Mengapa Perayaan Natal Identik dengan Pohon Cemara?

Hari Natal segera tiba. Pohon Natal mulai berdiri di sejumlah lokasi, terutama di pusat perbelanjaan. Sebagian besar umat Nasrani pun memasang pohon Natal di rumahnya. Hari raya untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus itu menjadi momen bagi umat Kristen berkumpul, yang dihiasi pohon Natal.

Seperti yang telah Youdics ketahui, pohon Natal terbuat dari pohon cemara. Tapi tahukah kamu, kenapa pohon cemara yang dipilih sebagai pohon Natal?

Pohon cemara ini sebenarnya pada awalnya tidak berhubungan dengan Natal. Dilansir dari Hngnews, Kamis (24/12/2015), ada kisah saat tokoh reformasi gereja bernama Martin Luther tengah berjalan-jalan pada suatu malam di hutan Jerman. Dia terkesan melihat keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan.

Martin Luther kemudian menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti di hutan, dia memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut. Sejak itu, pohon cemara tenar sebagai hiasan di Jerman.

Mulai abad 16, sekitar tahun 1510, penduduk Jerman menyebar ke luar negeri hingga Amerika Serikat. Sejak itulah, tradisi pemasangan pohon Natal di sejumlah negara dimulai. Mereka kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di dalam rumah.

Pohon cemara ini diyakini melambangkan ‘hidup kekal’ berdasarkan sifat pohon tersebut yang pada umumnya selalu berdiri tegak dan hijau saat musim salju dibanding pohon lainnya yang rontok.

Ada juga kisah lain mengenai St. Bonifasius, rohaniawan Inggris yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis. Pada suat malam natal, St. Bonifasius bersama rombongan pengikutnya yang setia melintasi hutan dengan menyusuri jalan setapak Romawi kuno.

Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan sekelompok orang yang mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon Oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib St. Bonifasius merobohkan pohon tersebut dengan pukulan tangannya. Tiba-tiba saja terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dimana pohon tersebut tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian. Dari pohon Oak yang roboh itu tumbuhlah sebuah pohon cemara muda bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga.

Saat kejadian menakjubkan tersebut, St. Bonifasius berkata kepada warga desa, â??Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus. Berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri. Di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.â?

Maka, setelah St. Bonifasius mengatakan hal tersebut mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa, menempatkannya di tengah-tengah rumah yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di setiap dahannya sehingga pohon cemara itu tampak indah bagaikan dipenuhi bintang-bintang.

Terlepas dari kebenaran kisah-kisah tersebut, pemasangan pohon cemara pada saat Natal sebenarnya bukanlah suatu keharusan. Dalam aturan gereja atau Alkitab, tidak disebutkan harus memasang pohon Natal baik di gereja maupun di rumah. Pohon cemara atau pohon Natal itu sendiri tidak memiliki keterkaitan dengan kelahiran Yesus atau apapun tentang Natal. Meski begitu, tradisi pohon cemara tidak bertentangan dengan pengajaran Alkitab, dan makna di balik pohon cemara inilah yang menjadikannya selalu hadir dalam setiap perayaan Natal. (tom)

1 Like