Methik – Masyarakat Jawa


Ada dua tradisi Masyarakat Jawa yang dilakukan ketika panen. Biasanya di beberapa daerah Jawa Timur melakukan methik sebelum panen datang. Saat padi mulai menguning, pemilik sawah akan mengadakan selamatan di tengah sawah. Mereka akan memanjatkan doa-doa dan berharap sawah akan terus dijaga hingga akhirnya panen yang sangat besar akan datang.

Tradisi kedua dilakukan setelah panen yang sangat besar tiba. Masyarakat akan berbondong-bondong melakukan ritual di tengah lapangan atau jalan-jalan. Dengan memakai pakaian Adat Jawa, mereka berkeliling sambil melakukan pertunjukan. Puncaknya adalah memasukkan pada ke dalam lumbung dan memanjatkan doa.

Sejarah Adat Selamatan methik pari telah ada sejak zaman nenek moyang. Masyarakat Desa Kalistail mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Oleh karena profesi petani, maka di Desa Kalistail menjalankan Adat selamatan methik pari. Sesajian yang biasa digunakan
para petani yang merasa penting adalah sesajian dalam adat methik pari. Masyarakat Desa Kalistail ini mempercayai adanya Dewi sri (Dewi pari) atau mbok sri (bagi sebutan orang Jawa) sebagai penunggu lahan pertaniannya.

Adat selamatan methik pari ini bertujuan untuk menghormati Dewi sri supaya menjaga lahan pertaniannya dari gangguan hama tanaman pari, sehingga mendapatkan hasil panen yang berlimpah. Pelaksanaan adat selamatan methik pari di Desa Kalistail, yaitu menyiapkan sesajian sebelum melaksanakan prosesi adat selamatan methik pari. Maka perlu disiapkan beberapa bahan, yaitu Uborampe yang berupa sesajen, kaca, sisir, gampung atau ani-ani untuk memotong pari, pisang raja setangkep, kemenyan, dan seikat jerami yang dibungkus.

Selain itu, disiapkan pula nasi putih yang dibentuk tumpeng, ayam beteteng (ayam tanggung, yang muda dan sehat), jajan pasar, urap-urap, sambal goreng, tempe dan tahu. Jenang merah, jenang putih, cokbakal yang berisi jenis rempahrempah, garam, beras sedikit, ikan asin, rokok, telur dan bunga-bunga. Dalam hal memasak makanan untuk adat selamatan methik pari atau selamatan apapun, tidak mengenal kata incip atau tidak boleh dicicipi. Sebab jika di incip berarti makanan yang disuguhkan merupakan makanan sisa atau bekas. Jadi dalam menyajikan sebagai acara wujud syukur terutama kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga bahanbahan yang disiapkan harus bagus dan pilihan serta tidak boleh di incip. Untuk pengantin Dewi sri bahan uborampe, diantaranya daun tebu, daun pulutan, daun kelapa muda yang muda (janur), daun lengkuas dan daun dadap srep. Pelaksanaan prosesi di mulai dari tetua adat dan rombongan bersama-sama pergi ke sawah.

Setelah siap semua uborampe, tumpeng nasi putih, ayam beteteng dan gagar mayang dibawa ke sawah untuk mulai dilaksanakan prosesi selamatan methik pari :

  • tetua adat memotong bagian ayam, meliputi, kepala, ceker (kaki ayam), sayap, brutu (anus), dan jerohan (hati, rempela, jantung dan usus). Semuanya ditaruh di wadah takir yang diletakkan di dekat uborampe dan gagar mayang.

  • Selanjutnya tetua adat mengambil jerami yang sudah diberi menyan yang kemudian dibakar, sambil tetua adat membaca do`a.

  • tetua adat mengambil air untuk disiramkan ke pinggiran gunting yang digunakan untuk memotong tangkai pari.

Makna dari adat selamatan methik pari adalah sebagai penghubung manusia antara leluhur dan Tuhannya supaya diberi kemudahan, kelancaran serta keselamatan tatkala menggarap lahan pertanian. Selain itu, dapat mempererat persaudaraan serta saling membantu dalam terciptanya kepedulian masyarakat.

Ringkasan

Ria, F. D. (2017). Ritual Keleman Dan Metik Bagi Petani Desa Wonokasian, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo. Jurnal Paradigma, 05 (03).