Mengapa petani di Indonesia sering mendapat pandangan negatif dari masyarakat?

Petani

Dari pengalaman pribadi saya sendiri yang tinggal di perkotaan, saya sering mendengar omongan tidak enak dari teman-teman terkait orang yang berkecimpung di bidang pertanian. Contohnya seperti dulu saat masih sekolah “nanti kuliah ambil apa? pertanian? mau jadi petani?”, walaupun mungkin saja itu hanya sebatas candaan tapi saya jadi berpikir “memangnya kenapa kalau jadi petani? apakah petani pekerjaan yang aneh? bukannya mereka bisa hidup sampai sekarang karena makanan yang dihasilkan para petani?”.

Sampai saya melakukan campaign seperti sekarang inipun, tidak ada dari teman saya yang sekiranya menaruh perhatian atau tertarik pada apa yang saya lakukan. Apakah pertanian tidak pantas mendapat tempat layaknya sektor ekonomi ataupun sektor politik di negara agraris ini? Atau stigma ini hanya berlaku di masyarakat perkotaan saja?

1 Like

Karena petani itu identik dengan bekerja di lingkungan yang tidak menyenangkan (kotor dan panas) serta identik dengan kemiskinan.

Stigma seperti itu tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga terjadi di pedesaan. Coba saja tanya ke anak-anak SMA di desa, berapa banyak yang ingin bekerja atau menggeluti bidang pertanian ? Data yang ada di universitas-universitas pun menunjukkan bahwa fakultas pertanian bukanlah fakultas favorit.

Stigma itu yang harusnya dirubah. Dengan cara apa ? Ya dengan cara dibuktikan.

Saya jadi inget hasil obrolan saya dengan teman-teman petani di desa. Ada satu petani yang nyeletuk, kalau kita dibandingkan dengan PNS yang kerja kantoran, pasti orang-orang disekitar akan memandang lebih untuk pegawai PNS. Gimana ngga dipandang lebih, lha mereka kerja ke kantor pakai pakain rapi, sepatu hitam, mengkilat, sedangkan kita pergi ke “kantor” dengan pakaian yang jelek, dan seringnya nyeker (tidak memakai alas kaki).

Ya kan ngga mungkin juga ke sawah pakai pakaian seperti pakaiannya pegawai PNS :rofl: :rofl: :rofl:

Nah gimana caranya supaya kita dipandang oleh masyarakat desa ? Salah satu caranya ya kita kudu buktikan bahwa penghasilan kita lebih besar dari pegawai-pegawai PNS itu…

Akhirnya, teman petani saya belajar giat, tanya sana-sini, dan tentunya kerja keras juga. Akhir cerita, teman petani saya bisa membuktikan bahwa dia bisa membeli mobil dan merenovasi rumahnya, sedangkan pegawai PNS tersebut kemana-mana masih naik motor.

Lalu pertanyaannya, apakah masyarakat desa berubah pikiran terkait dengan profesi petani ?

Jawabannya tidak… Karena kasus seperti teman saya itu 1 banding 1000 kali… Jadi mayoritas di desa itu ya tetap aja, petani itu miskin dan bekerja di lingkungan yang tidak menyenangkan. Bahkan banyak yang memilih jadi TKI daripada bertani.

So, agar image petani dan bidang pertanian bisa meningkat, tidak dipandang sebelah mata lagi, tunjukkan bahwa bidang pertanian itu mempunyai prospek yang bagus dari sisi finansial. Itu cara termudah dan juga tersulit :rofl: :rofl: :rofl:

Sebagai catatan tambahan, di Jerman, ketika saya kuliah disana, Fakultas Pertanian sudah menjadi fakultas favorit bagi generasi muda Jerman, mengingat bidang pertanian juga mempunyai prospek yang bagus dari sisi bisnis.

6 Likes

Wah diskusi yang sangat menarik nih!
Kalau dari sudut pandang saya, apabila dijabarkan pertanian sangatlah luas. Masyarakat seharusnya memahami apa pengertian dari pertanian itu sendiri.
Saya mengetahui pertanian dari segi pendidikan terdapat 2 peranan penting, yaitu pertanian dalam aspek pemasaran dan budidaya. Masyarakat perlu mengetahui bahwasannya lumbung pangan datang daei pertanian. Apabila masih ada stigma bahwasannya pertanian tidak penting, stigma tersebut haruslah dirubah dan diberi pemahaman atau sosialisasi terhadap pertanian itu sendiri.
Saya tidak memandang masyarakat perkotaan seperti itu, namun menurut saya pertanian belum saja dipandang penuh sebagai sektor penting di Indonesia.

