr. Wahbab
al-Zuhaili yang berbunyi “Hendaknya ajakanmu kepada umat
manusia, yang Muslim maupun kafir tertuju kepada jalan
Rabbmu yang lurus yang mengandung ilmu yang bermanfaat
dan amalan shalih. “Dengan hikmah” maksudnya, setiap orang
sesuai dengan keadaan dan pemahaman serta sambutan dan
ketaatannya. Termasuk hikmah dalam berdakwah adalah
berdakwah dengan dasar ilmu, bukan kebodohan, memulai
dengan perkara yang paling penting (sesuai dengan skala
prioritas), lalu yang lebih penting daripada (yang sesudahnya)
dan yang lebih dekat dengan alam pikiran mereka dan mudah
dipahami, dengan cara (simpatik) yang lebih mendatangkan
sambutan lebih baik, dengan penuh kelembutan dan
persuasive. Bila sudah tunduk dengan cara hikmah, (maka itu
sangat bagus). Jika tidak mempan, maka beralih kepada
metode dakwah dengan pelajaran yang baik. Yaitu dengan
perintah dan larangan, yang diiringi dengan targhib (anjuran
keutamaan) dan tarhib (ancaman). Baik dengan
(menyampaikan) kemaslahatan yang terkandung oleh perintahpetintah dan menghitung-hitungnya dan bahaya yang
terkandung dalam larangan-larangan dan
menginventariskannya, atau dengan menyebutkan kemuliaan
yang diraih oleh orang-orang yang menegakkan agama Allah
6
dan penghinaan dan diterima orang yang tidak
menjalankannya. Maupun dengan menyebutkan sesuatu yang
telah Allah sediakan bagi orang-orang yang taat berupa balasan
baik di dunia dan akhirat, dan sesuatu yang dipersiapkan oleh
Allah bagi para pelaku maksiat, berupa hukuman dunia dan
akhirat. Bila obyek dakwah mengklaim keyakinan yang
dipegang teguh olehnya merupakan kebenaran (padahal salah)
atau ia seorang propagandis kebatilan, maka ditempuh cara
bantahan dengan cara yang lebih baik. Yaitu cara-cara yang
bisa lebih efektif agar dia menyambut dakwah secara nalar
maupun lewat dalil naqli. Termasuk, mengemukakan
argumentasi untuk menyerangnya dengan membawakan dalildalil yang dia yakini (selanjutnya dibantah satu persatu).
Sesungguhnya metode ini lebih efektif merealisasikan tujuan
dakwah, dan jangan sampai adu argumentasi mengarah kepada
pertikaian atau saling mencela yang akan memupus tujuan
dakwah itu sendiri dan tidak muncul manfaat darinya. Akan
tetapi, sasarannya adalah memberi hidayah kepada umat
manusia, bukan untuk mengalahkan mereka atau tujuan buruk
lainnya. Firman Allah, “Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya,”
Maha Mengetahui latar belakang yang menyeretnya kepada
kesesatan, dan Mengetahui perbuatan-perbuatan yang
menyebabkannya kepada kesesatannya, dan Allah akan
membalasnya dengan setimpal. “Dan Di-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk,” Allah
mengetahui bahwa mereka pantas menerima hidayah, lantas
menganugerahkannya kepada mereka dan memilih mereka.”
Dari sekian pendapat para ulama tentang kandungan surat
An-Nahl ayat 125 dan juga terjemah ayat tersebut yang
menyebutkan bahwa Allah memerintahkan Rasul mengajak
kepada agama Islam dan orang-orang beriman yang mengikuti
7
dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek dakwah,
pemahaman dan ketundukannya, melalui nasihat yang
mengandung motivasi dan peringatan, serta berdebat dengan
cara yang lebih baik dari sisi perkataan, pemikiran dan
pengkondisian. Allah tidak memberi tugas untuk memberi
manusia hidayah, akan tetapi tugas yang diberikan kepada
Rasul hanyalah menyampaikan bahwa Rabb mereka lebih
mengetahui siapa yang tersesat dari agama Islam dan Dia lebih
mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk, karena itu
jangan sia-siakan diri dengan kesedihan mendalam atas
mereka. Dari ayat tersebut kita dapat mengambil sebuah
pelajaran bahwa dalam memberi sebuah metode pembelajaran
haruslah disesuaikan dengan kondisi yang dididik. Contoh
kecilnya yaitu dengan menciptakan metode pembelajaran
sesuai generasi yang kita hadapi yakni generasi Z yang
termasuk generasi internet di era digital yang semakin canggih
ini.
