Mengenal Phytomining (Metode Alternatif Ekstraksi Logam)

images.jpeg-1
Gambar : Proses Phytomining
Sumber : sciencedirect.com

Bijih logam merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui atau terbatas keberadaanya. Namun, seiring berjalannya waktu kebutuhan logam terus meningkat. Sedangkan, pasokan bijih logam di bumi begitu terbatas. Oleh karena itu, kita memerlukan metode alternatif untuk mengekstraksi logam dengan cara memanfaatkan organisme hidup. Salah satu metode alternatif tersebut yaitu phytomining (phytoextraction).

Phytomining adalah produksi ‘tanaman’ logam dengan menumbuhkan tanaman biomassa tinggi yang mengakumulasi konsentrasi logam tinggi (Mamdouh Eissa, 2016). Pada prosesnya, suatu tanaman ditanam di atas tanah dengan kandungan bijih logam berkadar rendah. Lalu, tumbuhan menyerap ion logam melalui akarnya dan memusatkan ion ini di dalam sel-selnya. Kemudian, tanaman dipanen dan dibakar. Sehingga, abu yang didapatkan mengandung senyawa logam.

Proses phytomining berjalan lambat. Namun, kelebihan proses ini dapat dipertimbangkan seperti mengurangi jumlah limbah batuan yang harus dibuang setelah penambangan tradisional. Seperti yang kita ketahui, proses penambangan tradisional mengakibatkan lubang besar di tanah. Proses tradisional ini menimbulkan kebisingan, debu, dan juga merusak habitat alam. Phytomining ini dapat dipertimbangkan untuk mengurangi kerusakan alam.

Referensi :
BBC. 2020. Material Resources. Diakses di : Biological methods of metal extraction - Higher - Material resources - AQA Synergy - GCSE Combined Science Revision - AQA Synergy - BBC Bitesize. Diakses pada : 29 Agustus 2020

Eissa, Mamdouh. (2016). Phytomining. Egypt : Assiut University.

izin menambahkan
Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar yaitu:
fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan
interaksi dengan mikroorganisme pendegradasi polutan. (Kelly, 1997).
Fitoekstraksi merupakan penyerapan polutan oleh tanaman dari air atau tanah dan
kemudian diakumulasi/disimpan didalam tanaman (daun atau batang), tanaman
seperti itu disebut dengan hiperakumulator. Setelah polutan terakumulasi,
tanaman bisa dipanen dan tanaman tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi harus di
musnahkan dengan insinerator kemudian dilandfiling. Fitovolatilisasi merupakan
proses penyerapan polutan oleh tanaman dan polutan tersebut dirubah menjadi
bersifat volatil dan kemudian ditranspirasikan oleh tanaman. Polutan yang dilepaskan oleh tanaman keudara bisa sama seperti bentuk senyawa awal polutan,
bisa juga menjadi senyawa yang berbeda dari senyawa awal.
Fitodegradasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman dan
kemudian polutan tersebut mengalami metabolisme didalam tanaman.
Metabolisme polutan didalam tanaman melibatkan enzim antara lain nitrodictase,
laccase, dehalogenase dan nitrilase. Fitostabilisasi merupakan proses yang
dilakukan oleh tanaman untuk mentransformasi polutan didalam tanah menjadi
senyawa yang non toksik tanpa menyerap terlebih dahulu polutan tersebut
kedalam tubuh tanaman. Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap berada
didalam tanah. Rhizofiltrasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman tetapi
biasanya konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemarnya adalah badan
perairan.

sumber: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197212031999031-WAHYU_SURAKUSUMAH/Fitoremediasi_dan_pembangunan_berkelanjutan.pdf