Mengenal BPA pada Kemasan Produk Pangan dan Dampaknya Terhadap Kesehatan

https://i0.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2018/01/5838656686d4463dbfcd2c8c946f0a4c.jpg?resize=800%2C445&ssl=1

Bisphenol A atau yang biasa disingkat dengan BPA menjadi salah satu topik penelitian utama dalam beberapa tahun terakhir karena diketahui bahwa BPA memiliki aktivitas estrogenik. Aktivitas estrogenik adalah aktivitas menyerupai aktivitas in vitro dan/atau in vivo dari estrogen alami.

BPA merupakan komponen resin yang terdapat hampir di semua kemasan kaleng baik untuk pangan manusia maupun pangan hewan (petfood). BPA merupakan senyawa kimia yang diproduksi dengan cara sintesis kondensasi aseton dengan dua fenol ekuivalen. Senyawa ini digunakan untuk memproduksi kemasan plastik tertentu dan epoksi resin (Beynen 2017), dan sering dijumpai pada kemasan makanan dan minuman kaleng. Survey yang diselenggarakan baru-baru ini oleh Liao dan Kannan (2013, 2014) di Amerika Serikat dan China menyebutkan bahwa makanan kaleng biasanya mengandung BPA dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan yang dikemas di dalam gelas, kertas, atau plastik (Cunha et al. 2017).

BPA berbahaya jika dikonsumsi karena dapat mempengaruhi proses regulasi hormon. Konsumsi BPA dalam jumlah kecil akan meningkatkan perkembangan penyakit hormonal (Beynen 2017). Penyakit hormonal memiliki gejala yang cukup kompleks karena secara langsung mempengaruhi beberapa fungsi tubuh atau fisiologi lainnya. Penyakit hormonal ini cukup banyak berkaitan dengan gangguan fungsi kelenjar endokrin. Beberapa tahun terakhir, diketahui bahwa terdapat hubungan antara beberapa penyakit endokrin dengan paparan BPA pada manusia. BPA dapat menyebabkan penurunan respon ovari dan keberhasilan fertilisasi in vitro. Terpapar BPA juga dapat menurunkan kualitas sperma pada pria dan terjadinya perubahan sistem reproduksi wanita. Pada anak-anak, BPA dapat merusak perkembangan sistem saraf. Lebih jauh lagi diketahui bahwa BPA juga berasosiasi dengan penyakit metabolime seperti diabetes tipe 2, kardiovaskular, perubahan fungsi hati, obesitas, albuminaria, dan stress oksidatif (Cunha et al. 2017). BPA juga diketahui berdampak negatif pada hewan peliharaan yang mengonsumsi makanan kaleng. Hasil studi terbaru menyebutkan bahwa BPA terbukti berhubungan dengan penyakit tiroid (hyperthyroidism) pada kucing (Beynen 2017).

BPA dianggap berbahaya bagi kesehatan karena ada kemungkinan senyawa tersebut bermigrasi dari inside coating kemasan ke produk makanan itu sendiri akibat perlakuan panas.

Saat ini beberapa perusahaan pengalengan sudah mewajibkan supplier kaleng untuk tidak menggunakan BPA pada kaleng yang mereka produksi. Konsumen pun mulai mengerti akan bahaya BPA sehingga beberapa konsumen telah menambahkan spesifikasi BPA-free pada produk yang mereka minta. European Commission telah menetapkan tolerable daily intake (TDI) untuk BPA yaitu 4 µg/kg berat badan (EFSA 2015), sedangkan maksimum jumlah harian yang dapat diterima oleh US Environmental Protection Agency adala 50 µg/kg (FDA 2008). EU Commission juga menetapkan batasan jumlah BPA yang diperbolehkan bermigrasi dari kemasan ke makanan, yang biasa dikenal dengan migration limit. Migration limit tersebut ditetapkan sebesar 0.6 mg/kg (CR EU 2011).

Daftar Pustaka

  • Beynen A. 2017. BPA in canned petfood. Creature Companion (2017): 33-34.
  • [CR EU 2011] Commission Regulation (EU) No. 10/2011 of 14 January 2011 on plastic materials and articles intended to come into contact with food. http://eur-lex.europa.eu/
  • Cunha S, ALves RN, Fernandes JO, Casal S, Marques A. 2017. First approach to assess the bioaccessibility of bisphenol A in canned seafood. Food Chemistry 232 (2017): 501-507.
  • EFSA CEF Panel (EFSA Panel on Food Contact Materials, Enzymes, Flavourings and Processing Aids) (2015). Scientific Opinion on the risks to public health related to the presence of bisphenol A (BPA) in foodstuffs: Executive summary. EFSA Journal, 13(3978), 23.
  • FDA 2008-Draft assessment of bisphenol A for use in food contact applications. http://www.fda.gov/