Mengapa Siswa Cenderung Tidak Menyukai Mata Pelajaran Sejarah?

12a

Sudah menjadi rahasia umum sepertinya jika mayoritas siswa di Indonesia tidak menyukai mata pelajaran sejarah. Stigma yang melekat terhadap mata pelajaran ini adalah mata pelajaran yang membosankan, hanya mengedepankan hafalan tanggal dan tokoh sejarah, yang mungkin bagi sebagian besar pelajar tidak ada esensinya.

Padahal, maksud dari belajar sejarah tak lain adalah menggali nilai-nilai dalam peristiwa sejarah atau belajar bagaimana tokoh sejarah menghadapi hidup dan membuat sejarah tersebut. Sejarah harusnya bisa menanamkan semangat juang para pelajar untuk berjuang meraih impiannya. Guru seharusnya mampu mengajak para siswa untuk lebih mengenal sejarah dengan cara-cara yang kreatif. Kebanyakan guru hanya menjelaskan panjang lebar dan membuat siswa nya sampai mengantuk.

Jadi menurut Youdics, Mengapa siswa cenderung tidak menyukai mata pelajaran sejarah?

2 Likes

Menurut pendapat saya sendiri, salah satu penyebab siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran sejarah dikarenakan tenaga pendidik yang minim dan kurang kreatif untuk mengajar dengan metode yang lebih baru, rata-rata guru sejarah yang ada di sekolah sudah mendekati usia pensiun dan tentunya terbatas secara kemampuan untuk mengajar dengan teknologi atau cara-cara kreatif, dan regenerasi tenaga pendidik baru khususnya sejarah masih belum terlalu banyak.

Seperti kita ketahui bersama, ada banyak sekali akun Youtube yang membahas mengenai sejarah melalui animasi atau narasi, dan berhasil trending serta menarik atensi masyarakat untuk menontonnya berulang kali. Hal ini menunjukan sejatinya masyarakat Indonesia memiliki ketertarikan untuk belajar sejarah, melainkan harus dengan metode yang menarik, khususnya dengan visualisasi. Selain hal tersebut, metode learning by seeing bisa menjadi alternatif, yaitu dengan mengajak siswa langsung ke museum atau tempat-tempat bersejarah dan melihat bukti-bukti sejarah secara langsung.

3 Likes

Menurut pengalaman saya alasan mengapa siswa cenderung tidak menyukai pelajaran sejarah itu disebabkan oleh guru atau pengajarnya. Sejak SD sampai SMA guru pelajaran sejarah di sekolah saya hanya memfokuskan cerita sejarah pada tanggal peristiwa, tokoh atau pahlawan yang terlibat serta tempat peristiwa itu terjadi. Guru selalu menekankan siswa untuk dapat menghafal semua itu karena nantinya akan keluar di ujian. Selain itu, guru pelajaran sejarah juga selalu mengemas cerita sejarah dengan cara yang monoton dan membosankan. Ditambah guru hanya menjelaskan sejarah hanya dari satu sisi dan dari 1 sumber saja yaitu dari buku pelajaran. Hal tersebut tentu saja membuat siswa menjadi lelah karena harus menghafal banyak peristiwa, mengingat sejarah Indonesia sangat panjang sekali dari masa ke masa dan berujung siswa tidak menyukai pelajaran sejarah.

Namun saat kuliah, saya mendapat pemahaman yang berbeda mengenai sejarah dan menjadi tertarik dengan sejarah Indonesia. Saya pernah mengambil mata kuliah sejarah Indonesia, selama satu semester itu dosen pengampu mata kuliah tersebut menyajikan sejarah dengan cara yang sangat menarik dan dikupas secara tuntas dari berbagai sisi serta berbagai sumber. Selama satu semester itu pula saya banyak mengetahui cerita sejarah yang tidak pernah dibahas ketika saya sekolah dari SD - SMA. Oleh karena itu, seorang guru atau pengajar ini menjadi sosok yang sangat penting dalam pembelajaran sejarah di Indonesia.

