Mengapa pada gagal jantung keluaran urin menurun?

Gagal jantung

Gagal jantung merupakan keadaan dimana jantung tidak mampu melakukan fungsi pemompaan darahnya dengan baik. Pada penderita gagal jantung, dapat ditemukan penurunan keluaran urin. Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?

image

Penurunan perfusi jantung menyebabkan stimulasi sistem rennin angiotensin aldosteron (RAA), yang menyebabkan peningkatan kadar renin, angiotensin II plasma dan aldosteron.

Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat pada arteriol eferen ginjal, yang menstimulasi pelepasan norepenefrin dari ujung saraf simpatik, menghambat tonus vagal dan membantu pelepasan aldosteron dari adrenal, sehingga dapat menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin penting, dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparatus ginjal, sebagai respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam, atau respon dari sistem saraf simpatetik. ACE (Angiotensin Converting Enzyme) berperan fisiologis penting, dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung Angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) diubah menjadi Angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, Angiotensin I diubah menjadi Angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah, karena bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:

  • Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari), dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler ditingkatkan dengan menarik cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat, dan meningkatkan tekanan darah.

  • Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid, yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam), dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali, dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler, yang pada gilirannya meningkatkan volume dan tekanan darah.

Penurunan curah jantung pada gagal jantung, dirasakan oleh baroreseptor yang ada di sinus karotis dan arkus aorta sebagai suatu penurunan perfusi. Reseptor- reseptor ini lalu mengurangi laju pelepasan rangsang, sebanding dengan penurunan tekanan darah. Sinyal tersebut akan dihantarkan melalui saraf cranial IX dan X ke pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata.

Perptida natriuretik memiliki berbagai efek pada jantung, ginjal dan system saraf pusat. Beberapa jenis peptida natriuretik, seperti peptida natriuretik atrial (Atrial Natriuretic Peptide / ANP), dilepaskan jantung sebagai respon peregangan, menyebabkan natriuresis dan dilatasi. Peptide natriuretik otak (brain natriuretic peptide / BNP) juga dilepaskan dari ventrikel jantung, dengan kerja yang serupa dengan ANP. Peptida natriuretik bekerja sebagai antagonis fisiologis terhadap efek Angiotensin II, sekresi aldosteron dan reabsorbsi natrium ginjal.

Endothelin merupakan peptida vasokonstriktor poten, yang disekresikan oleh sel endothelial vaskular yang membantu retensi natrium di ginjal. Konstriksi vena sistemik dan retensi natrium, meningkatkan tekanan serta volume akhir diastolik ventrikel, pemanjangan sarkomer dan kontraksi miofibril diperkuat (makanisme Frank Starling).

Retensi cairan oleh ginjal dan peningkatan volume darah, terjadi selama beberapa jam atau hari.
Normalnya, ginjal menerima suplai darah 1.100ml /menit atau sekitar 20 – 25% dari curah jantung.

Tujuan utama tingginya aliran darah ke ginjal, adalah menyediakan cukup plasma untuk mengimbangi laju filtrasi glomerulus tinggi, yang dibutuhkan untuk pengaturan volume cairan tubuh dan konsentrasi zat terlarut secara efektif. Karena itu, penurunan darah ke ginjal akan menurunkan GRF (Glomerular Filtration Rate). Hal ini mengakibatkan terjadinya oligouria, yang berarti menurunnya keluaran urin di bawah tingkat asupan air dan zat terlarut.

Jika aliran darah ginjal sangat menurun, dapat terjadi penghentian total keluaran urin, yang disebut anuria.

Sumber : ethicaldigest