Mengapa prostitusi online sangat marak dewasa ini?

Rasanya setiap kali saya membaca berita, saya tidak pernah absen menemukan berita terbaru tentang prostitusi online, mulai dari yang dilakukan oleh artis kenamaan ataupun yang melibatkan remaja di bawah umur. Belum lagi kalau membuka twitter, salah satu hashtag yang tidak pernah tereliminasi dari tren adalah #vcs alias video call sex. Artinya saat ini ada banyak orang yang menawarkan jasa sex melalui media online. Padahal dari segi hukum, dii Indonesia ada UU ITE yang dapat menjerat pelaku prostitusi online atas tindakannya yang masuk dalam kategori menyebarkan informasi maupun dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan. Kira-kira mengapa saat ini prostitusi online semakin marak terjadi?

1 Like

Ada dua kata yang perlu diperhatikan, yaitu prostitusi dan online. Prostitusi merupakan “bisnis” yang tidak lekang oleh waktu, sejak jaman dahulu hingga sekarang, “bisnis” prostitusi masih tumbuh, bahkan cenderung meningkat. Mengapa saya menggunakan kata “bisnis”, karena secara definisi prostitusi adalah jasa yang diberikan oleh seseorang, dengan cara menjual dirinya, untuk mendapatkan keuntungan finansial.

Prostitusi akan selalu ada karena motivasi seseorang untuk masuk kedalam “bisnis” ini sangat beragam, bahkan bisa dikatakan luas. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa motivasi seseorang masuk kedalam “bisnis” prostitusi antata lain ; karena dipaksa; karena dijerumuskan seseorang; tidak punya pilihan lain; kebutuhan uang yang mendesak; dipecat dari pekerjaan dan tidak mendapat pekerjaan yang baru; ingin keluar dari belenggu kemiskinan; karena “broken home”; karena drop out dari sekolah.

Bahkan motivasi seseorang untuk masuk ke “bisnis” ini pun semakin berkembang. Yang dulunya karena keterbatasan ekonomi (kemiskinan), sekarang lebih ke pemenuhan gaya hidup. Banyak artis, yang jauh dari kondisi miskin, juga masuk kedalam bisnis ini.

Hal ini didukung dengan semakin permisifnya masyarakat kita terkait bisnis ini. Misalnya anggapan prostitusi tidak lebih buruk dari pekerjaan lain, prostitusi diperlukan. jika tidak. banyak pria yang gagal dalam perkawinan akan memperkosa agar terpenuhi kebutuhan seksualnya atau angapan-anggapan lain yang seakan-akan “membenarkan” kegiatan ini. Bahkan untuk kasus-kasus tertentu, prostitusi dapat memberi apa yang tidak pria dapatkan dari istrinya.

image

Terkait dengan online, dengan adanya kemajuan teknologi, maka channel transaksi yang dulunya hanya bisa dilakukan secara offline, saat ini bisa dilakukan secara online. Beberapa alasan mengapa online menjadi pilihan, mengutip dari beberapa media, adalah sebagai berikut,

“Dengan cara online, privasi yang didapat juga lebih terjaga karena pemesanan dilakukan secara online dan transaksinya dilakukan di tempat-tempat yang umum, misalnya apartemen, dimana apartemen mempunyai parkiran yang tertutup dan lingkungan yang terbilang cuek”

"Prostitusi online kebanyakan juga bersih-bersih dibandingkan sama yang di jalan atau tempat spa,”

“Proses bookingnya lebih santai, kita bisa lihat-lihat dulu, kalau ada yang cocok bisa nanya-nanya dulu, sedangkan kalau tidak cocok, ya tinggal bilang maaf”

Bahkan dari berita yang saya baca, prostitusi online tidak hanya menyediakan jasa prostitusi saja, tetapi bisa juga dengan jasa-jasa lainnya, misalnya pesta narkotika. Hal ini dimungkinkan karena transaksi dilakukan di hotel, apartemen, villa atau bahkan di rumah pribadi. Jasa tambahan itu akan sangat sulit dilakukan kalau menggunakan cara tradisional.

Jadi, prostitusi online pada dasarnya mempunyai “pelayanan” yang jauh lebih bagus dibandingkan prostitusi tradisional, sehingga model prostitusi ini akan semakin marak kedepannya.

1 Like

Jawaban dari pertanyaan “mengapa?” adalah dengan pertanyaan “mengapa?” pula.

  1. Mengapa kemiskinan dan kesenjangan sosial tidak bisa hilang?
  2. Mengapa manusia terlahir dengan memiliki sifat hawa nafsu?
  3. Mengapa setan terus menggoda manusia untuk berbuat hal negatif?
  4. Mengapa manusia selalu berbuat salah?