2 Likes

Alasan yang bisa menjadi pemicu siswa tidak menyukai pelajaran sejarah adalah penggambaran tokoh pahlawan yang sempurna dan tanpa celah. Dalam buku pelajaran sejarah yang selama ini kita baca ketika di sekolah, cerita sejarah yang disajikan selalu menceritakan kehebatan para tokoh pahlawan seakan-akan mereka memang orang sempurna yang tidak pernah gagal. Hanya segelintir tokoh pahlawan saja yang pengalaman kegagalan mereka melawan musuh yang diceritakan dalam buku. Selain itu, banyak foto-foto tokoh pahlawan yang ada di buku bukan foto asli dari pahlawan tersebut, seperti misalnya Pangeran Diponegoro.

Foto Pangeran Diponegoro yang selama ini kita kenal dan dipajang di kelas itu bukanlah foto asli beliau, melainkan penggambaran orang lain yang ingin memvisualisasikan Pangeran Diponegoro agar terlihat gagah dan hebat. Kesempurnaan tokoh pahlawan yang banyak digambarkan di buku sejarah membuat siswa menjadi ragu dengan cerita sejarah yang disajikan oleh para guru dan berujung menjadi tidak tertarik dengan cerita sejarah.

2 Likes

Menurut saya, hal yang krusial disini adalah karena keterbatasan waktu dan esensi pembelajaran yang belum tercapai sempurna. Setiap instansi pendidikan memiliki regulasi dalam pengaturan pembagian setiap jam mata pelajaran atau mata kuliah. Jika mengacu pada sistem pendidikan di sekolah, maka mata pelajaran sejarah mendapatkan bagian sebanyak 2 jam/minggu untuk kelas IPA, sedangkan untuk IPS, terbagi lagi menjadi Sejarah Wajib dan Sejarah Peminatan. Dengan distribusi waktu yang demikian, tentu menjadi sulit rasanya untuk memahami dan mengerti mengenai konsep materi pembelajaran sejarah yang diajarkan.

Seperti yang kita tahu bahwa pelajaran sejarah ini lebih didominasi oleh pembahasan tentang kronologi atau rentetan peristiwa yang terjadi pada masanya, diikuti dengan munculnya banyak tokoh dan peran pentingnya masing-masing, ditambah lagi untuk memenuhi indikator ketercapaian siswa itu tidak hanya difokuskan pada 1 bahasan peristiwa saja. Bisa dibayangkan bahwa untuk menyelesaikan semua itu dengan kurun waktu kurang dari 4 jam/minggu, pasti ada salah satu yang dikorbankan, bisa jadi waktu atau pemahaman peserta didik.

Oleh karena itu, mungkin hal tersebut yang menyebabkan banyak tenaga pendidik yang cenderung menyampaikan materi sejarah dengan cepat dan lugas tanpa memberikan detail-detail berarti sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman siswa dalam menerima pembelajaran yang disampaikan dan turunnya minat dalam mempelajari sejarah.

Saya sepedapat dengan @reddevils bahwa tenaga pendidik kurang kreatif dalam mengajar, dikarenakan sejarah merupakan pelajaran berupa teori sehingga kurang diminati oleh siswa siswi. Pengajar Sejarah dapat mengajarkan sejarah dengan dibantu media digital seperti youtube, ditengah pelajaran melontarkan candaan yang masih berhubungan dengan materi tersebut, dapat belajar diluar ruangan ataupun jalan-jalan kemuseum sesuai materi yang yang sedang dipelajari sehingga siswa tidak merasa sumpek, bosan dan stress.