2.2 Generasi Z
Generasi Z adalah generasi penerus setelah generasi
milenial. Menurut Pew Reseach, definisi dari generasi Z adalah
orang yang lahir setelah 1997 yang tumbuh dengan teknologi,
internet, dan media sosial. Lahir dan berkembang di era
teknologi digital menjadikan generasi Z sebagai pecandu
teknologi dan cenderung anti-sosial. Dalam definisi lain,
generasi Z merupakan generasi yang lahir dalam rentang tahun
1995 hingga 2010. Generasi Z datang setelah generasi Y,
sehingga sering disebut sebagai generasi peralihan generasi Y
dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Banyak
istilah yang menjadi sebutan bagi generasi Z, seperti
iGen (iGeneration), gen Net (generasi internet), gen
Tech, digital natives, dan plurals. Jika diperhatikan, istilah-
8
istilah tersebut berkaitan erat dengan teknologi. Benar saja,
sebab generasi Z tumbuh di era digital, sehingga mereka sudah
mengenal teknologi dan akrab dengan perangkat digital
canggih sejak kecil. Diakui atau tidak, teknologi yang
menyertai tumbuh kembang generasi Z ini mempengaruhi
kepribadian mereka. Generasi Z didefinisikan pula sebagai
generasi influencer yang merupakan penduduk asli dari era
digital sejati saat ini. Sebab dari lahir hingga dewasa, generasi
ini telah terpapar internet, jaringan sosial, dan sistem seluler.
Perkembangan teknologi ini menghasilkan generasi hiper
kognitif yang lebih nyaman mengumpulkan referensi silang
dari banyak sumber informasi dan mengintegrasikan
pengalaman virtual dengan kehidupan nyata.
Karakter generasi Z, menurut Grail Research (2011), adalah
generasi pertama yang sebenar benarnya generasi internet. Hal
itulah yang membuat generasi ini memiliki karakter yang
menggemari teknologi, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran pada
perbedaan budaya. Mereka juga terhubung secara global dan
berjejaring di dunia virtual. Meskipun demikian generasi ini
adalah generasi yang menyukai budaya instan dan kurang peka
terhadap esensi privat karena secara konstan mengunggah
hidupnya di media sosial. Dibandingkan generasi lain, generasi
Z adalah generasi yang berpengaruh di komunitasnya. Ini
adalah akibat dari terpaan berbagai hal yang ada di internet.
Jika memiliki pengalaman baik atau buruk terhadap sesuatu,
generasi ini tidak akan diam saja, mereka akan
mengungkapkannya di media sosial (Sladek dan
Grabinger,2014).
Adapun menurut Akhmad Sudrajat bahwa generasi Z
memiliki karakteristik perilaku dan kepribadian yang berbeda
apabila dipandang dari dua generasi sebelumnya. Beliau
9
mengungkapkan bahwa karakteristik umum generasi Z
diantaranya dalah; a) Fasih Teknologi, mereka merupakan
orang yang mahir dan terbiasa dengan penggunaan teknologi
informasi termasuk berbagai fasilitas dan aplikasi computer
atau laptop, b) Lebih cenderung memiliki rasa toleransi yang
tinggi terhadap perbedaan budaya dan lingkungan, c)
Multitasking, mereka terbiasa melakukan berbagai aktivitras
dalam satu waktu yang bersamaan dan mereka lebih
menginginkan segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat,
dan sangat menghindari hal-hal yang terlalu lambat ataau
terbelit-belit.
