Metode apa saja yang digunakan dalam melakukan identifikasi risiko ?

Dalam mengidentifikasi suatu masalah pastinya diperlukan metode-metode yang perlu dilakukan, sama halnya dalam identifikasi resiko di suatu proyek ataupun organisasi. metode apa yang bisa digunakan dalam identifikasi resiko ?

Terdapat beberapa metode dalam identifikasi resiko :

1. Kuesioner
Mendistribusikan kuesioner kepada staf dan relawan tentang pengamatan risiko dan pengetahuan tentang prosedur manajemen risiko. Ada kemungkinan orang-orang di dalam organisasi mengetahui risiko yang sebelumnya tidak diidentifikasi dalam audit manajemen risiko. Kuesioner manajemen risiko dapat membantu mengingat kejadian tertentu atau mendorong orang untuk memberikan pendapat mereka mengenai risiko yang dirasakan.

2. Arsip organisasi
Meninjau dokumen pada organisasi dapat menghasilkan informasi tentang eksposur risiko. Namun, aspek audit risiko ini mungkin memerlukan banyak waktu. Dokumen-dokumen yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi risiko antara lain :

  • Notulensi rapat komite
  • Rencana dan laporan pengelolaan acara
  • Dokumen kebijakan perusahaan
  • Kontrak untuk fasilitas yang disediakan
  • Proposal sponsorship
  • Perjanjian sumber daya dengan penyedia dana pemerintah

3. Pembuatan Flowchart
Strategi identifikasi risiko yang bermanfaat adalah membuat bagan alur untuk organisasi dan penyampaian program, acara dan layanan yang disediakan oleh organisasi.
Manfaat dari diagram alur ke proses identifikasi risiko adalah mengidentifikasi cara yang mungkin di mana proses dasar dalam manajemen organisasi dapat terganggu. Setiap gangguan yang dihadapi menjadi sebuah potensi kerugian suatu perusahaan atau organisasi.

4. Berdasar pada Keahlian Profesional
Organisasi dapat mempertimbangkan untuk menggunakan konsultan manajemen risiko dengan keahlian untuk mengidentifikasi hampir semua risiko yang akan terjadi. Namun, dengan bantuan layanan konsultan semacam itu mungkin membutuhkan tambahan biaya yang signifikan.

5. Investigasi di Tempat
Investigasi di tempat memberikan kesempatan untuk diskusi tatap muka dengan personel organisasi. Diskusi semacam itu dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik mengenai tingkat risiko yang timbul saat kejadian dan aktivitas tidak berjalan seperti yang direncanakan. Investigasi di tempat juga dapat menjelaskan frekuensi kejadian yang tidak diinginkan tersebut terjadi.

Referensi :