2021-09-27T11:07:00Z
KK Sosmed Podcast - Elisabeth Maranatha

Saya sependapat dengan pendapat teman-teman, Kebanyakan pembawaan pelajaran sejarah sangat monoton, hanya diceritakan dengan hal yang ada di dalam buku, memiliki banyak materi yang harus dihapalkan sehingga membuat murid-murid menjadi frustasi dan pusing untuk menghapalkan banyak hal ketika ujian. Pembelajaran juga hanya berdasarkan apa yang tertera di buku, dan kebanyakan text dan cerita yang panjang. Sehingga kurang membuat para murid antusias untuk belajar sejarah. Harusnya pembelajaran ditunjang juga dengan cara cara yang kreatif dan interaktif seperti menggunakan video, dengan melihat video murid-murid juga bisa membayangkan dan lebih mengerti tentang apa yang sedang di jelaskan. Mengajak murid-murid untuk melihat langsung ke musium juga merupakan cara yang menarik, terlebih lagi mereka pastinya bosan untuk selalu belajar di dalam kelas. Sekali-kali mereka juga butuh situasi yang baru.

saya tidak tahu apa alasan pernyataan siswa cenderung tidak menyukai pelajaran sejarah. namun, menurut saya pelajaran sejarah adalah pelajaran yang paling asik jika diajarkan dengan cara yang tidak membosankan. mungkin sebagian siswa menganggap pelajaran sejarah cukup membosankan karena banyak hal yang tidak mereka ketahui. namun, jika kita mengetahui alur cerita dari sejarah tersebut. menurut saya pelajaran sejarah akan banyaj disukai oleh siswa.

1 Like

Menurut pendapat saya, mengapa siswa cenderung tidak menyukai mata pelajaran sejarah ialah karena pembawaan mengajar sang guru. Saya sudah mempelajari mata pelajaran sejarah saat SMA, selama kurang lebih tiga tahun. Selama dua tahun pertama saya sangat tidak suka mata pelajaran tersebut, karena sangat membosankan dan membuat saya ngantuk, bahkan anehnya saat guru tersebut selesai mengajar, rasa ngantuk tersebut langsung menghilang :joy: dan dapat saya pastikan saat itu, bahwa mata pelajaran tersebutlah yang paling membosankan dari mata pelajaran yang lain. Namun, pemikiran tersebut berbeda saat satu tahun terakhir mempelajari sejarah, dan yang pasti dengan guru yang berbeda, sejarah menjadi mata pelajaran yang mengasyikan bahkan ditunggu-tunggu. Dari pembawaan, cara bicara, dan gaya belajar yang tidak membosankan sehingga membuat kita tidak ngantuk dan mudah mencerna pelajaran. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bosan atau tidaknya suatu mata pelajaran ialah tergantung sang guru dalam menyampaikan materi dan mendidik muridnya.

1 Like

Wah betul juga yang dikatakan oleh kak @jimmywijanto. Saya pernah berada dalam fase ini, dimana guru sudah banyak sekali bercerita panjang lebar tentang sejarah kerajaan di Indonesia beserta para pemimpinnya dari A-Z, namun hanya segelintir informasi yang berhasil saya tangkap. Hal tersebut berbeda 180 derajat ketika saya mencoba membaca sejarah dari cerita fiksi, seperti novel, misalnya Gadjah Mada atau Ken Arok.

Karena saya tertarik dengan alur di novelnya yang mengangkat peristiwa asli kerajaan di Indonesia, justru saya menjadi bersemangat mendengar cerita guru di lain kesempatan ketika di kelas sebab saya sudah mendapat gambaran tentang bagaimana suatu rentetan peristiwa terjadi dalam versi yang lebih menyenangkan (dari novel). Menurut saya, dari peserta didik juga harus memberikan effort yang lebih jikalau dirasa sumber utama pengetahuan (guru dan buku) belum bisa memfasilitasi pemahaman yang lebih lanjut.

Menurut saya, alasan lainnya adalah siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lebih jauh dan dalam mengenai cerita sejarah di Indonesia. Siswa hanya dituntut untuk menghafal banyak cerita sejarah yang pernah terjadi. Apalagi kita tahu bahwa sejarah di Indonesia sangat panjang dan di setiap daerah selalu punya cerita sejarah masing-masing. Materi yang diberikan juga hanya dari guru saja dan jika ada siswa yang mempertanyakan kebenaran atau menemukan cerita dari sumber lain sering kali dimarahi dan dikatai tidak menghormati guru. Hal ini tentu saja membuat siswa harus menelan mentah-mentah cerita sejarah yang disajikan oleh guru tanpa sempat mencari dari sumber lainnya. Serta siswa juga seakan-akan dipaksa untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh buku pelajaran dan guru.