Generasi Z adalah generasi yang mendominasi pelajar
berikutnya, dan lembaga pendidikan perlu beradaptasi untuk
memberikan model pendidikan yang mereka inginkan. Untuk
mendidik para pelajar generasi Z secara efektif, para pendidik
harus bisa menyesuaikan dengan kondisi mereka. Mereka
sangat tertarik dengan pembelajaran berbasis digital. Adapun
metode yang disukai generasi Z ini seperti; learning by doing
(bereksperimen), membutuhkan tujuan yang jelas di awal
pelajaran dan feedback yang cepat, membutuhkan tutor atau
pengajar yang bisa memposisikan dirinyta sebagai sahabat,
fokus pada pembelajaran audio, belajar melalui alat digital,
belajar sebagai permainan, mengerjakan tugas dengan fungsi
multitasking, dan lain sebagainya. Dengan hadirnya generasi Z
yang memiliki karakteristik diatas bahwa seorang pendidik
harusnya bisa memberikan bimbingan yang tepat dan
disesuaikan dengan karakteristik anak itu sendiri.
2.3 Metode Pembelajaran
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
belajar mengandung arti berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu. Sedangkan pembelajaran mengandung arti proses,
10
cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Sementara menurut PP
Nomor 32 Tahun 2013, pembelajaran diartikan sebagai proses
interaksi antara peserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Abdurrahman Ginting, metode pembelajaran juga
dapat diartikan cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan
berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan
sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran
pada diri pembelajar. Metode pembelajaran menurut
Djamarah, SB. (2006: 46), metode pembelajaran adalah suatu
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegioatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru agar penggunanya bervariasi sesuai yang
ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Pengertian metode
pembelajaran secara umum adalah suatu cara yang dipilih oleh
guru dan pendidik untuk dapat mengoptimalkan proses belajar
mengajar yang kemudian bertujuan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Cara atau metode pembelajaran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh
untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
ketrampilan dan sikap. Dengan demikian metode pembelajaran
memegang peranan penting, karena keberhasilan pembelajaran
sangat tergantung pad acara guru dalam menggunakan metode
pembelajatran. Adapun ciri-ciri metode yang baik untuk proses
belajar mengajar adalah; a) bersifat luwes, fleksibel dan
memiliki daya yang seesuai dengan karakter yang dididik, b)
memberikan keleluasaan pada murid untuk menyatakan
11
pendapat, c) bersifat fungsional dalam menyatukan teori
dengan praktik dan mengantarkan murid pada kemampuan
praktis.
Suatu metode pembelajaran harus memperhatikan hal
berikut, seperti; a)metode yang digunakan dapat
membangkitkan motif, minat atau gairah belajar murid,
b)metode dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
murid, c) metode dapat memberikan kesempatan kepada murid
untuk mewujudkan hasil karya, d) metode yang digunakan
dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai serta
sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara
bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari, e) dan lain
sebagainya. Adapun dalam penentuan metode pembelajaran
adalah; a) tujuan yang hendak dicapai, b) kemampuan guru, c)
melihat situasi dan kondisi proses belajar mengajar, d)fasilitas
yang tersedia, e) waktu yang tersedia, f) kebaikan dan
kekurangan suatu metode.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan
penekanan melalui cara berpikir kritis dan argumentatif.
Penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dan data kuisioner
yang dibagikan ke beberapa sampel. Penelitian ini juga
menggunakan metode studi literatur, yaitu metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengolah bahan penelitian. Dengan kata lain, studi literature
yaitu kita meninjau dari sumber –sumber informasi serta
jurnal-jurnal yang pernah dibuat untuk memecahkan masalah
yang ada. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui berbagai
teori yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi sebagai
bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Data yang
dicari merupakan data yang telah terbukti dan akurat.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok subjek penelitian yang hendak
dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2004:77). Karena
efisiensi sumber daya yang memungkinkan dan telah
berlangsung alami di latar penelitian ini (studi kasus), populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh santri Pondok Pesantren
Al-Ishlah yang seluruhnya merupakan generasi Z . Dari sekian
banyaknya populasi yang ada hanya diambil sebagian dari
populasi tersebut atau bisa disebut dengan mengambil sampel
dari populasi tersebut. Sampel yang ada dianggap sebagai
perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan
gejala yang diamati. Adapun sampel yang kami ambil adalah
beberapa guru sebagai tenaga pendidik yang menyampaikan
pembelajaran kepada siswa.
