Mengapa urbanisasi begitu tinggi di Indonesia?

“Pertumbuhan populasi di perkotaan Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia yakni 4,1 persen,” Sri Mulyani-Investor Gathering 2017 di Jakarta

Angka pertumbuhan populasi di area urbanisasi itu lebih tinggi dibandingkan India yang hanya 3,1 persen. Bahkan, China yang ekonominya tumbuh tinggi, pertumbuhan populasi di perkotaan hanya 3,8 persen.

Akibat urbanisasi yang “menggila” itu, kota menjadi penuh sesak. Bahkan 18 juta dari 21 juta kesempatan kerja justru tercipta di perkotaan dari periode 2001-2011.

Bagaimana dampak urbanisasi yang begitu tinggi ?

Dengan urbanisasi yang tidak terkontrol, maka kantung-kantung pemukiman kumuh akan semakin tumbuh subur pula di tengah kota yang sangat padat.

“Gap untuk kebutuhan masyarakat, kalau setiap tahun butuh sekitar 1 juta rumah dan hanya 60% yang bisa dipenuhi baik dari private maupun intervensi pemerintah, maka akan selalu ada backlog. Saat ini estimasinya ada 10-12 juta backlog rumah. Jadi tiap tahun sudah nambah, berarti backlognya makin tinggi kalau kita tidak selesaikan,” kata Sri Mulyani Indrawati -Investor Gathering 2017.

“Apa implikasinya kalau tidak diselesaikan? Kita akan melihat urbanisasi di Indonesia adalah urbanisasi yang tidak terstruktur. Sehingga masyarakat makin banyak yang tinggal di tempat yang kumuh, makin sulit untuk mengatur,”

“Seluruh kota-kota Indonesia yang besar dan menengah nanti akan mengalami persoalan yang sama apabila kita tidak mampu menyelesaikan dan melakukan respons policy mulai dari sekarang, karena tiap tahun dia masalahnya tidak berhenti di backlog 12 juta terus berhenti saja di situ. Tiap tahun akan nambah. Growth population di urban itu 4.1%. Jauh dari population growth secara umum karena adanya migrasi dari desa atau kota kecil ke kota yang lebih besar,”

Negara tersukses terkait dengan penyebaran penduduk di suatu negara, menurut saya, adalah Jerman.

Salah satu fakta yang menarik adalah Jerman merupakan negara dengan populasi penduduk tertinggi di Uni Eropa, dengan jumlah penduduk sekitar 81 juta jiwa dan Jerman merupakan negara dengan pemerataan penduduk paling rata di Dunia.

Tidak ada kota di Jerman dengan penduduk lebih dari 3,5 juta jiwa.

Hanya Berlin kota dengan penduduk diatas 3 juta, sedangkan kota terbesar kedua di Jerman hanya berpenduduk 1,6 juta jiwa. Berikut data jumlah penduduk per kota di Jerman,

Bandingkan dengan di Indonesia, dimana penduduk Jakarta : 9.607.787 jiwa, penduduk Surabaya : 3.282.156 dan penduduk Bandung : 2.771.138 jiwa. Bahkan 65% penduduk di Indonesia tinggal di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya sekitar 30% dari luas Indonesia.

Mengapa Jerman begitu sukses melakukan pemerataan penduduknya ?

Kawasan Industri di Jerman hampir merata di setiap kota.

Industri di jerman tidak hanya berada di kota-kota besar saja, tidak seperti di Indonesia. Hal ini berdampak pada kesempatan setiap orang untuk mendapatkan penghasilan yang layak sama disetiap kota.

Faktor utama orang-orang melakukan Urbanisasi adalah untuk mendapatkan penghasilan yang layak, Desa dan kota kecil tidak dapat menyediakan hal tersebut. Perputaran uang hanya berada di kota-kota besar, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, mereka pindah ke kota besar.

Pabrik Mercedez Benz di Sindelfingen

Apakah anda tahu Mercedez Benz ? Walaupun kantor pusat mereka di Stutgart, penduduk 580 ribu (sebagai perbandingan, penduduk kota malang sekitar 820 ribu, belum ditambah pendatang dari luar kota), pabriknya berada di Bremen, penduduknya 527 ribu.

Bahkan salah satu pabrik Mercedez Benz berada di kota Sindelfingen dengan penduduk hanya 65 ribu jiwa.

Bagi pecinta coklat, pasti mengenal Ritter Sport, salah satu perusahaan raksasa coklat di dunia. Pabrik mereka berada di desa Waldenbuch, dengan jumlah penduduk hanya sekitar 8.500 jiwa.

Oleh karena itu, tugas pemerintah untuk dapat melakukan pemerataan pembangunan, sehingga secara otomatis, apabila masyarakat mendapatkan penghasilan yang layak di desa, mereka tentunya tidak akan pindah ke kota besar.

Infrastruktur Transportasi yang sangat bagus

Infrstruktur transportasi di Jerman memang luar biasa, Mulai jalan tol hingga jaringan kereta api. Jaringan jalan tol di Jerman terbentang sepanjang 13.000 km, dan jalan umum sepanjang 40.000 km.

Indonesia sampai tahun 2015 hanya mempunyai jalan tol sepanjang 948 km

Belum lagi kenyamanan infrastruktur kereta api. Menurut pengalaman saya, selain semua kotanya sudah terkoneksi dengan jaringan kereta api tersebut, kenyamanan kereta api benar-benar dijaga.
Yang paling penting lagi, kereta api di Jerman mempunyai pilihan jadwal yang sangat banyak (hampir tiap 5-10 menit kereta datang) dan tepat waktu. Oleh karena itu, kereta api menjadi pilihan moda transportasi utama di Jerman.

Jaringan rel kereta api di Jerman terbentang sepanjang 40.000 km, sama dengan panjang jalan raya di Jerman. Bandingkan dengan di Indonesia, dimana jaringan rel kereta api kita sepanjang 7.777,40 kilometer, dimana 3.708 kilometer jalur telah ditutup.

Dampak dari bagusnya infrastruktur tersebut adalah banyak masyarakat Jerman tidak perlu pindah kota untuk bekerja atau sekolah, tetapi lebih memlih pulang-pergi dengan menggunakan kereta.

Selain itu, dengan nyamannya Jalan Tol dan jaringan jalan umum, maka pemerataan kawasan Industri dapat terjadi.

Pembangunan dan perkembangan di berbagai sektor yang belum merata menjadi salah satu alasan penduduk melakukan urbanisasi. Manusia cenderung terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di kota memang kenyataannya semua segmen pekerjaan dari pekerja kasar sampai profesional dibutuhkan. Faktor untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak menurut saya menjadi pendorong tingginya urbanisasi di Indonesia. Berbagai kebutuhan dan fasilitas kehidupan di kota dianggap lebih lengkap daripada di “daerah”.

Faktor sosial juga menjadi sebuah alasan seseorang terdorong untuk melakukan urbanisasi. Tayangan televisi yang cenderung menayangkan kehidupan di kota yang serba ideal, glamor, serba berkecukupan menciptakan frame di masyarakat bahwa kehidupan di kota “serba enak”. Selain itu melihat dan termotivasi dengan rekan yang sukses dengan di kota pun bisa mempengaruhi dorongan untuk melakukan urbanisasi.