Banyak yang berpikiran, sejarah adalah pelajaran menghafal tanggal dan nama belaka. Materi yang diajarkan juga dianggap terlalu banyak. Itulah yang membuat pelajaran sejarah seperti neraka tambahan di sekolah, sehingga tidak disukai oleh sebagian besar siswa. Sesungguhnya, hampir seluruh pelajaran mewajibkan siswa untuk menghafal. Seperti pelajaran Agama Islam yang mengharuskan siswa hafal banyak doa atau surat pendek. Namun, itu semua jelas berguna bagi siswa yang bersangkutan. Demikian pula pelajaran kimia juga mengharuskan siswa menghafal rumus atau simbol zat-zat kimia. Tidak ada masalah jika siswa yang menghafalnya akan mendalami sains atau teknik. Namun, mengapa pelajaran menghafal sejarah seperti beban besar bagi kebanyakan siswa? Barangkali karena menghafal tanggal dan nama dalam sejarah tidak banyak bersentuhan dengan kehidupan mereka setelah ujian. Apalagi setelah sukses menghafal banyak hal dalam peristiwa sejarah, ternyata muncul perdebatan ternyata apa yang sudah dihafalkan itu tidak sesuai dengan fakta. Kemudian, peristiwa yang begitu banyak juga mendorong para siswa untuk “benci” pada pelajaran sejarah. Ya meskipun belajar sejarah juga banyak sekali manfaatnya.

Pertama, materinya banyak, sehingga banyak yang harus dipelajari, sehingga membosankan. Kedua, nama-nama tokoh di pelajaran sejarah tuh susah-susah namanya :(( kami harus menghafal nama berikut tahunnya. Sehingga sejarah tidak cocok untuk manusia berkapasitas otak kecil seperti saya. Ketiga, setiap anak memilki karakternya masing-masing. Ada yang suka hitungan, sehingga lemah dihafalannya. Ada yang kuat banget memorinya untuk menghafal, tapi lemah dihitungan. Keempat, dari segi tenaga pendidik yang kurang inovatif. Kebanyakan hanya suruh menyimak guru menjelaskan di depan, tanpa melakukan role play. Menurutku, sejarah ini akan lebih menarik jika dibuat role play, sehingga membuat siswa merasa ikut terlibat dengan peristiwa di masa lampau. Atau gunakan media belajar audio visual yang menampilkan film dokumenter, ingat bahwa tidak semua siswa memiliki gaya belajar yang sama, ada yang gaya belajarnya adalah visual, jadi kalo dikasih buku yang isinya cuma tulisan aja, ya mereka cepat bosan, akhirnya ngantuk di kelas, imbasnya, dia semakin membenci pelajaran ini. seperti saya, wkwk.

Menurut saya, mengapa siswa cenderung tidak suka pelajaran sejarah, karena sejarah merupakan hal kronologis yang tidak dapat dibahas secara acak dan bentuknya naratif dengan full of text sehingga menimbulkan rasa bosan yang lebih cepat dibandingkan pelajaran lain. Selain itu juga, karena peristiwanya yang banyak, serta banyaknya elemen-elemen detail yang harus dihafalkan membuat banyak siswa malas ketika harus menghafal rentetan peristiwa, serta elemen-elemen kecil di dalamnya. Metode pembelajaran yang digunakan juga sebagian besar menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan. Sebaiknya, metode pembelajaran dilakukan dengan lebih kreatif dan inovatif sehingga siswa akan menyukai pelajaran sejarah.

Menurut saya pribadi mengapa siswa cenderung tidak suka dengan pelajaran sejarah sebenarnya banyak faktornya. Dari internal siswa sendiri yang memang tidak kuat untuk mengingat peristiwa-peristiwa sejarah atau kurangnya minat karena pelajaran sejarah dituntut untuk banyak membaca. Selain itu, beberapa guru sejarah yang menggunakan cara belajar yang membosankan. Saya pribadi meski berada di jurusan IPS, saya sangat tidak menyukai pelajaran sejarah. Bukan karena saya tidak bisa mengingat peristiwa atau sejarah suatu kejadian. Melainkan guru sejarah saya pada waktu itu mengajar hingga membuat saya bosan.