2 Likes

Terimakasih banyak atas sharingnya!
Saya sangat setuju dengan pendapat ini. Tapi memang fakta yang sudah saya lihat sendiri itu kebanyakan orang di kota berbondong-bondong bersaing di bidang ekonomi bisnis dan politik. Media di Indonesia juga setiap harinya tidak lepas dari aspek-aspek itu.
Saya sedikit-dikitnya tau sistem pendidikan di Jerman dan saya akui itu jauh lebih menjamin para siswa daripada di Indonesia. Terlebih lagi tidak ada yang bisa menjamin kehidupan kita semua di sini selepas lulus dari perguruan tinggi.
Saat awal saya masuk SMA, saya ingat betul jika sedang cerita atau sharing dengan mereka kebanyakan mereka ingin melanjutkan pendidikan di kedinasan, ya apalagi alasannya tentunya saat lulus langsung mendapat pekerjaan, hidup terjamin sampai tua, terlebih gaji yang menggiurkan bagi mereka yang bekerja di perpajakan atau yang berurusan dengan uang lainnya.
Miris jika melihat kesejahteraan hidup petani saat ini. Padahal pangan itu adalah sektor yang sangat penting dan tidak mungkin ditinggalkan. Tapi kembali lagi kepada fakta di lapangan. Orang-orang sekarang minim kepedulian akan sesama, masing-masing hanya peduli akan keuntungannya sendiri. Contohnya seperti saat pandemi dimulai kemarin bahkan alat perlindungan diri menjadi sangat langka dan harganya melonjak selangit.
Oknum tengkulak yang menimbun bahan pangan pun semakin membuat petani makin merana. Saya berharap dengan sepenuh hati bagi kita semua ke depannya bisa saling membahu satu sama lain untuk membangun Indonesia. Sekarang saya memang bukan siapa-siapa, tapi setidaknya sekarang saya sedang berupaya untuk membangun pribadi menjadi yang lebih baik.
Akhir kata, doa saya untuk Indonesia lebih baik.

Terimakasih!
Sejujurnya memang betul untuk sekarang ini, banyak dari teman sebaya saya yang masih kuliah ini menganggap pertanian sebelah mata. Sharing sedikit waktu itu saat saya masih SMP, ayah saya yang menjadi tenaga pendidik bidang pertanian di salah satu universitas turut membantu mengajar di sekolah saya. Ayah saya memang hanya PNS biasa yang tidak semewah orang tua teman saya lainnya. Entah karena saya sedih jika melihat teman saya tidak peduli dengan materi pengajaran yang dia berikan, atau mungkin terlebih karena orang yang mereka tidak pedulikan adalah ayah saya sendiri.
Tapi setelah saya kuliah dan bertemu lebih banyak orang, patut saya akui memang kebanyakan orang saat ini memandang orang berdasarkan status sosialnya. Orang berjasa seperti tenaga pendidik yang membantu kita menggapai mimpi, hingga petani yang membuat kita masih bisa hidup dari makanan yang mereka hasilkan hingga saat ini sering kali dianggap seperti angin lalu.
Terlepas dari gaya hidup perkotaan atau apapun itu, sekarang saya sudah tidak peduli. Saya juga tidak ingin menuntut banyak. Mari kita mulai dari diri kita masing-masing dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

1 Like

Pandangan negatif masyarakat Indonesia (khususnya perkotaan) kepada petani adalah karena stigma mereka yang sudah menganggap bahwa petani itu miskin.
Stigma “miskin” itu selalu dikaitkan dengan petani karena rumah-rumah petani yang tidak layak, pakaian yang compang-camping, juga tempat kerja yang kotor, yang padahal masyarakat perkotaan sendiri enggan juga untuk membeli beras dengan harga yang “mahal”. Stigma ini sudah mendekam di fikiran anak-anak muda jadi sudah seharusnya kita yang menyadari akan hal ini terus mengembangkan mengenai “pertanian” sebab jika “pertanian” ini luntur pun, mereka semua di perkotaan yang menggunakan jas dan dasi tidak lagi bisa menyambung hidup.