Menghormati Tamu dan Adab Menjadi Tamu

Rngkasan ceramah subuh, tentang cara Rasulullah menghormati tamu dan adab seorang tamu …

Sesungguhnya Rasulullah itu tampil dalam pesona luar biasa. Beliau bukan saja beliau mengajarkan tata cara beribadah yang baik, tetapi juga mengembangkan moralitas yang sehat dan karakter pribadi yang terpuji.

Rasul tidak pernah menggunakan bahasa yang kasar dan menyakitkan; kata-kata yang buruk, buruk sangka atau kutukan; tidak emosional dan tidak kehilangan kontrol diri.

Rasul adalah pribadi yang baik hati, lemah lembut, sabar dan toleran. Iinilah yang menarik banyak orang, sehingga kurang dari 23 tahun Islam telah mengubah sifat manusia dari alam jahiiyyah menjadi alam diniyah- basyariyah, ilmiyah dan wathaniyah.

Syaikh Ibnu Sa’ad menyatakan bahwa Nabi bersabda :

”Sesungguhnya Allah Maha Dermawan dan mencintai kedermawanan, dan beliau mencintai cara-cara yang terhormat dan membenci cara-cara yang licik dan rendahan.”

Cara-cara yang indah lagi terhormat ini pulalah yang ditunjukkan oleh Rasulullah terhadap para tamunya, entah siapa, dari mana, golongan apa tidak menjadi pertimbangan.

Rasul menghormati tamu dengan wajah tersenyum merekah, memberikan tempat duduk, makan secukupnya dan menyediakan tempat istirahat bagi tamu yang jauh yang bermalam. Beliau melayani tamu sepenuh hati tanpa meninggalkan tamu sendirian di ruang tamu.

Itulah sebabnya rasulullah sangat memuji siapa pun yang menghormati tamunya, dan menyebutnya itulah orang-orang yang terbaik karena telah menjaga dengan baik antara hablum minallah dengan hablum minan nas.

Bukan hanya itu, beliau juga menegaskan dalam sabdanya :

"Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah menghormati tamunya.” (Lihat Arbai’in)

Tak hanya itu, Rasul juga mengimplementasikan dalam sekian contoh bagaimana cara menghormati tamunya. Mukjizatpun tiba. Seperti diceritakan Tsaubah, budak rasulullah, seorang tamu dari Badui (orang kampung) datang. Rasulullah duduk bersamanya di depan rumah. Mulailah beliau bertanya pria itu, apakah kaumnya bahagia dengan Islam ? Bagaimana pula dengan salat mereka ? Lalu pria itu memberikan kabar bagus kepada nabi hingga aku meihat wajah nabi berseri-seri, kemudian menjelang tengah hari, dan telah tiba waktunya makan, nabi memanggilku dan berbisik : “pergilah ke rumah Aisyah dan beri tahu bahwa nabi kedatangan tamu”.

Kemudian, Aisyah datang seraya berkata : "Demi Zat yang telah mengutusmu dengan bimbingan dan agama yang benar, kami tidak punya apa pun di rumah untuk bisa dimakan.”

Kemudian beliau mengutusku ke istri-istri beliau yang lain, dan mereka semua berkata seperti jawaban Aisyah hingga aku melihat wajah nabi saw berubah muram.

Pria Badui itu cerdas, ia sadar apa yang sedang terjadi sehingga dengan halus berkata kepada Rasulullah SAW. "Kami orang gurun sudah terbiasa dengan masa-masa sulit, tidak seperti orang kota. Salah satu dari kami bahkan sudah merasa cukup dengan beberapa remah roti dan seteguk susu, dan itulah makanan terbaik bagi kami.”

Ketika baru bicara demikian seekor kambing bernama Tsmara yang telah siap memproduksi susu lewat. Lalu nabi memanggil nama kambing itu “Tsamara-Tsmara”, sehingga kambing itu pun mendatangi Nabi.

Kemudian nabi meregangkan kaki hewan itu dan mulailah memerah susunya seraya membaca “Dengan Nama Allah” kantung susunya langsung penuh dengan susu dan beliau minta sebuah wadah sehingga aku membawakan satu untuknya.

Beliau lalu mulai memeras kambing itu dan bersabda : "Dengan nama Allah” dan beliau memenuhi wadah itu dengan susu.

Kemudian beliau bersabda:” Berikanlah ini padanya dengan nama Allah.” Aku memberikan susu itu kepada tamu dan ia minum cukup banyak, kemudian akan diletakkan wadahnya.

Nabi kemudian bersabda padanya : ”Minumlah lagi” lalu ia minum lagi lalu ingin meletakkan wadahnya. Nabi masih bersabda : "minumlah” hingga ia menjadi kenyang.

Berikutnya Nabi memeras susu lagi dan berkata : "Denghan nama Allah” dan mengisi penuh wadah itu, lalu beliau bersabda : ”Kirimkan ini pada Aisyah, dan dia boleh minum sebanyak yang ia mau.”

Aku datang lagi pada beliau, lalu beliau memeras susu kambing itu, dan beliau mengutusku ke semua istrinya yang lain. Setiap mereka telah minumnya sampai kenyang.

Beliau lalu bersabda : "berikan itu padaku”’ sehingga aku memberikan wadah, kemudian beliau memberikannya padaku dan aku meminumnya sampai kenyang, rasanya lebih manis dari pad madu, lebih harum dari pada cendana, lalu beliau bersabda : ”Ya Allah berkahilah pemiliknya.

Di saat lain ketika tiada sesuatu yang dapat disuguhkan, beliau akan mengirimnya kepada salah satu sahabatnya untuk menjamunya.

Berdasar pengalaman tersebut, lalu bagaimana etika seorang tamu? Bahrul mengutip dari As-Samarqandy dalam Bustanul Arifin mengungkapkan 4 hal, yaitu :

  1. Duduk sesuai dengan pilhan tuan rumah ;
  2. Ridha dengan apapun yang disuguhkan ;
  3. Tidak beranjak kecuali setelah diijinkan tuan rumah ; dan
  4. Mendo’akan tuan rumah sebelum pulang.

Sementara dari tuan rumah hendaknya sesekali menawarkan dan mempersilahkan tamu menikmati jamuannya; jangan terlalu lama terdiam tanpa sentuhan ungkapan yang menyejukkan; jangan biarkan tamu sendirian’ dan jangan memarahi pembantu di depan tamu.

Sekian … wallahu a’lam bissawab … ???

A post was merged into an existing topic: Bagaimana adab bertamu yang baik menurut ajaran Islam ?