3.3 Data dan Sumber Data
13
Data penelitian diambil dari data verba dari hasil
wawancara dan kuisioner. Sumber data diambil dari beberapa
siswa yang diberi kuisioner, Wawancara dengan cara Tanya
jawab dengan guru mengenai metode pembelajaran yang
efektif bagi generasi sekarang khususnya generasi Z, sumber
data dari berbagai media literatur berupa jurnal, referensi dan
sejumlah buku yang berkaitan dengan masalah dan tujuan
penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Survey Literatur (Penelusuran Referensi)
Penggunaan teknik ini dengan mencari
berbagai informasi dari segala referensi melalui
jurnal-jurtnal ilmiah, internet, maupun buku
mengenai karakter generasi Z dan metode
pembelajaran yang efektif unytuk diberikan kepada
generasi Z.
b) Teknik analisis data
Penggunaan teknik ini dengan tahapan
pertama yakni mengumpulkan data dari wawancara
,kuisioner dan berbagai referensi yang didapat.
Setelah pengumpulan data, dilakukan
penggabungan data dari segala data yang didapat
melalui wawancara, kuisioner dan referensi yang
didapat. Tahap terakhir adalah penarikan
kesimpulan yang hasilnya akan dibahas pada bab
pembahasan.
c) Wawancara
Memperoleh data-data yang ada dengan cara
Tanya jawab dengan narasumber mengenai metode
14
pembelajaran efektif terhadap siswa dalam era
digital.
• Nama narasumber : Bapak Drs. H. Agus
Salim Syukron, M. Pd. I
• Pekerjaan : Kepala sekolah MA
Al-Ishlah Sendangagung
• Berikut ini pertanyaan yang penulis
ajukan: - Bagaimana pandangan mengenai
karakter generasi Z sekarang ini dalam
proses pembelajaran? - Bagaimana metode yang sesuai
karakter generasi Z? - Apakah metode dalam al –quran perlu
diterapkan dalam metode
pembelajaran saat ini?
d) Data kuisioner
Pengumpulan data dengan membagikan kuisioner
berjumlah 20 lembar kuisioner dengan 8 pertanyaan
kepada beberapa santri Pondok Pesantren Al-Ishlah
yang didominasi sebagai generasi Z.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Karakter Generasi Z Dalam Proses Pembelajaran
Dalam kehidupan di era digital yang semakin
canggih, teknologi semakin berkembang cepat. Generasi
Z berbeda dari generasi yang lain mulai dari lingkungan,
fasilitas, sarana komunikasi, dan media informasi sudah
menjadi bagian dari hidup mereka yang tidak bisa
terlepaskan. Hidup dengan mengikuti perkembangan
zaman yang cepat dan teknologi yang semakin canggih
mempengaruhi karakter yang dimiliki oleh generasi ini.
Secara umum, generasi Z merupakan generasi
yang suka bersosialisasi dan mengekspresikan diri, suka
bergerak, berpikiran global, berkomunikasi secara
digital, dan menyukai hal-hal yang bersifat visual. Setiap
generasi memiliki sifat dan perilaku yang berbeda,
khususnya dalam proses pembelajaran. generasi Z yang
terbiasa hidup dengan teknologi memiliki gaya belajar
yang berbeda jika dilihat dari karakternya. Menurut hasil
wawancara kami kepada salah satu guru mengungkapkan
bahwa generasi sekarang sangat berbeda dengan generasi
sebelumnya. Generasi sebelumnya yang cenderung lebih
mudah menerima apa yang disampaikan oleh pengajar
justru berbeda dengan generasi sekarang yang lebih
susah menerima apa yang diberikan pengajar kepada
mereka. Hal ini disebabkan oleh lingkungan disekitar
mereka yang membangun karakter untuk lebih berpikiran
kritis dan suka yang instan.
