Mengapa wanita susah untuk menjadi manajer di perusahaan?

Walaupun saat ini sudah ada beberapa wanita yang dapat berkarir hingga level manajer, tetapi prosentase-nya masih kecil dibandingkan manajer pria.

Mengapa hal itu terjadi ?

kenyataannya memang sangat sedikit wanita yang dapat menjadi manajer disebuah perusahaan. Posisi ini didominasi oleh pria. Sedangkan wanita berada dalam posisi subordinat. Fenomena ini disebut dengan glass ceiling .

Glass ceiling adalah kondisi di mana terdapat hambatan, rintangan yang dihadapi oleh wanita untuk maju atau naik ke posisi yang lebih tinggi lagi, yakni manajerial.

Keadaan ini menurut Slocum dan Hellriegel (2007) diakibatkan oleh tiga hal, yakni :

  1. Para eksekutif dan manajer tidak dibekali oleh akuntabilitas mengenai kesetaraan dalam peluang dunia kerja.

  2. Wanita dan kaum minoritas tidak didorong untuk mengembangkan karir mereka ke tingkatan yang lebih tinggi.

  3. Wanita kurang mendapatkan pelatihan dan kesempatan untuk mengembangkan diri yang dapat meningkatkan kompetensi dan kesempatan wanita untuk dipromosikan ke jenjang karir yang lebih tinggi lagi.

Kemampuan masing-masing individu tidak hanya dibedakan oleh seks atau jenis kelamin saja, melainkan juga proses masing-masing individu untuk membedakan tipe seks.

Menurut Kaufman dalam Freeman (1979) bahwa ketika mayoritas dari sebuah profesi terdiri dari satu jenis seks yang sama, maka akan muncul ekspektasi normatif bahwa keadaan yang demikian memang keadaan yang seharusnya terjadi.

Model ini tentu akan mempengaruhi kepribadian dan karaketeristik perilaku yang diasosiasikan dengan seks tersebut. Seperti halnya model perilaku manajerial dikategorikan ke dalam 4 hal, yaitu :

  1. Agresivitas
  2. Kewenangan dan kewibawaan
  3. Daya saing
  4. Keberanian dalam pengambilan risiko

Keempat hal tersebut dibenarkan dan didukung oleh pernyataan dari McGregor (1976:23) yang menyatakan

“The good manager is aggressive, authoritative, firm and just. He is not feminine”.

Pernyataan tersebut hendak membenarkan bahwa status profesi yang tinggi seperti misalnya manajer, haruslah profesi yang diampu oleh orang yang memiliki maskulinitas, memiliki perhitungan yang teliti, dan ketegasan. Posisi manajerial tidak layak untuk diisi oleh orang yang memiliki kelembutan, cenderung lebih ekpresif, lebih memelihara, di mana karakteristik-karakterstik tersebut diidentifikasikan dengan feminitas.

Penelitian telah membuktikan bahwa sifat seperti itu biasa diasosiasikan dengan feminitas, dan feminitas dilekatkan pada tubuh dan sifat wanita. Dalam masyarakat, feminitas tidak dilekatkan pada pria. Masyarakat percaya bahwa pembedaan terhadap jenis kelamin tetap berlaku. Penelitian yang dilakukan oleh Rosenkratz pada tahun 1968 telah mengungkapkan mengenai keyakinan yang sangat dalam pada masyarakat, bahwa perbedaan karakteristik yang ada pada wanita dan pria, dianggap berasal dari pria itu sendiri.