Seperti @rickyseptaa telah sebutkan, bahwa kebanyakkan guru sejarah hanya menjelaskan panjang lebar dan membuat siswa mengantuk, itulah yang terjadi pada saya ketika saya bersekolah. Harapan saya, generasi atau penerus guru-guru nantinya, membuat metode atau cara mengajar yang lebih kreatif agar siswa dapat menerima pembelajaran dan paham materi yang diajarkan.

Sebagai salah satu orang yang excited saat mendengarkan sejarah, ketika melihat teman-teman saya waktu sekolah dulu. Rata-rata mereka tidak suka akan sejarah karena membosankan, bikin ngantuk, dan cara penuturan yang text book banget. Dan ada satu poin penting yang bikin malas untuk belajar sejarah, ketika murid tertinggal satu poin, maka ada satu pernyataan yang bikin bingung. Finally, mereka lebih memilih tidak mendengarkan daripada sia-sia, pikir mereka. Padahal sebenarnya, sejarah itu sangat menarik. Mendengarkan sejarah berarti mencermati kejadian masa lampau dan kita bisa memetik nilai postitif dan negatif akan adanya kejadian tersebut. Yang mana, mungkin kejadian ini bisa berguna untuk memutuskan suatu pilihan di masa depan.

Mungkin, untuk mengatasi permasalahan akan murid yang tidak suka sejarah, para guru sebaiknya lebih menanamkan konsep dan mengajak murid untuk masuk ke cerita bukan seperti hanya membaca kata-kata yang kesannya akan hambar dan kurang menarik untuk di dengar.

Menurut saya, karena pelajaran sejarah adalah pelajaran yang membosankan. Yang menjadi faktornya mata pelajaran ini kerap kali disajikan diwaktu-waktu siang antara jam 13.30 -15.00 yang membuat siswa malas dan mengantuk. Dengan gaya bahasa guru yang menyampaikan materi didepan kelas dengan cara bercerita yang menambah suasana menjadi hening dan bersiap untuk tidur hehe. Selain itu pelajaran ini juga monoton karena pelajaran ini selalu mengingatkan kita tentang sejarah, menghapal tanggal-tanggal penting yang membuat kita bosan.

Saya setuju dengan pendapat mayoritas komentar yang sudah ditulis kakak-kakak di sini, yaitu mengapa siswa cenderung tidak menyukai pelajaran sejarah dikarenakan pengajarnya. Saya ingin menambahkan beberapa opini pribadi saya yang lebih mendetail mengapa hal ini dapat terjadi.

Saya secara pribadi sangat menyukai sejarah, karena menurut saya, sejarah yang merupakan peristiwa nyata, bisa lebih aneh dan seru daripada fiksi. Aksi tragis, sadis, herois, hingga konyol dapat ditemukan baik dalam sejarah maupun fiktif, namun apa yang membuat sejarah menarik adalah bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Saya sejak kecil menyukai membaca buku sejarah layaknya membaca buku cerita fiktif biasa karena tertarik dengan ‘alur’ cerita yang benar-benar terjadi di masa lalu ini.

Dari sini, salah satu alasan krusial mengapa banyak siswa yang tidak tertarik pada sejarah karena pengajar gagal menunjukan sisi unik, menarik, dan berguna yang dimiliki sejarah, juga karena mungkin pengajar-[engajar sejarah ini juga sama tidak tertariknya oleh sejarah tersebut. Pengajar yang bergairah akan menceritakan sejarah layaknya cerita dengan semangat, dimana tentunya energi ini akan menular kepada siswa yang akan ikut semangat jadinya karena ketimbang mendengar hapalan, mereka akan mendengar cerita seru yang kerennya benar-benar terjadi.