Karakter generasi Z menurut Grail Research
(2011), adalah generasi pertama yang sebenar-benarnya
generasi internet. Hal inilah yang membuat generasi ini
memiliki karakter yang menggemari teknologi, fleksibel,
16
lebih cerdas, dan toleran pada perbedaan budaya.
Generasi Z memiliki karakteristik perilaku dan
kepribadian yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Beberapa karakteristik umum dari generasi Z; a) Fasih
Teknologi, mereka dapat mengakses berbagai informasi
yang mereka butuhkan secara mudah dan cepat, baik
untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan
hidup kesehariannya, b) toleran terhadap perbedaan
kultur dan sangat peduli dengan lingkungan, c)
Multitasking, mereka terbiasa dengan berbagai aktivitas
dalam satu waktu yang bersamaan. Mereka
menginginkan segala sesuatunya dapat dilakukan dan
berjalan serba cepat. Mereka tidak menginginkan hal-hal
yang bertele-tele dan berbelit-belit. Karakteristik tersebut
memiliki dua sisi yang berlawanan, bisa positif yaitu
memberikan manfaat bagi dirinya ataupun
lingkungannya atau justru malah negatif yang dapat
merugikan diri sendiri maupun lingkungannya. Menurut
Tuhana Taufiq Andrianto, sebagagaimana disampaikan
oleh Jusuf AN dalam tulisannya yang berjudul “Masa
Depan Anak-Anak Generasi Z” bahwa anak cenderung
berkurang dalam komunikasi secara verbal, cenderung
bersikap egosentris dan individualis, cenderung
menginginkan hasil yang serba cepat, serba instan, dan
serba mudah, tidak sabaran, dan tidak menghargai
proses. Kecerdasan intelektual mereka mungkin akan
berkembang baik, tetapi kecerdasan emosional mereka
jadi tumpul.
Kesimpulan yang dapat diambil dari segala
karakter yang didapat memberikan sebuah ide untuk
menciptakan sebuah metode pembelajaran yang sesuai
karakter meraka di era digital ini.
17
4.2 Metode Pembelajaran Yang Efektif Sesuai Dengan
Generasi Z
Perkembangan zaman dan teknologi sangat berpengaruh
terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat masa kini, salah
satunya di bidang pendidikan. Pendidikan masa kini diharapkan
dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi guna
mengimbangi perkembangan generasi masa kini, khususnya
generasi Z atau biasa disebut generasi internet.
Tapscott (2013) menyatakan bahwa, ”jika anda memahami
generasi internet, maka anda akan memahami masa mendatang.”
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya
metode pembelajaran yang sesuai dengan generasi Z agar
terbentuknya karakter yang diinginkan untuk masa depan. Disisi
lain menurut penelitian yang dilakukan oleh American psycologi
association, kemampuan mengelola stress dan memperoleh gaya
hidup sehat semakin menurun disetiap generasi. Apabila hal ini
berlanjut maka beberapa tahun kedepan generasi Z akan menjadi
generasi yang paling stress sepanjang sejarah. Maka dari itu,
seorang pengajar yang diharapkan masa kini adalah guru yang
kreatif dan mampu berenang di perkembangan teknologi tanpa
terseret arus.
Hasil wawancara dan dari segala sumber referensi
mengungkapkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan
untuk generasi sekarang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Kebiasaan generasi sekarang yang biasa ditemani oleh teknologi
yang canggih membuat generasi sekarang berpikir secara rasional.
Dalam hal ini metode pembelajaran yang tepat bagi generasi Z
akan lebih efektif apabila difokuskan pada kontekstualisasi teori,
sehingga akan lebih mudah bagi siswa untuk memahami materimateri yang diberikan oleh guru, karena siswa memiliki
kesempatan untuk mengimplementasikan teori dalam pelajaran.