:sweat_smile: :pray: :v:

3 Likes

Wah menarik nih mas @renaldywp. Saya bisa paham dengan poin 2,3 dan 4 yang mas sebutkan. Memang pada dasarnya manusia punya kecenderungan untuk melakukan “pelanggaran”. Terutama yang kaitannya dengan pemenuhan hawa nafsunya. Kalau dengan prostitusi online kebutuhannya bisa terpenuhi dengan lebih mudah, baik itu dari sisi pengguna maupun penyedia jasanya, maka otomatis orang akan cenderung menggunakan cara tersebut.

Tapi saya belum terlalu melihat kaitan maraknya prostitusi online dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang mas sebutkan di poin 1.

Saya kira ini kaitannya lebih ke penyedia jasanya ya. Bisa dikatakan penyedia jasa prostitusi online ini cukup melek teknologi. Dia bisa menggunakan teknologi sekaligus punya device-nya. Apa iya prostitusi online selalu berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial?

2 Likes

Yang dikatan mas @fajarjanitra ada benarnya, dan saya setuju bahwa mereka melek teknologi. Menurut saya pada era ini, faktor kemiskinan bukan lagi dilihat dari device dan apakah melek teknologi atau tidak? Kembali lagi kepada niat dan imbalan apa yang ingin didapat oleh mereka yang menjual dirinya lewat prostitusi online? Materi bukan? Uang? Jika memang benar, itu sudah termasuk kepada kebutuhan akan kepuasan diri sendiri terhadap kekayaannya yang kurang.

Mas @fajarjanitra menurut saya pasti paham arti dari miskin dan kesenjangan sosial. Jadi tidak perlu saya jelaskan lagi. Juga begini mas, parameter apa yang bisa membuat mas yakin jika orang yang mampu menggunakan teknologi dan memiliki teknologi tersebut bisa dikatakan tidak ada hubungannya dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial.

Jadi maksud saya di poin satu adalah, jika memang semua orang memiliki kepuasan untuk haarta yang dimiliki nya, memiliki rasa cukup akan hartanya, tidak memiliki gaya hidup yang konsumtif namun tidak sebanding dengan pendapatan, saya yakin prostitusi akan berkurang, tidak untuk hilang sampai 100%, karena masih banyak faktor lain.

Tapi masalahnya, siapa yang bisa mengatasai kemiskinan dan kesenjangan sosial? Pemimpin mana yang bisa menghilangkan atau bahkan mengurangi itu di era sekarang? :sweat_smile:

2 Likes

Keliatannya terdapat cara pandang yang berbeda terkait makna kemiskinan dan kesenjangan sosial antara @fajarjanitra dan @renaldywp. Menurut saya dua-duanya bener, dari sudut pandang masing-masing.

Kemiskinan dapat dilihat dari sisi kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kemiskinan dilihat dari sisi selalu merasa kurang.

Begitu juga dengan kesenjangan sosial, kesenjangan dalam arti luas atau sempit. Kalau dalam arti luas, pembandingnya adalah sosial masyarakat secara keseluruhan, tapi kalau dilihat dari arti sempit, pembandingnya adalah lingkungan sosial individu tersebut.

Kalau mengacu pada kasus artis yang melakukan prostitusi online, menurut saya, kemiskinan yang dimaksud adalah miskin hati. Orang yang selalu merasa kurang atas apa yang dimilikinya, atau merasa kurang karena keinginannya yang terlalu tinggi. Ini biasanya karena lingkungan sosialnya yang menuntut dia untuk selalu mengikuti gaya hidup sosialnya.

Mereka akan berusaha mengurangi kesenjangan sosial antara dirinya dengan lingkungan sosialnya. Inilah salah satu bahaya dari social climber. Memaksakan masuk ke lingkungan sosial yang sebetulnya dia ngga punya kapasitas untuk berada disana.

Selain itu, pola pikir shortcut juga mempengaruhi kondisi tersebut. Ketika ada tawaran pendapatan 80 juta, 120 juta bahkan sampai 200 juta dalam waktu singkat, orang-orang yang berpikiran “jalan pintas” pasti menganggap tawaran itu merupakan tawaran yang menggiurkan.

Tapi kalau ngga punya pikiran seperti itu, pasti mereka akan menggunakan cara-cara lain untuk memenuhi keinginannya.

Intinya, tekanan kebutuhan gaya hidup yang ngga ada cukupnya plus pemikiran “jalan pintas”, merupakan ultimate ingredients bagi seorang artis untuk memutuskan masuk kedalam prostitusi online.

Kalau penggunanya, bagi mereka uang bukanlah masalah. Kebanyakan malah yang dicari hanya sekedar sensasi aja, merasakan “kencan” sama artis.

1 Like