18
Hasil dari berbagai sumber juga menyatakan bahwa generasi
Z lebih menyukai metode yang seperti; a) Eksperimen, menguji
coba sesuatu hal yang baru, b) Membutuhkan tujuan yang jelas di
awal pelajaran dan feedback yang cepat, maksudnya generasi Z
lebih menyukai pembelajaran yang memiliki tujuan jelas dari awal
dan membutuhkan pembelajaran yang menghadirkan umpan balik
antar bagian dalam suatu proses pembelajaran, c) Membutuhkan
seorang pengajar atau tutor yang memposisikan dirinya sebagai
sahabat, d) belajar melalui alat digital, e) dan lain sebagainya.
Metode pembelajaran efektif yang bisa diimplemestasikan
pada murid khususnya generasi Z adalah sebagai berikut :
a) Metode technical skill ( penguasaan materi)
Pengajar mengajak peserta didik untuk memiliki teknik
penguasaan materi dengan cara pendekatan yang
mengharuskan pengajar atau tutor memiliki sikap
bersahabat dan terbuka.
b) Metode conceptual skill (berpikir kritis)
Pengajar mengajak peserta didik untuk menyelesaikan suatu
masalah sehingga mengajak peserta didik untuk berpikir
kritis.
c) Metode interpersonal skill
Yaitu metode untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain. Dengan metode ini,
pengajar diharuskan sering mengadakan pembelajaran yang
bersifat diskusi sehingga kemampuan berkomunikasi antar
orang tidak lemah.
d) Metode interaktif
Yaitu metode yang mengharuskan pengajar untuk sering
berinteraksi dengan peserta didik sehingga mengajak
peserta didik punya peran dalam proses belajar.
e) Metode hikmah dan nasihat
19
Yaitu metode yang mengharuskan pengajar untuk
memberikan nasihat dan hikmah dalam segala penyampaian
yang ada sehingga peserta didik dapat mengerti tujuan akhir
pembelajaran yang disampaikan. Metode ini diperoleh dari
al quran surah an-nahl ayat 125.
f) Metode experiment and practice
Yaitu metode yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik dengan cara membuat percobaan
dan penerapan terhadap penyampaian atau materi yang
disampaikan.
Dalam metode pembelajaran bagi generasi Z
seorang pengajar atau guru harus lebih kreatif bukan hanya
sekedar memberi ilmu tapi guru juga harus bisa
memfalisitasi peserta didik. tujuan untuk menjadikan
generasi yang aktif secara mandiri bukan hanya sekedar
pengaruh dari guru melainkan lingkungan juga tercantum
didalamnya.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sesuai pembahasan di bab iv, dapat disimpulkan
hal-hal berikut;
• Teknologi yang semakin canggih mempengaruhi karakter yang
dimiliki generasi Z
• Karakter yang mendominasi generasi Z adalah melek teknologi,
fleksibel, dan lebih toleran pada perbedaan budaya.
• Metode metode pembelajaran merupakan suatu yang penting
untuk menuju berhasilnya pembelajaran yang diberikan.
• Perancangan metode pembelajaran harus mengenali karakter
peserta didik yang akan dididik.
• Metode pembelajaran setiap generasi berbeda.
• Metode hikmah dan nasihat diterapkan sesuai konsep al-quran
dalam surah an-nahl ayat 125.
5.2 Saran
Sesuai kesimpulan diatas, dapat disarankan hal-hal berikut;
• Seorang pengajar atau guru harus lebih kreatif bukan hanya
sekedar memberi ilmu tapi juga harus bisa memfasilitasi peserta
didik.
• Seorang pengajar atau guru harus memperhatikan karakter yang
akan dihadapi dalam proses pembelajaran sehingga segala
penyampaian dapat tersampaikan dengan baik.
• Agar membentuk karakter positif dalam diri generasi Z perlu
adanya sisipan nasihat dan hikmah yang baik dalam proses
pembelajaran sehingga peserta didik merasa memiliki tujuan dan
pegangan yang kuat.
• Penelitian ini bisa diteliti lebih luas lagi dan bisa dijadikan
koreksi dalam penelitian selanjutnya.